Minggu, 27 Juli 2008

Tips Bagi Penunda-Nunda Kayak Aku

Sisihkan lebih banyak waktu untuk satu tugas. Sebagai contoh, kalau menurutmu menulis esai butuh waktu dua jam, alokasikan tiga atau bahkan empat jam untuk mengerjakannya.

Tentukan target yang realistis, tetapi jangan bersikap terlalu kaku. Tetaplah bersikap fleksibel.

Bagi dan atasi tugas. Pecah tugas-tugas berat dan menakutkan menjadi tugas-tugas kecil yng lebih bisa dikerjakan.

Mulailah mengerjakan tugas sekarang juga. Jangan menunggu hingga kamu merasa siap betul.

Sadarilah bahwa tugas mengarang, tugas sekolah atau apapun yang kamu lakukan tidak mungkin sempurna. Kalau kamu memahami hal ini, kamu tidak akan merasa takut gagal lagi.

Mulailah harimu dengan mengerjakan tugas yang paling sulit atau yang paling tidak kamu sukai. Sisa harimu akan terasa lebih mudah.

Rencanakan kegiatan santai tanpa merasa bersalah. Mulai dengan kegiatan yang paling kamu sukai – kegiatan yang biasanya kamu kerjakan terakhir kali dan jangan menunda-nunda lagi. Baru kemudian kamu bisa mengerjakan tugas yang harus kamu kerjakan.

Catat perkembangan yang kamu dapat dalam buku. Tulis semua tugas yang sudah kamu selesaikan setiap hari. Baca berulang-ulang dan kamu boleh merasa bangga dengan prestasimu ini. Traktir diri sendiri.

Singkirkan hal-hal yang mengganggu konsentrasimu dari ruang kerjamu, singkirkan makanan, TV, majalah, permainan, internet, dan godaan lain. Jangan pergi ke perpustakaan dan tersesat saat membaca buku tentang Mesir kuno kalau kamu sedang mencari informasi tentang hak-hak asasi manusia.

Tulis daftar tugas cadangan – hal-hal yang ingin kamu lakukan kalau ada waktu. Begitu kamu sudah berhasil mengatasi sifat menunda-nunda yang kamu miliki, kamu pasti punya waktu untuk mengerjakan tugas-tugas cadangan tersebut.

Dikutip dari Buku Pintar Remaja Gaul, Penuntun Agar Sukses Belajar, Bergaul, dan Tetap Fun

Senin, 21 Juli 2008

Codot, Binatang Malam yang Jalang

Siapa yang tidak mengenal binatang malam yang satu ini? Binatang ini selalu berkeliaran mencari buah-buahan yang segar. Menggerogotinya dan kemudian meninggalkannya, hingga buah itu akhirnya menjadi busuk dan jatuh dari pohonnya.


Siapakah codot itu? Siapa? Mereka adalah orang-orang, cowok-cowok yang selalu mempermainkan cewek. Menghisap sarinya, berlalu begitu saja, dan dalam satu detik telah berganti memangsa buah yang lain. Apakah ini adil untuk kita, kaum perempuan?


Seringkali, kita … setelah mengalami patah hati yang menyakitkan, menjadi takut untuk merajut cinta kembali. Kita ragu, kita takut apakah nanti kita akan terluka untuk yang kedua kali. Kita ragu, kita takut apakah kekasih baru kita itu mencintai kita dengan tulus atau hanya sekedar menganggap kita sebagai mainan.


Cerita ini … dialami oleh saudara sepupuku, sebut saja namanya Bunga. Memang kisah percintaan ini biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita, tetapi yang patut kita cermati adalah bagaimana perasaan sepupuku itu.


Bunga mulai berpacaran sekitar 10 bulan yang lalu, dengan seorang cowok yang bernama Y. Tentu saja, pada awalnya mereka saling mencintai, cinta yang menggebu-gebu. Lha wong, sepupuku itu cantik dan baik. Y juga lumayan cakep. Mereka dinilai sebagai pasangan yang serasi. Namun, di balik itu, adikku sebenarnya sudah tahu bahwa Y itu seorang playboy tidak tahu diri yang senang merayu semua gadis (adikku adalah teman Y). Adikku ingin mengingatkan kepada Bunga, tetapi diurungkannya. Adikku takut bila dia disangka sirik atau iri, karena dia belum punya pacar.


Pada bulan pertama, semuanya masih berjalan lancar. Sms tidak pernah tidak datang, walaupun hanya untuk mengucapkan met bobok. Bahkan, hebohnya, paket IM3 200 SMS bisa habis hanya dalam 3 hari. Bunga pun kalau mau kemana-mana juga diantar. Saat itu, cinta mereka sangat membara. Mungkin, orang lain tidak kelihatan, karena dunia telah menjadi milik mereka berdua.


Bulan kesepuluh, Y mulai jarang mengirim sms kepada Bunga, mulai sering berbohong. Segala alasan dikemukannya, tetapi aku yakin bahwa sebenarnya hanya satu yang ingin dia ucapkan,” Aku bosan padamu.” Pada bulan itu juga, Y sudah selingkuh dengan cewek lain. Tidak hanya satu cewek, tetapi beberapa cewek sekaligus dia gandeng, dia rayu. Dia berhasil menggaet mereka satu persatu. Hingga akhirnya, Bunga tahu semuanya. Bunga pernah mengajak Y makan di cafe, tetapi Y tidak mau karena dia harus mengantar pamannya ke Semarang. Akhirnya, Bunga pun pergi sendiri. Namun, alangkah terkejutnya dia, ketika di cafe itu dia melihat Y sedang makan dengan cewek lain. Bunga pun mengajak putus dengan Y. Ya, kemudian mereka benar-benar putus. Tak lama kemudian, Y mengajak balikan dengan Bunga. Sayangnya, Bunga tidak tahu bahwa alasan Y kembali padanya adalah karena “rasa kasihan” belaka (menurut cerita teman adikku). Akhirnya, Bunga menerima Y hingga akhirnya putus kembali setelah Y memberikan pilihan pada Bunga untuk tetap memilih dia atau menjadi Deputi Pramuka. Dan, Bunga memilih jabatan Deputi.


Aku, sebagai seorang kakak sepupu ikut merasa prihatin dengan situasi yang dialami oleh Bunga. Aku menjadi tidak lagi dapat membedakan mana cinta yang tulus dan cinta yang dibalut dengan kepalsuan (Bunga hanya tahu bahwa Y masih sayang padanya, karena sikap Y di depan Bunga masih sangat manis). DASAR SERIGALA BERBULU DOMBA! DASAR BUAYA!


Mengapa kebanyakan cowok senang menyakiti hati perempuan? Apakah cinta yang diberikan padanya masih kurang? Mengapa cowok suka selingkuh dan ngegombal? Mengapa? Seakan-akan mereka berkuasa sepenuhnya terhadap ceweknya. Melarang ini itu, tidak jelas!


Bagi cowok-cowok yang playboy, SEMOGA KALIAN TERKENA HUKUM KARMA!!!

Sabtu, 12 Juli 2008

Kekerasan Terhadap Perempuan

Terdapat hubungan antarberbagai macam kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan di seluruh dunia – perkosaan dan pemukulan, kematian akibat mas kawin di India, pembuatan pornografi, perusakan atau pemotongan organ intim perempuan di Afrika. Hubungannya adalah karena perempuan dilihat sebagai objek untuk dimiliki dan diperdagangkan oleh laki-laki, dan bukan sebaga individu dengan hak atas tubuh dan kehdupannya. Dengan demikian, bebas dari kekerasan menjadi kunci bagi kelompok perempuan di seluruh dunia. Angka-angka terbaru mendokumentasikan jumlah korban kekerasan di dalam rumah yang amat mengejutkan. Di as, pemukulan merupakan kasus urtama kecelakaan terhadap perempuan dewasa dan perkosaan dilakukan setiap enam menit, di peru 70 persen dari seluruh kejahatan yang dilaporkan kepada polisis menyangkut perempuan yang dipukul oleh suaminya. Di lima, kota dengan tujuh juta penduduk, untuk perkosaan saja dilaporkan sebanyak 168.970 dalam tahun 1987. Di India, 8 dari 10 istri mengalami kekerasan dalam rumah tangganya. Tempat yang paling berbahaya bagi perempuan di seluruh dunia adalah di dalam rumah.


Kekerasan menimbulkan rasa malu dan mengintimidasi perempuan; ketakutan akan kekerasan menghalangi banyak perempuan mengambil inisiatif dan mengatur hidup yang akan dipilihny. Ketakutan terhadap kekerasan merupakan salah satu faktor kunci yang menghambat perempuan ikut terlibat dalam pembangunan; ketakutan ini merintangi perempuan untuk pergi ke klinik kb, misalnya, atau menghadiri kelas pemberantasan buta huruf. Womankind worldwide – sebuah ngo yang dibentuk untuk meneropong secara khusus kebutuhan dan potensi perempuan dunia ketiga – menerbitkan laporan tentang kekerasan terhadap perempuan yang merekam beberapa alasan mengapa kekerasan meningkat. Menurut laporan itu, cara produksi baru menimbulkan berbagi perubahan dalam hubungan antarjenis kelamin; yang selanjutnya mungkin mempertnggi ketegangan rumah tangga dalam masyarakat dimana laki-laki percaya bahwa sudah menjadi haknya menontrol mitra hidupnya. Istri dipukul karena “ketidakmampuan atau penolakan mereka untuk menerima kerja ekstra yang berkaitan dengan produksi tanaman yang diperjualbelikan”, perempuan yang tidak terlalu tergantung kepada suami mungkin tidak begitu rentan terhadap kesemena-menaan walaupun laki-laki yang tidak bekerja mungkin juga melampiaskan rasa frustasinya kepada perempuan.


Kekerasan seksual terkait dengan bentuk kekerasan lainnya. Dalam dua dasawarsa terakhir, sikap yang ditujukan kepada perkosaan telah sangat berubah, yang dipelopori oleh gerakan perempuan di seluruh dunia. Jika dulu perkosaan dilihat sebagai kejahatan yang dilakukan oleh laki-laki tidak normal yang tidak mampu mengontrol “nafsu birahinya”, kini perkosaan dilihat sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki normal terhadap perempuan: pada dasarnya, tindakan itu merupakan mekanisme kontrol dan intimidasi. Yang menarik, uu perkosaan di banyak negara di dunia ini tetap memakai gagasan perkosaan sebagai tindakan melawan perempuan milik laki-laki lain, baik ayah dari perempuan yang belum menikah atau suami dari seorang perempuan yang telah menikah. Gagasan perempuan sebagai kekayaan, perempuan sebagai objek perdagangan, sangat fundamental dalam rangka memahami tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan di seluruh dunia.


Maria Mies melihat gagasan tentang perempuan sebagai kekayaan merupakan sesuatu yang mendasari semakin meningkatnya jumlah perkosaan yang dilakukan terhadap petani pemberontak di kawasan pedesaan di India. Tidak puas dengan membakar rumah dan memukul laki-lakinya, tuan tanah beserta kaki tangannya memperkosa perempuan. Menurut Mies, tindakan ini tidak ada hubungannya dengan seksualitas, tetapi perempuan hanya dilihat sebagai satu-satunya “kekayaan” yang masih dimiliki oleh laki-laki miskin. Perkosaan terhadap perempuan mengajarkan kepada laki-laki miskin bahwa status mereka merupakan salah satu ketidakberdayaan yang mutlak. Di sini hukum kelas dan penindasan terhadap perempuan terkait erat. Laki-laki yang memiliki tanah juga memiliki perempuan yang ada di tanah itu. Dasar pemikiran yang sama – memperjelas kekerasan yang sering diterima oleh perempuan dari suaminya. Menurut gerakan perempuan di India, karena melihat perempuan sebagai objek perdagangan antarlelaki dari dua keluarga itulah yang menjadi akar masalah kematian akibat mas kawin. Catatan polisi menunjukkan tingginya tingkat kematian di keluarga perempuan muda dikarenakan membakar diri. Di Delhi sendiri, 690 perempuan meninggal dunia akibat terbakar dalam tahun 1983, dan dari jumlah ini 270 dinyatakan positif sebagai “membaar diri karena mas kawin” (pembakaran yang disengaja terhadap seorang mempelai perempuan belia oleh keluarga suaminya sebagai cara untuk menyingkirkannya atas dalih bahwa dia tidak membawa mas kawn yang cukup bagi pernikahannya), kelompok perempuan berkeyakinan bahwa sebagian besar, jika tidak semua, kematian semacam itu bukan bersifat kecelakaan. Sebagian besar mungkin bunuh diri, tetapi banyak juga yang dibunuh. Namun, sangat sedikit dari kematian ini yang pernah diselidiki dan bahkan lebih sedikit lagi yang berakhir dengan kepastian. Gerakan perempuan di India dengan lantang menyuarakan kematian yang diduga akibat mas kawin dengan kemarahan dan kesedihan. Namun, ternyata kematian terus saja berlanjut.


Di banyak kawasan Afrika, perempuan juga dengan keras menentang penyunatan (sirkumsisi) terhadap perempuan; pada saat yang sama mereka mengakui bahwa kebiasaan itu merupakan praktik yang berakar begitu kuat dalam konstruksi peran gender di Afrika sehingga akan sangat sulit untuk dihilangkan. Catatan seorang perempuan Kenya mengenai penyunatan perempuan Kenya menunjukkan bahwa tindakan itu adalah bagian dari ritus yang harus dilewati, suatu titik tolak dari masa kanak-kanak ke masa dewasa; tanpa ritus tersebut perempuan itu akan dianggap sebagai anak-anak, orang buangan, tidak bertanggung jawab dan yang lebih penting, tidak murni. Sirkumsisi perempuan merupakan praktik yang sangat sulit bagi orang luar untuk berkomentar. Satu pendekatan yang dipakai oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 1975 adalah penyunatan perempuan hanya bisa diatasi oleh perempuan dari negara dimana peristiwa itu berlangsung ketika mereka sudah siap. Bagaimana cara mereka mengatasi masalah tersebut, terserah kepada mereka sendiri. Pendekatan lain menegaskan bahwa kesakitan dan derita yang disebabkan oleh sirkumsisi menempatkan tindakan tersebut ke dalam kategori yang sama dengan kematian ibu. Demikian pula akibat bagi keadaan sosial dan kulturalnya. Oleh karena itu, hal tersebut merupakan isu yang sah dimana perempuan (dan laki-laki) di luar negara yang bersangkutan bisa mengambil peran penasehat, walaupun agendanya sudah dibuat oleh perempuan yag terkena tindakan itu. Sebagian besar perempuan yang disunat tidak memprotes; karena sirkumsisi biasanya dilakukan kepada gadis yang masih sangat belia, penolakan bukan merupakan suatu pilihan. Agama dan tradisi keluarga bersifat tak terbantah, dan pembangkangan sama halnya dengan bunuh diri sosial. Menolak sirkumsisi akan sama artinya mengutuk diri sendiri menjadi orang buangan yang terkucil dari masyarakat.


