Senin, 18 Januari 2010

Lagu Sedih

Begitu indahnya untuk dikenang
Saat kamu masih … mengejar cintaku
Begitu manisnya tangismu untuk
memohon hadirku ke dalam hidupmu

Katamu kau tak akan tinggalkan aku,
sakiti aku, lukai aku
Tapi, kau ternyata tinggalkan aku sendiri
Katamu kau tak akan pernah duakan hatimu,
cintamu

Kemana perginya kamu yang dulu,
yang maunya selalu dekat dengan aku
Kemana perginya cinta yang dulu
yang pernah kau tikam ke dalam jantungku

Katamu kau tak akan tinggalkan aku,
lukai aku, sakiti aku
Tapi, kau ternyata tinggalkan aku sendiri
Katamu kau tak akan pernah duakan hatimu,
cintamu

Siapa yang tidak kenal dengan lagu sedihnya Mulan? Lagu ini begitu tenar, walaupun sebenarnya aku ga suka ma Mulan …, tapi lagu ini begitu meresap ke dalam jiwaku. Menurutku, ‘lagu sedih’ ini benar-benar lagu sedih, ga hanya judulnya saja. Kok bisa ya? Kok bisa aku mengalami kisah cinta yang sama persis dengan yang diceritakan oleh lagu itu?

Aku begitu menghargai bagaimana dia benar-benar memperhatikanku pada awal kisahku, bagaimana dia mengenalkanku pada dunia. Aku yang tidak tahu apa-apa menjadi mulai mengenal lingkungan luar. Bagaimana aku yang semula hidup dalam ‘sangkar’ menjadi mulai mengetahui indahnya dunia. Secara perlahan dan pasti, dia mulai menyusup masuk ke dalam jiwaku. Aku adalah orang yang tidak mudah untuk jatuh cinta, aku adalah orang yang membutuhkan pembuktian, tak sekedar kata-kata rayuan gombal saja. Namun, kemudian dia meninggalkanku dengan cara yang bahkan sebelumnya aku hanya tahu dari teorinya saja.

Seperti kisah dalam Lagu Sedih, begitu pula dengan kisahku. Hehe, untukku semua itu begitu menyedihkan, karena selama 20 tahun masa hidupku, dia menjadi yang pertama dalam hidupku. Mungkin, hal ini aneh bagi orang lain. Tapi, aku mempunyai prinsip yang mungkin juga aneh bagi kebanyakan orang. Tidak bisa jika tanpa rasa. Jadi, aku terpengaruh oleh Ibu atau juga oleh film-film romantis yang pernah aku tonton. Ketika menjalin suatu hubungan, aku harus memiliki rasa kepadanya, begitu pula sebaliknya. Maka, ketika dia meninggalkan aku, aku sangat terpukul. Tidak tahu mesti bilang apa, kepalaku sampe mumet ga karuan. Akan tetapi, cinta memang tidak bisa dipaksakan, bukan? Ketika cinta di antara kita berdua tidak lagi seimbang, apakah aku akan tetap memaksakan bahwa dia harus kembali menyayangiku? Aku yakin, jawabannya tidak bisa.

Dan begitulah ketika kisah itu dimulai. Begitu pula ketika kisah itu berakhir …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar