Selasa, 02 Maret 2010

Genuk Kemiri

Genuk Kemiri merupakan salah satu di antara belasan objek wisata yang “menarik” di Kabupaten Pati. Menarik? Sebenarnya, saya ga sepakat dengan kata menarik itu. Hmm, sebenarnya apa yang menarik dari objek wisata yang ada di kabupatenku? Duh, sebenarnya saya tidak mau menjelek-jelekkan, tetapi saya sedang berbicara tentang kenyataan hidup. Apa sih yang membuat Pati menarik dengan objek wisata yang sangat-sangat minimalis sekali? Cuma ada gua – itupun sudah mulai berkarat, ada waduk – yaa, masih bagus lah, ada genuk – cukup unik, dan sebagainya. Akan tetapi, masalah terbesarnya adalah … semua itu ga satu2nya ada di dunia ini. Gua, genuk, ataupun waduk juga bisa ditemui di daerah lain, dan tidak perlu jauh-jauh datang ke Kabupaten Pati. Malah, dengan fokus objek yang sama, kondisinya lebih bagus di daerah lain. Bagaimanakah ini? Kabupaten Pati BELUM punya suatu objek wisata yang khas, yang bisa menandakan bahwa itulah Pati. Wah, Kabupaten Pati memang ga bisa mengandalkan pemasukannya dari sektor pariwisata. Seandainya saja Candi Borobudur dipindahkan ke Kabupaten Pati? Atau, seandainya saja ditemukan tambang emas atau tambang minyak atau tambang batu bara di kabupatenku, pasti akan laen ceritanya. Hehe, saya memang sedang mengkhayal …

Sumber : Hasil Dokumentasi Pribadi, 2009
Gambar 1.1
Genuk Kemiri

Sumber : Hasil Dokumentasi Pribadi, 2009
Gambar 1.2
Ruang Tempat Genuk Kemiri Berada

Yuk, saya balik lagi ke bahasan sebelumnya, yaitu Genuk Kemiri. Genuk, atau yang biasa disebut sebagai tempayan (dalam http://dadilimbuksik.multiply.com) merupakan sejenis keramik yang digunakan untuk upacara-upacara tertentu di kalangan masyarakat Bidayuh, Iban, Kenyah, Murut dan sebagainya. Walah, saya ga mengerti apa itu Bidayuh, Iban, Kenyah, Murut. Ya mpun lah, mari kita lewati saja.

Gambaran Umum Genuk Kemiri
Berdasarkan gambaran umum yang saya ambil dari beberapa situs internet, maka Genuk Kemiri memiliki lokasi yang ditengarai bekas pusat pemerintahan Kadipaten Pati, sebelum dipindahkan ke Kampung Kaborongan, Kelurahan Pati Lor hingga sekarang, semula berupa tanah kosong yang banyak ditumbuhi pohon besar dan rumpun bambu. Bagian depan masuk lokasi tersebut terdapat pohon beringin tua. Kawasan itu mulai ditata dan diperindah, ketika masa Pemkab Pati dijabat Bupati Sunardji. Selain dipasang tembok pembatas keliling, bekas bangunan pendapa kabupaten juga dipindahkan ke lokasi tersebut, sehingga pada setiap peringatan HUT Pati yang tiap tahun jatuh pada 7 Agustus, pendapa berfungsi sebagai tempat malam tirakatan.

Sumber : Hasil Dokumentasi Pribadi, 2009
Gambar 1.3
Pohon Beringin di Area Objek Wisata Genuk Kemiri

Di belakang sisi utara pendapa terdapat cungkup mirip sebuah makam. Di dalam bangunan itulah terdapat sebuah genuk (tempayan) yang dikenal sebagai Genuk Kemiri yang kondisinya sudah tidak utuh lagi karena pecah. Di lokasi genuk itu, biasanya dijadikan tempat orang untuk ngalap berkah. Pada sisi belakang pendapa terdapat makam tua yang diyakini warga sebagai makam sesepuh Kemiri.

Sumber : Hasil Dokumentasi Pribadi, 2009
Gambar 1.4
Tulisan Jawa yang Terdapat di Depan Ruangan Makam

Sejak dipindahkan bekas bangunan pendapa kabupaten, tempat tersebut bila malam tidak gulita karena diberi penerangan listrik. Selain itu, Balai Desa Serirejo juga sudah dipindahkan ke lokasi tersebut. Balai Desa Sarirejo memiliki bentuk yang unik dengan ukiran yang memenuhi sisi atap dan tiang penyangga. Lantai nya pun mewah dan modern, berupa keramik merah.
Sumber : Hasil Dokumentasi Pribadi, 2009
Gambar 1.5
Kantor Desa Sarirejo

Sumber : Hasil Dokumentasi Pribadi, 2009
Gambar 1.6
Balai Desa Sarirejo


Sumber : Hasil Dokumentasi Pribadi, 2009
Gambar 1.7
Ukiran di Balai Desa Sarirejo

Aksesibilitas

Untuk mencapai ke objek wisata Genuk Kemiri, maka dapat ditempuh dengan berjalan kaki ataupun naik kendaraan bermotor, misalnya sepeda motor, mobil, dan truk. Untuk kendaraan berat (seperti bus, truk kontainer) tidak dapat masuk, karena letak Genuk Kemiri berada di dalam gang, yaitu di tengah-tengah permukiman penduduk yang cukup padat. Adapun, jalan di depan Genuk Kemiri telah beraspal (walaupun ga mulus-mulus amat) dengan lebar kira-kira 3-4 meter (jalan lingkungan).

Isi
Isi apa ini? Hehe, tentu saja isi dari objek wisata Genuk Kemiri, bagaimana keadaan di dalamnya, ada penjaganya atau tidak, dan lain sebagainya. Nah, Genuk Kemiri ini terletak di dalam suatu ruangan yang dikeramatkan, dimana hanya penjaganya (ga tahu namanya siapa? Maksudnya, jika penjaga makam dinamakan juru kunci, kalau penjaga Genuk Kemiri disebut apa ya???) yang memiliki kunci untuk membuka ruangan yang berisi Genuk Kemiri tersebut. Yang dinamakan Genuk Kemiri ternyata adalah sebuah lubang berisi air yang di atasnya diberi kelambu dan terdapat pula kemenyan. Hal itu menandakan betapa keramatnya Genuk Kemiri. Mungkin saja, banyak orang yang percaya bahwa air dalam genuk tersebut banyak mengandung berkah (walaupun saya sendiri kurang percaya akan hal tersebut).

Kemudian, penjaga Genuk Kemiri tersebut bernama Bapak Slamet, yang telah bertahun-tahun diberikan amanah untuk menjadi juru jaga tempat tersebut. Beliau pun sudah berpengalaman, bahkan beliau juga menceritakan rentetan kisah panjang tentang asal muasal terjadinya Genuk Kemiri. Sebagai generasi muda, waduh, saya tidak begitu paham dengan cerita beliau. Namun, cerita tersebut sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut, melibatkan banyak sekali tokoh pada saat Kabupaten Pati mulai terbentuk. Selain melihat Genuk Kemiri, Bapak Slamet mengajak kami berdua (pada saat mengunjungi Genuk Kemiri, saya bersama ibu saya …, keleatan banget kalo anak mami) mengunjungi makam Joyokusumo, yang tidak berada terlalu jauh dengan Genuk Kemiri. Huff, di dalam ruangan yang merupakan makam tersebut, saya takut banget. Rasanya merinding ga karuan. Yah, bagaimana lagi … lha, pada saat itu saya bersama makam, sih. Di dinding di ruangan tempat makam tersebut berada, digantungkan beberapa pigura, salah satunya adalah silsilah keluarga Kerajaan Pesantenan Pati. Sayangnya, silsilah tersebut ditulis oleh tangan, seandainya dicetak dengan printer pasti hasilnya akan lebih maksimal.

Sumber : Hasil Dokumentasi Pribadi, 2009
Gambar 1.8
Bapak Slamet, Penjaga Genuk Kemiri

Sumber : Hasil Dokumentasi Pribadi, 2009
Gambar 1.9
Silsilah Kerajaan Kadipaten Pati

Sumber : Hasil Dokumentasi Pribadi, 2009
Gambar 1.10
Makam Joyokusumo

Bapak Slamet pun bercerita bahwa telah menjadi kebiasaan yang turun temurun, jika Bupati dan Wakil Bupati yang terpilih pasti akan mengunjungi (sowan) ke Genuk Kemiri, mungkin untuk meminta restu. Saya tahu perbuatan tersebut dilarang oleh agama, tetapi hal itu tidak bisa terlepas dari istilah Islam Kejawen yang tidak bisa ditinggalkan oleh penganutnya. Setiap ada masalah yang menimpa Kabupaten Pati, misalnya demo memprotes kenaikan tarif PDAM, maka beberapa saat kemudian, demo tersebut sirna dan tidak lagi terdengar gaungnya. Menurut Bapak Slamet, pada saat terjadi situasi genting, maka Bupati Pati yang saat itu sedang berkuasa sowan ke Genuk Kemiri (biasanya Bupati Pati datang pada pukul 2 malam). Genuk Kemiri sudah dianggap sebagai “Danyang Kabupaten Pati”.

6 komentar:

  1. WAH BAGUS BANGET CERITANYA SEDIKIT MENARIK TAPI KOK KAMU BIKINNYA HANYA SETENGAH SETENGAH SIH, GA DA YANG ORANG LAIN MENARIK DENGAN KATA - KATAMU ITU, PADAHAL KOTA KOTA PATI KAN TERKENAL DENGAN ADAT KEBUDAYAAN NYA DAN KEUNIKAN RAGAMNYA DI SEGALA SEKTOR . OK COY TOLONG KAH DI TULIS DENGAN LEBIH MENARIK SUPAYA ORANG YANG MEMBACA ITU AKAN PENASARAN DENGAN ISTILAH - ISTILAH AYANG ADA DI DALAM SITIS KAMU ITU , TERIMA KASIH

    BalasHapus
  2. wah critone apik mbak hehehhe............... tapi kok kurang komplit ketone heheheheh

    BalasHapus
  3. wah gua org kemiry emg bngga bgtzzz......xaxaxa........

    BalasHapus
  4. bagus lah tapi sayang ceritanya agak kurang komplit kn asal usulnya blm di tulis , jadi blm lengkap,...
    guanya bagus klu g' prcya dtng aja ke Kemiri ( Pati )

    BalasHapus
  5. BAMBANG SUBANDRIYO7 Maret 2013 pukul 23.55

    aku bocah kemiri gang 6 gali terus sejarah kemiri agar gerasi penerus semakin tau dan bangga ama kampung halaman,aku sekarang dinas di TNI-AL jakarta dan aku tetap cinta kampungku.

    BalasHapus
  6. andri alumni SMA NASIONAL PATI8 Maret 2013 pukul 00.02

    kalau kata bu Mega JAS MERAH :jangan sekali kali melupakan sejarah.

    BalasHapus