Tetapi, kita seharusnya ingat bahwa bedah sosial tidak terbatas di Afrika. Saat ini, kaum perempuan Utara mengalami pembedahan sosial secara sukarela dalam bentuk bedah kosmetik, demi kepentingan mendapatkan dan menegakkan peran gender, sekaligus agar tetap tampak menarik dan berpenampilan muda. Hal serupa jelas terjadi di sana: bedah kosmetik untuk membuang keriput dan kantung lemak, melicinkan pipi dan leher, mengubah pinggul dan payudara, dan bahkan sampai mempersempit vagina dipandang sebagai sesuatu yang masuk akal dan berfoya-foya untuk menghabiskan uang. Namun, perempuan yang melakukan bedah semacam itu juga sedang mengejar peran gender yang tetap bertahan bahwa apapun yang dilakukan kaum perempuan dalam hidup ini, tujuan utamanya adalah agar tetap tampak menarik bagi laki-laki. Memotong bagian tubuh demi kepentingan “kecantikan” dan hasrat menarik bagi orang lain juga merupakan suatu bentuk pengrusakan sosial


Pornografi juga merupakan bentuk kekerasan lainnya terhadap perempuan yang melanggengkan perbedaan gender. Pembahasan tentang pornografi terhambat oleh gagasan kebebasan, kebebasan berekspresi dan masalah moralitas maupun sensor. Susanne Kappeler yakin bahwa masalahnya bukanlah pada isi pornografi: masalahnya, karena ada representasi dan makna representasi itu untuk mengubah seseorang menjadi objek. Pornografi mengkondisikan kegairahan laki-laki terhadap subordinasi perempuan, penghinaan, kesakitan, perkosaan, dan pengrusakan: baik “halus” maupun “kasar”. Orang yang menciptakan kesan pornografi selalu memulai dengan merendahkan “subjek”nya menjadi objek, sebuah objek yang kemudian dapat dijual kepada laki-laki sebagai kekayaan.


Disadur dari buku Gender & Pembangunan, 2003, Julia Cleves Mosse, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ikhlas. Just It!

Hari ini, aku medapatkan sebuah pelajaran yang berharga. Kita harus menjalani semuanya dengan hati yang ikhlas. Sebenarnya, siapa pun sudah mengetahui dan mengerti tentang hal tersebut, tetapi yang patut dipermasalahkan adalah adanya ketidakmampuan untuk menerapkannya. Termasuk aku !


Hari ini, aku mempunyai tugas kuliah yang harus kukerjakan. Namun, aku sangat malas untuk balik ke semarang (hingga jam 09.40 wib tadi, aku masih berada di pati). Tentu saja, dengan hati yang berat, akhirnya aku berangkat juga. Ternyata, allah mendengar keluh kesahku dan ingin memberikan sedikit pelajaran kepadaku. Untunglah, hanya ‘sedikit’ , kalau banyak aku nggak tahu apa yang akan terjadi padaku. Waktu perjalanan yang biasanya dapat ditempuh selama 3,5 jam molor menjadi 5 jam, karena berbagai sebab. Mulai dari lamanya waktu untuk menunggu bis dari pati (sekitar setengah jam lebih, hingga membuatku resah), terjadinya kemacetan yang cukup parah di demak, hingga satu jam waktu yang kubutuhkan hanya untuk menunggu bis kota menuju tembalang. Aku kecewa karena akhirnya tidak dapat ikut mengerjakan tugas itu biarlah perisitwa itu membuatku tersadar tentang arti dari keikhlasan.


O y, selain itu pernah juga kejadian dimana aku dan adikku terjatuh karena terserempet mobil. Aku ingat benar, karena hari itu adalah hari terakhir puasa setahun yang lalu. Pada waktu itu, aku merasa ogah-ogahan untuk mengikuti shalat Id (jangan sampai ditiru!) dan adikku juga malas untuk mengikuti takbiran di sekolahnya. Hasilnya, tentu saja aku dan adikku tidak dapat mengikuti kegiatan yang ada, karena harus beristirahat di rumah. Badan kita berdua pun babak belur dan linu semua di seluruh tubuh. Makanya, aku masih bersyukur bila hari ini aku hanya ‘sedikit dihukum’ oleh – Nya, dan tidak sampai terulang kembali peristiwa hampir setahun lalu itu. Yah, mungkin juga pada saat itu masih termasuk bulan suci yang penuh hikmah !!


Ihklas. We need it so much …

Jumat, 04 Juli 2008

Essai: Teknik Negosiasi dan Bagaimana Membangun Keputusan

Mulai dari bangun pagi, mungkin kita harus mengambil kesepakatan siapa yang harus menggunakan kamar mandi terlebih dahulu, kemudian apakah sopir harus mengantar isteri anda atau anda terlebih dahulu. Demikian pula di kantor misalnya kita melakukan negosiasi dalam rapat direksi, rapat staf, bahkan untuk menentukan di mana akan makan siang kita harus bernegosiasi dengan rekan sekerja kita. Jadi kita semua pada dasarnya adalah negosiator. Beberapa dari kita melakukannya dengan baik, sedangkan sebagian lagi tidak pernah memenangkan negosiasi. Sebagian kita hanya menjadi pengikut atau selalu mengikuti dan mengakomodasi kepentingan orang lain.

Jadi, tanpa kita sadari, setiap hari kita sesungguhnya selalu melakukan negosiasi. Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di setiap aspek kehidupan kita. Selain itu negosiasi adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan. Biasanya, kita memperoleh apa yang kita inginkan melalui negosiasi. Negosiasi dilakukan oleh semua manusia yang berinteraksi dengan manusia lainnya.

Negosiasi dilakukan mulai dari anak kecil sampai orang tua, semua lapisan dari kalangan sosial terbawah sampai dengan kaum elit di kalangan atas. Negosiasi dilakukan mulai dari rumah, sekolah, kantor, dan semua aspek kehidupan kita. Oleh karena itu penting bagi kita dalam rangka mengembangkan dan mengelola diri (manajemen diri), untuk dapat memahami dasar-dasar, prinsip dan teknik-teknik bernegosiasi sehingga kita dapat melakukan negosiasi serta membangun relasi yang jauh lebih efektif dan lebih baik dengan siapa saja. Kita bernegosiasi dengan siapa saja, mulai dari isteri atau suami, anak, orang tua, bos kita, teman dan relasi bisnis. Dan kegiatan negosiasi kita lakukan setiap saat setiap hari.

Negosiasi dapat berupa apa saja – gaji kita, mobil dan rumah yang kita beli, biaya servis mobil, biaya liburan keluarga, dan sebagainya. Negosiasi terjadi ketika kita melihat bahwa orang lain memiliki atau menguasai sesuatu yang kita inginkan. Tetapi sekedar menginginkan tidak cukup. Kita harus melakukan negosiasi untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dari pihak lain yang memilikinya dan yang juga mempunyai keinginan atas sesuatu yang kita miliki. Sedangkan agar negosiasi dapat terjadi dengan sukses, kita harus juga bersiap untuk memberikan atau merelakan sesuatu yang bernilai yang dapat kita tukar dengan sesuatu yang kita inginkan tersebut.

Negosiasi memiliki sejumlah karakteristik utama, yaitu:

§ senantiasa melibatkan orang – baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau perusahaan, sendiri atau dalam kelompok

§ memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi

§ menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu – baik berupa tawar menawar (bargain) maupun tukar menukar (barter)

§ hampir selalu berbentuk tatap – muka – yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi wajah

§ negosiasi biasanya menyangkut hal – hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi

§ ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak, meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat

Langkah – Langkah Bernegosiasi

1. Persiapan
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya.

Langkah kedua dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita. Usahakan kita dalam kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan relaksasi. Bagi kita yang menguasai teknik pemrograman kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita dapat melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah melakukannya berkali – kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan percaya diri.

2. Pembukaan
Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita harus mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk mengawali sebuah negosiasi dengan baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri, ketenangan, dan kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi.
Ada tiga sikap yang perlu kita kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive (tegas, tidak plin-plan), dan firm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang kita perlukan dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan memberikan perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak.

Berikut ada beberapa tahapan dalam mengawali sebuah negosiasi:

· Jangan memegang apa pun di tangan kanan anda ketika memasuki ruangan negosiasi

· Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu

· Jabat tangan dengan tegas dan singkat

· Berikan senyum dan katakan sesuatu yang pas untuk mengawali pembicaraan.

Selanjutnya dalam pembicaraan awal, mulailah dengan membangun common ground, yaitu sesuatu yang menjadi kesamaan antar kedua pihak dan dapat dijadikan landasan bahwa pada dasarnya selain memiliki perbedaan, kedua pihak memiliki beberapa kesamaan yang dapat dijadikan dasar untuk membangun rasa percaya.

  1. Memulai proses negosiasi

Langkah pertama dalam memulai proses negosiasi adalah menyampaikan (proposing) apa yang menjadi keinginan atau tuntutan kita.

Yang perlu diperhatikan dalam proses penyampaian tujuan kita tersebut adalah:

* Tunggu saat yang tepat bagi kedua pihak untuk memulai pembicaraan pada materi pokok negosiasi

* Sampaikan pokok-pokok keinginan atau tuntutan pihak anda secara jelas, singkat dan penuh percaya diri

* Tekankan bahwa anda atau organisasi anda berkeinginan untuk mencapai suatu kesepakatan dengan mereka

* Sediakan ruang untuk manuver atau tawar-menawar dalam negosiasi, jangan membuat hanya dua pilihan ya atau tidak

* Sampaikan bahwa ”jika mereka memberi anda ini anda akan memberi mereka itu – if you’ll give us this, we’ll give you that.” Sehingga mereka mengerti dengan jelas apa yang harus mereka berikan sebagai kompensasi dari apa yang akan kita berikan

* Hal kedua dalam tahap permulaan proses negosiasi adalah mendengarkan dengan efektif apa yang ditawarkan atau yang menjadi tuntutan pihak lain. Mendengar dengan efektif memerlukan kebiasaan dan teknik-teknik tertentu. Seperti misalnya bagaimana mengartikan gerakan tubuh dan ekspresi wajah pembicara. Usahakan selalu membangun kontak mata dengan pembicara dan kita berada dalam kondisi yang relaks namun penuh perhatian

  1. Membangun Kesepakatan

Babak terakhir dalam proses negosiasi adalah membangun kesepakatan dan menutup negosiasi. Ketika tercapai kesepakatan biasanya kedua pihak melakukan jabat tangan sebagai tanda bahwa kesepakatan (deal or agreement) telah dicapai dan kedua pihak memiliki komitmen untuk melaksanakannya.

Yang perlu kita ketahui dalam negosiasi tidak akan pernah tercapai kesepakatan kalau sejak awal masing-masing atau salah satu pihak tidak memiliki niat untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan harus dibangun dari keinginan atau niat dari kedua belah pihak, sehingga kita tidak bertepuk sebelah tangan.

Karena itu, penting sekali dalam awal-awal negosiasi kita memahami dan mengetahui sikap dari pihak lain, melalui apa yang disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun ekspresi wajah. Karena jika sejak awal salah satu pihak ada yang tidak memiliki niat atau keinginan untuk mencapai kesepakatan, maka hal tersebut berarti membuang waktu dan energi kita. Untuk itu perlu dicari jalan lain, seperti misalnya: conciliation, mediation dan arbitration melalui pihak ketiga.

Demikian sekilas mengenai negosiasi, dan yang terpenting, kita harus tahu bahwa negosiasi bukan hal yang asing.
Setiap kita adalah negosiator dan kita melakukannya setiap hari setiap saat. Selain itu negosiasi memerlukan karakter (artinya menggunakan seluruh hati dan pikiran kita), memerlukan penguasaan metoda atau pun teknik-tekniknya dan memerlukan kebiasaan dalam membangun perilaku bernegosiasi yang baik dan benar.

Sumber :

www.sinarharapan.co.id

Disfungsi Polder Tawang

Kota Semarang merupakan pusat perdagangan, pusat bisnis dan pemerintahan di Jawa Tengah. Kota ini sudah berkembang dari zaman kerajaan-kerajaan Islam sebagai pusat perdagangan. Namun, pertumbuhan ekonomi Kota Semarang sebagai pusat perdagangan mengalami gangguan dengan adanya bencana banjir dan rob yang selalu terjadi setiap tahun.

Berdasarkan kondisi geografisnya, kota yang terletak di pesisir pantai Pulau Jawa ini memiliki daerah-daerah potensi banjir. Banjir ini merupakan banjir kiriman dari wilayah selatan Kota Semarang dan juga Kabupaten Semarang. Bencana banjir telah menyebar hampir ke setengah dari luas wilayah Kota Semarang. Pemerintah daerah pun telah berupaya melakukan pembangunan fisik untuk menanggulangi banjir, tetapi dari seluruh pembangunan yang sudah dilakukan belum diperoleh hasil yang memuaskan. Padahal, alokasi dana pembangunan yang dikeluarkan cukup besar.

Penyebab terjadinya banjir dan rob pun ada berbagai macam. Beberapa di antaranya adalah adanya sistem drainase yang belum berfungsi secara maksimal, kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai, sedimentasi dari hulu yang akan mengurangi kapasitas sungai, kanal, dan muara di sepanjang pantai, kerusakan pintu air dan talut. Selain itu, masih ditambah dengan alih fungsi daerah rawa menjadi kawasan industri, perumahan dan kawasan terbangun lain yang menyebabkan hilangnya kapasitas penyangga (buffering capacity), serta kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan fungsi drainase.

Air genangan (rob) merupakan air yang berasal dari pasang air laut dan menimpa wilayah Semarang bagian utara. Rob tersebut terjadi mulai dari Tanah Mas, Bandarharjo, Kuningan, Tawang, Pelabuhan Tanjung Emas, Kemijen, Jalan Kolonel Soegiono, Jalan Agus Salim hingga Jalan Pengkuran. Bahkan, wilayah perkotaan yang semula aman, kini mulai menjadi tergenang. Di sekitar kawasan Pasar Johar, misalnya, genangan air telah menjadi suatu pemandangan yang biasa.

Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan cara membangun polder, misalnya Polder Tawang. Polder ini dibangun pada tahun 2000 dan mempunyai luas sekitar 1.3 hektar.

Polder selalu diidentikkan dengan negara kincir angin, yaitu Belanda, dimana seperempat dari luas wilayahnya berada di bawah permukaan air laut. Yang perlu untuk diketahui, Belanda mempunyai lebih dari 3000 polder yang tersebar di penjuru negeri.

Bahkan, sebelum ditemukannya mesin pompa, kincir angin telah digunakan untuk menaikkan air dari suatu polder ke polder lain yang lebih tinggi. Pada daerah polder, air buangan (air kotor dan air hujan) dikumpulkan pada suatu badan air (sungai dan situ), yang kemudian dipompakan ke sungai atau kanal yang langsung bermuara ke laut.

Kita perlu banyak belajar dari negara ini dalam hal penanggulan banjir, yang sudah kenyang bergulat memerangi banjir sejak abad ke-17 karena morfologi alamnya sebagian besar yang berupa rawa dan dataran rendah. Di negara ini, ancaman banjir datang secara rutin dari laut melalui gelombang pasang dan ganasnya badai Laut Utara, ataupun dari luapan sungai Ijssel, Maar, dan Rijn akibat mencairnya es di hilir sungai pada akhir musim dingin.

Sistem polder dipakai untuk mengeluarkan air dari dataran rendah dan juga menangkal banjir di wilayah delta dan daerah aliran sungai. Di negara ini, rencana penanganan banjir ditetapkan pada level nasional, provinsi, dan kotapraja. Terdapat Badan Manajemen Air yang sejajar dengan pemerintahan lokal dan berperan khusus dalam perencanaan, manajemen aktivitas yang berkait dengan air, juga upaya mitigasi bencana banjir.

Upaya penanganan banjir juga melibatkan masalah penyediaan perumahan, tempat kerja, suplai air minum, pertanian, lingkungan ekologis, galian mineral, bahkan pariwisata dan rekreasi. Sungai Rijn (Rheine) yang menyebabkan banjir adalah lintasan jalur wisata perahu pesiar yang bermula di Swis, melewati Jerman dan berakhir di Belanda.

Polder dapat didefinisikan sebagai sekumpulan dataran rendah yang membentuk kesatuan hidrologis artifisial yang dikelilingi oleh tanggul. Tanggul yang mengelilingi polder dapat berupa pemadatan tanah dengan lapisan kedap air, dinding batu, ataupun berupa konstruksi beton. Sedangkan menurut Kasi Operasional dan Pemelihaaan Pengairan DPU Kota, Ir. Fauzi, MT, secara sederhana, polder merupakan jaringan drainase di suatu kawasan, yang terisolasi atau terlindung dari banjir dan genangan, termasuk akibat naiknya muka air laut (rob).

Pembangunan polder mempunyai tujuan untuk mencegah suatu daerah dari banjir dan rob. Sedangkan tujuan dibangunnya sistem polder Tawang adalah untuk memproteksi air limpahan dari luar kawasan dan mengendalikan muka air di Kota Lama. Sebagaimana yang telah diketahui, Kota Lama merupakan suatu wilayah cagar budaya yang meninggalkan banyak bangunan bersejarah, antara lain Stasiun Besar Semarang Tawang, Gereja Bleduk, Kelenteng Ganglombok, dan rumah-rumah kuno lain. Apabila permasalahan banjir dan rob tidak segera diatasi, dikhawatirkan hal tersebut akan berdampak pada pengurangan jumlah wisatawan, baik wisatawan asing maupun lokal yang berkunjung ke polder tersebut.

Karena itu kita perlu mencermati tiga hal positif berkaitan dengan pembangunan polder tersebut :

  • Memberikan ruang terbuka bagi masyarakat sekitar. Lingkungan yang semula terkesan "hitam" kumuh dan menyeramkan menjadi lebih tertata sehingga dapat menghidupkan kembali citra Kota Lama.
  • Kolam bisa berfungsi sebagai obyek rekreasi keluarga dan tempat interaksi sosial masyarakat, setidaknya sebagai alternatif tempat hiburan setelah Simpanglima.
  • Penyediaan air untuk mananggulangi kebakaran dan penyiraman tanaman kota.

