Senin, 10 November 2008

Ilusi

Dan, aku yakin bahwa ini hanyalah ilusi yang akan segera menghilang tertiup angin tengah malam. Hanya fatamorgana sesaat. Aku terbenam dalam lautan. Entah dimana, mungkin di dunia yang tak terjangkau oleh tangan manusia. Dan, hanya Tuhan yang mengerti. Kularutkan juga hatiku. Biar aku tak lagi merasa sendiri dan kesepian. Mengharapnya bagaikan mencari setetes air di gurun gersang. Aku, orang bodoh yang tak sanggup menahan kelembutan cinta. Datang tiba-tiba dan membelai hatiku perlahan. Merasuk pasti. Membuat langkahku menjadi ringan, dan mampu terbang ke langit teratas. Bergurau bersama pangeran yang datang dari balik awan. Hanya impian. Tak teraih, tak terjangkau dalam genggam tanganku. Aku sudah tak dapat lagi bersembunyi dari takdir yang senantiasa mengejar, selalu menanti sesuatu. Entah apa, aku tak mengerti. Yang kutahu, cinta telah membuat mataku tertutup. Dan, selalu membuatku menangis memikirkannya. Apa yang harus kulakukan? Adakah cara untuk menghapusnya pergi dari ingatan. Biar hilang saja, takkan meninggalkan kenangan yang selalu membekas di hati. Tuhan, bawakan aku keajaiban agar aku mampu mengejarnya. Mendekapnya, memeluknya, tidak akan pernah kulepas lagi. Rinai hujan kini telah membasahi bumi. Membasahi jiwaku yang semula memang tak pernah kering dari tangisan kehidupanku. Aku … lelah, teramat lelah, menunggu di ujung mimpi. Tanpa batas, tak terbatas. Telah kujelajahi semua bagian. Namun, hanya membuat kesia-siaan semakin menumpuk. Menimbulkan kecewa yang tak bisa semudah itu dilupakan. Tak padam, selamanya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar