Jumat, 13 Agustus 2010

Cinta Nana untuk Aldi

Sejak malam itu, hati Nana selalu dirundung gelisah. Dia merasa sudah tidak sanggup lagi menatap kehidupan dengan kepala tengadah. Dia bukan Nana yang dulu lagi. Sekarang, dia sudah kotor. Walaupun telah berendam selama satu jam, walaupun telah menggosok tubuhnya berulang kali, tetapi dia bukanlah seorang gadis yang masih suci. Ah, Nana ingin menangis, meraung-raung, berteriak untuk melepaskan semua ini.

“Tuhan, mengapa aku begitu bodoh? Aku … aku …,” Nana tidak dapat melanjutkan kata-katanya, karena di detik berikutnya matanya telah kembali tertutup oleh air mata. Namun, nasi telah menjadi bubur. Apa yang dapat dia lakukan sekarang?
“Ya, aku harus menguburnya dalam-dalam,” tekad Nana.

Dua bulan kemudian, apa yang semual dikhawatirkan oleh Nana benar-benar terjadi. Kini, dia benar-benar panik. Dia tidak tahu apa yang mesti dilakukannya.

“Sudah dua bulan …,” gumam Nana lirih, hampir pingsan melihat tes uji kehamilan yang menunjukkan dua buah garis merah yang jelas. Nana merasa sangat lemas, tidak sanggup lagi berdiri. Dunia Nana menjadi terbalik seketika, runtuh menimpanya, membuat jiwanya hancur menjadi kepingan. Kiamat sudah!

Tak ada yang Nana lakukan selain menangis sepanjang hari. Dia tidak lag memiliki nafsu makan, apalagi tidur pulas. Yang tidak bisa dia lakukan lagi, sejak …

Nana ingin mati sekalian saja. Namun, dia tidak bisa melakukannya! Sudah ada seseorang yang berada di dalam tubuhnya dan menyatu bersama dengannya. Dia tidak tega untuk membunuh janin itu bersama dengannya. Janin ini tidak berdosa, dia berhak untuk mendapatkan kehidupan dan menghirup udara bebas di luar rahim ibunya. Yang pasti, dia tidak minta untuk dilahirkan ke dunia.

“Aldi …,” panggil Nana lirih. Seandainya tidak sedang mengandung, dia tidak akan mau mengemis di hadapan Aldi seperti saat ini.
“Ada apa?” tanya Aldi agak ketus pada Nana.
Nana tersentak. Padahal, sebelum ini, Aldi selalu bersikap manis kepadanya, tidak pernah berkata kasar sekalipun.
“Al, aku hamil,” kata Nana sangat pelan hampir tidak terdengar.
“Apa?” teriak Aldi. Ternyata, kata-kata itu masih bisa didengarnya. Bagai disambar petir Aldi mendengarnya.
Cepat! Gugurkan dia, Na! Aku belum siap punya anak,” kata Aldi panik.
“Tapi, dia tetap anakmu.”
“Tidak.”
“Al, dia tetaplah darah dagingmu.”
“Na, dengarkan kata-kataku. Kita berdua akan hancur karena anak sialan ini!”
“Jadi …,” Nana menatap Aldi dengan perasaan yang bercampur aduk. Wajahnya semakin bertambah pucat. Tiba-tiba, dia merasakan firasat yang buruk datang menghampirinya.
“Na, aku belum siap menjadi ayah!”
Hati nana sangat sakit mendengarnya. Padahal, selama ini, dia begitu percaya kepada Aldi. Aldi yang mampu membangkitkan rasa cinta yang entah sekian tahun terkubur di dasar hatinya. Aldi yang baik, pengertian, selalu siap menolong itu sudah tidak ada lagi. Kini, yang dilihatnya adalah seorang cowok yang tidak berani mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dimana Aldi yang dulu?
Seketika Nana tersadar. Ternyata, cinta selama ini telah membutakan matanya, menutup telinganya, membelenggu hatinya.
“Jadi, semua itu benar? Aku … telah dijadikan taruhan olehmu dan teman-temanmu?” kata Nana dengan suara bergetar.
Aldi terkejut menyadari ke arah mana pembicaraan mereka saat ini. Dia terdiam tak menanggapi. Bukannya tak mau bertanggungjawab, tetapi karena dia tidak pernah menyangka kejadiannya akan berakhir dengan jalan cerita seperti ini.
“Jawab, Al! Aku ingin mendengarnya langsung darimu,” kata Nana dengan suara serak.
Aldi tetap membisu. Dia diam saja, berusaha tidak menanggapi pertanyaan Nana. Dia masih punya hati. Jika dia mengatakan semuanya, gadis yang ada di hadapannya sekarang pasti akan sangat … sangat terluka.
“Al, aku siap mendengar apapun darimu.”
Walaupun sebenarnya Nana tidak pernah siap menghadapi apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini.
Setelah didesak terus oleh Nana, akhirnya Aldi menyerah. Dia sungguh ingin menggeleng, tetapi entah mengapa dia justru mengangguk membenarkannya.
Nana memandang Aldi dengan perasaan terluka, perih, kecewa, sakit …
Kini, dia sudah tidak bisa lagi menahan air matanya, dia tidak peduli lai seandainya Aldi melihatnya menangis di hadapannya.
“Maafkan aku, Na! Aku … aku …,” kata Aldi sambil meraih tangan Nana. Namun, Nana menepisnya.
“Sudahlah, kamu tidak perlu mengatakan apa-apa lagi. Aku sudah tahu …”jawab Nana setelah dia bisa mengatur perasaannya. Bukankah kenyataan ini terlalu memilukan?
“Al, jadi kamu tidak pernah mencintaiku?”
Kali ini Nana sudah siap mendengar jawaban tidak dari mulut Aldi.
“Na, maaf. Aku tidak pernah mencintaimu. Aku hanya ingin …”
Sebelum Aldi sempat meneruskan kata-katanya, Nana sudah memotong,” Ya, aku tahu.” Nana tersenyum pilu,” terima kasih karena kau telah memberikan makna cinta untukku. Setelah hari ini, semoga kamu tidak pernah melihatku lagi.”
Nana beranjak dari kursinya. Akan tetapi, Aldi masih saja duduk, masih terpana dengan kata-kata yang diucapkan oleh Nana. Begitu tersadar, Aldi berlari mengejar, tetapi Nana sudah menghilang. Padahal, tadi dia sudah siap apabila dipukul, ditampar, atau diapakan juga.
Itulah terakhir kali Aldi melihat Nana. Sejak saat itu, Nana sudah tidak pernah masuk kuliah. Kosnya kosong, dan dia pergi tanpa pamit. Teman-temannya pun tidak ada yang tahu dimana Nana terakhir berada. Nana bagaikan ditelan bumi. Entah kemana dia pergi, Aldi tidak tahu …
Nana memutuskan untuk tinggal di kota ini. Kota yang damai. Kota yang bisa digunakannya untuk melupakan masa lalunya yang kelam. Dengan uang tabungannya, Nana mengontrak sebuah rumah kecil yang akan ditinggalinya bersama anaknya kelak. Anak dari seseorang yang sangat dicintainya …

Ckittt …, Aldi mengerem mobilnya. Di hadapannya, ada seorang anak kecil yang hendak menyeberang. Untunglah, dia bisa menghentikan laju mobilnya tepat pada waktunya. Terlambat sedikit saja, Aldi tidak yakin lagi apakah anak itu akan selamat atau tidak. Dia merasa bersalah, hanya karena dia tidak ingin terlambat menghadiri rapat bersama Bapak Bupati, dia mau saja menerobos lampu kuning.
Aldi turun dari mobilnya.
“Dek, kamu tidak apa-apa?” tanya Aldi pada anak kecil yang memakai seragam SD itu.
“Aldi tidak apa-apa kok, Om,” jawabnya polos sambil tersenyum memperlihatkan deretan giginya.
Deg! Aldi merasa ada yang tidak beres dengan jantungnya. Nama anak ini sama dengan dirinya. Dan, apabila diperhatikan, bisa dibilang anak ini mirip dengannya.
“Mungkinkah?”
Namun, Aldi menepis pikirannya jauh-jauh.
“Tidak mungkin,” gumamnya pada dirinya sendiri.
“Da … da …, Om,” teriak anak itu dari seberang jalan.
Aldi hanya tersenyum dan segera teringat dengan rapat yang harus dihadirinya. Segera dilarikannya mobil itu menuju kantor Bupati dengan perasaan yang tidak tenang. Aldi masih memikirkan anak SD itu. Seakan, ada ikatan batin yang tidak terlihat di antara mereka berdua.

“Ibu, tadi di jalan, Aldi melihat Ayah,” kata Aldi senang.
“Apa, Aldi? Kamu melihat Ayah?” tanya Nana tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan dari anaknya.
“Aldi beneran melihat Ayah?” tanya Nana untuk kedua kalinya, hanya untuk meyakinkan telinganya apakah dia salah dengar atau tidak.
“Iya, Bu. Aldi bener-bener melihat Ayah. Ayah yang ada di foto itu,” tunjuk Aldi pada sebuah foto kusam yang dipajangnya di ruang tamu. Foto satu-satunya yang dimiliki oleh Nana.
“Aldi pasti salah lihat. Ayah kan sedang pergi berlayar …”
“Untuk menangkap ikan ya, Bu? Terus, ikannya yang kita makan itu? Besok, Aldi juga mau menjadi kapten kapal …”
“Kalau begitu, Ibu mau dengar Aldi nyanyi.”
Aldi pun mulai menyanyi diiringi tepukan dari Nana. “Nenek moyangku seorang pelaut …”
Siang harinya, Aldi sudah melupakan sosok yang bernama ‘ayah’. Dia sudah bermain bersama dengan teman-teman sebayanya. Dari kejauhan, Nana tersenyum. Sekarang, Aldi telah tumbuh menjadi seseorang yang tampan, pintar, dan baik hati, seperti … Ah Nana berusaha membuang kenangan masa lalunya yang tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam pikirannya.
“Maafkan Ibu, Nak. Ibu tidak pernah mengenalkan sosok Ayah bagimu.”

“Dok, bagaimana keadaan Aldi?” Aldi seperti memanggil dirinya sendiri.
“Dia berhasil melewati masa kritisnya. Untunglah, Anda cepat membawanya ke sini. Jika tidak, saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada anak itu.”
“Terima kasih, Dokter sudah menyelamatkan nyawa Aldi.”
“Itu memang sudah menjadi kewajiban kami untuk menolong sesama,” jawab Doketer itu tersenyum,” sebentar lagi ibu anak itu akan ke sini.”
“Iya, terima kasih, Dokter,” seru Aldi sambil menyalami Dokter itu.

Satu jam berlalu, ketika seorang wanita dengan langkah tergesa-gesa segera mendatangi ruangan dokter. Aldi tidak memperhatikannya, bukankah wajar saja jika setiap hari ada ratusan orang yang berlalulalang di lorong rumah sakit ini?
“Dok, bagaimana anak saya?” kata wanita itu dengan setengah menangis.
“Tenang dulu, Bu,” jawab Dokter itu dengan sabar.
“Saya harus tenang bagaimana melihat anak saya terbaring tak sadarkan diri di rumah sakit!”
“Saya tahu bahwa Ibu cemas. Tapi, Aldi tidak apa-apa. Dia selamat berkat seseorang.”
Nana memandang memandang wajah dokter itu tidak mengerti.
“Maksud Dokter?”
“Untuk anak sekecil itu, Aldi telah kehilangan banyak darah. Tapi, mohon maaf sebelumnya, karena kami tidak memiliki persediaan daerah putra Anda. Golongan darahnya, A.”
Nana masih tidak mengerti. Wajar saja jika golongan dalah Aldi A, lha dia kan mempunyai golongan darah A dan begitu pula ayah biologisnya.
“Lalu, apa masalahnya, Dok?”
“Putra Anda memiliki Rh –, sangat jarang orang Indonesia memiliki golongan darah Rh –, darah ini termasuk jenis langka.”
Nana mengangguk mengerti.
“Untunglah, bapak yang ada di luar tadi memiliki golongan darah yang sama dengan putra Ibu. Ini termasuk keajaiban dan anugerag bagi putra Ibu.”
“Terima kasih, Dokter.”
“Sama-sama, Bu.”
“Jadi, Bapak itu sekarang masih ada di luar?”
Dokter itu mengangguk.

Nana segera bergegas keluar mencari pria yang telah menolong nyawa anaknya. Dia harus mengucapkan terima kasih banyak kepadanya, bahkan beribu terima kasih. Tanpa Aldi, dia tak akan lagi sanggup bertahan hidup …
Dilihatnya pria itu sedang membaca pengumuman yang ada di rumah sakit. Dia memunggungi Nana. Nana pun segera menuju ke tempat pria itu.
“Maaf, Pak. Saya IBu dari dari anak yang Bapak tolong …”
“Ya …,” Pria itu berbalik dan seketika Nana pingsan melihatnya.

Ketika terbangun, Nana mendapati dirinya terbaring di atas tempat tidur rumah sakit.
“Sejak kapan aku berbaring di sini?” Nana mengingat-ingat, tapi dia tetap tidak mengingatnya.
“Dokter …”
“Anda ini bagaimana to? Kok bisa pingsan? Bapak itu yang membawa Anda kemari.”
Begitu mendengar kata-kata Dokter, Nana kembali mengingat semuanya.
Ya, dia tadi melihat Aldi …
“Lalu, dimana Bapak itu sekarang?”
“Oh, dia sudah pulang, Bu?”
Ada rasa kecewa di hati Nana. “Ya Tuhan, rasa apa ini?”
“ … tapi, dia akan kemari lagi nanti sore.”
Nana mengangguk.