Namun, yang patut disayangkan, polder yang dibangun dengan menggunakan dana 7 miliyar ini belum dapat berfungsi secara optimal. Apabila terjadi hujan yang deras, pompa-pompa yang ada di sana seringkali tidak bisa mengatasi genangan yang timbul. Hal ini memang tidak bisa terlepas dari faktor pompa yang jumlahnya tidak sebanding dengan kebutuhan ideal yang direncanakan, juga dikarenakan oleh adanya air yang masuk ke Polder Tawang tersebut juga berasal dari daerah lain, seperti dari Jalan Pengapon dan Ronggowarsito. Padahal, pada awalnya kolam polder dibuat hanya untuk menampung buangan air dari Kota Lama dan sekitarnya.

Secara lebih jelas, pembangunan Polder Tawang membawa konsekuensi terhadap pengeluaran dana pemerintah yang sangat besar, dan membutuhkan waktu yang lama di dalam pembebasan lahan, pembangunan fisik maupun untuk pengadaan dan perawatan mesin-mesin dan peralatan. Adapun komponen sistem polder ini terdiri dari tanggul, pintu air, saluran, kolektor, pompa air dan kolam retensi.

Usaha yang dilakukan oleh pemerintah dengan membangun polder dan pompa-pompa air sudah selayaknya dihargai, walaupun kita melihat bahwa solusi tersebut masih bersifat parsial, lokal, dan berjangka pendek. Jadi, pada intinya, apabila sumber masalahnya tidak segera diantisipasi, dalam jangka panjang, polder dan pompa tidak akan mampu mengatasi gelombang rob yang semakin besar.

Meskipun demikian, setidaknya keberadaan Polder Tawang mampu mengurangi tinggi dan luas genangan rob. Polder tersebut dapat menampung 39000 m2 air. Usaha-usaha seperti itu, dapat mengurangi ketinggian, jangka waktu, dan luas genangan air.

Pengelolaan sistem polder ini memerlukan penanganan yang cukup sulit, terutama di dalam menjaga kebersihan dan pemanfaatan kolam retensi sebaik-baiknya. Selain dari limbah yang berasal dari rumah tangga, air dari polder tersebut juga dapat pula berasal dari limbah pabrik, sehingga dikhawatirkan limbah tersebut akan menimbulkan pencemaran air dan menimbulkan bau busuk di sekitar kolam retensi.

Sistem polder dapat dioptimalkan dengan adanya pemasangan tanggul pengaman untuk kawasan rendah dan mengembangkan drainase di perkotaan, guna mengurangi kawasan banjir akibat genangan air. Polder Tawang tentu tidak dapat mengatasi banjir dan rob sendirian. Bahkan, pompa-pompa air di Polder Tawang tidaklah mencukupi, sehingga sangat perlu diadakan normalisasi saluran dan penambahan kapasitas pompa pada sejumlah lokasi yang rawan banjir dan rob.

Selain upaya struktural, upaya non-struktural juga sangat penting di dalam mengembangkan pendidikan bagi masyarakat luas. Misalnya, adanya pembangunan kesadaran masyarakat untuk lebih memiliki kepedulian lingkungan terhadap fungsi drainase.

Berkurangnya kemampuan sungai dan kanal selama ini, disebabkan oleh pembuangan sampah seperti plastik, kardus, dan sampah padat lain. Berbagai sampah ini tentu akan menghalangi aliran air, baik dari air hujan maupun air laut karena pasang yang mengalami kenaikan.

Selain itu, rob justru menjadi semakin parah karena respons masyarakat dan pemilik bangunan yang terkena rob tersebut bersifat individual. Rumah, toko, kantor, industri berlomba-lomba meninggikan daerahnya. Hal ini menjadikan daerah yang tidak ditinggikan akan kebanjiran.

Upaya lainnya adalah dengan memperbanyak penanaman pohon. Pemerintah juga diharapkan menggunakan ­grass-block dan pemasangan paving-block yang menyebabkan air dapat meresap ke dalam tanah, dan tidak mengalami runoff. Adanya daerah resapan yang tidak terlalu luas, tetapi jumlahnya banyak dan tersebar di seluruh penjuru kota, akan memberikan konstribusi yang efektif dalam meresapkan air. Setidaknya, usaha-usaha tersebut dapat meminimalkan kerugian akibat banjir.

Sumber:

http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1571&Itemid=32

http://www.ekonomirakyat.org/edisi_15/artikel_3

http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2915&Itemid=1

http://suaramerdeka.com/harian/0506/05/nas02.htm

http://www.fwi.or.id/indexasli.php?link=news&id=1288

http://www.suaramerdeka.com/harian/0411/19/opi2.htm

http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/umum/1id51749.html

http://www.suaramerdeka.com/harian/0405/27/kot06.htm

http://www.smeru.or.id/newslet/2003/ed07/200307brief.htm

http://www.suaramerdeka.com/harian/0605/02/kot10.htm

http://www.suaramerdeka.com/harian/0406/17/kot01.htm

http://www.suaramerdeka.com/harian/0406/20/kot03.htm

http://www.unika.ac.id/kronik/2006/17032006.pdf

http://digilib.ampl.or.id/detail/detail.php?row=&tp=artikel&ktg=banjirluar&kd_link=&kode=1619