Sore hari … di rumah sakit.
“Benarkah dia anakku?”
Nana mengangguk. Kini dia lebih bisa menerima kenyataan dibandingkan dengan 7 tahun yang lalu. Waktu yang cukup lama untuk menawar racun dalam hatinya.
“Dia mirip sekali denganku, Na.”
Nana hanya tersenyum.
“Terima kasih kamu sudah mau menyelamatkan Aldi, walaupun aku masih merasa aneh dengan kehadiran dua Aldi di sini.
“Al, setelah sekian tahun lamanya, akhirnya aku bisa mengatakan bahwa aku baik-baik saja.”
Aldi tersentuh mendengarnya. Wanita yang duduk di depannya ini sangatlah tabah, lebih dari yang diduganya selama ini.
“Maafkan aku, Na,” kata Aldi sambil memegang tangan Nana.
“Sudah tidak apa-apa. Hidupku kini hanya tercurah untuk Aldi. Yah, memang aku dulu begitu bodoh, tidak mengerti apa-apa.”
“Tidak, Na. Semua itu salahku. Seandainya aku tidak main-main …”
Aldi seakan menerawang kembali masa-masa ketika dia dulu bersama Nana.
“Maafkan aku.”
“Tidak ada yang perlu dimaafkan, Al. Aku senang akhirnya dapat bertemu denganmu lagi, walaupun dalam keadaan yang tidak menyenangkan seperti ini,” kata Nana tersenyum.
“Lalu, selanjutnya apa rencanamu setelah ini, Na?”
Nana terdiam sesaat.
“Aku akan hidup berdua dengan anakku. Dia merupakan satu-satunya bukti bahwa aku ada di dunia ini.”
“Bolehkah aku menjenguk Aldi kapan-kapan?” kata Aldi berdiri dari tempat duduknya.
“Jangan pergi, Al!” Nana memegang tangan Aldi. Namun, sesaat kemudian segera dilepaskannya.
“Maaf, aku lupa jika aku tidak mempunyai hak untuk menahanmu di sini bersamaku. Maaf!”
“Kamu ingin agar aku menemanimu?”
Nana dan Aldi berpandangan.
“Tidak. Lupakan saja pembicaraan tadi.”
“Baiklah, aku pergi dulu.”

Nana mengangguk. Dia menatap kepergian Aldi dengan hati yang sangat terluka. Ternyata, tidak cukup cinta antara Aldi dengan putranya sendiri. Apalagi, cinta untuk seorang Nana yang tidak mempunyai hubungan darah. Padahal, Nana hanyalah manusia biasa yang juga membutuhkan kasih sayang, walaupun selama ini dia berusaha sabar untuk menghadapi berbagai badai yang menerjangnya.

Minggu, 08 Agustus 2010

Gambaran Umum Kabupaten Pati (II)

Kesehatan
Perkembangan kondisi kesehatan masyarakat menunjukan perubahan yang positif. Keberhasilan bidang ini dapat dilihat dari perkembangan beberapa indikator umum diantaranya adalah : perkembangan angka harapan hidup mesyarakat Kab. Pati pada tahun 1996 sebesar 58,61 tahun meningkat menjadi 71,6 tahun untuk tahun 1999 dan pada tahun 2003 naik menjadi 72,7 tahun, angka harapan hidup Kab. Pati setiap tahunnya masih diatas rata-rata Jawa Tengah sebesar 69,1 tahun tahun 2003. (IPM Kab. Pati tahun 2003).

Cakupan pelayanan kesehatan telah menjangkau keseluruh wilayah se Kabupaten Pati, hal itu dapat dilihat dari perkembangan sarana kesehatan. Pada tahun 1995 Rumah Sakit 6 buah, Puskesmas 28 buah, Puskesmas Pembantu 45 buah, Puskesling 27 buah, Polindes 84 buah, Rumah Bersalin 6 buah, Balai Pengobatan 13 buah. Pada tahun 2004 mengalami peningkatan sebagai berikut : Rumah Sakit 8 buah, Puskesmas sebanyak 29 buah, Puskesmas Pembantu sebanyak 50 buah, Pukesling sebanyak 29 buah, Polindes sebanyak 198 buah, Rumah Sakit Bersalin sebanyak 13 buah, Balai Pengobatan 37 buah. Peningkatan derajat kesehatan telah menyebabkan perubahan pola hidup sebagian masyarakat. Oleh karena itu tantangan kedepan yang harus diwaspadai adalah berkembangnya penyakit yang disebabkan oleh perubahan pola hidup dan lingkungan , disamping tuntutan akan kualitas pelayanan kesehatan yang makin prima, profesionalisme aparatur kesehatan, sarana prasarana kesehatan dan mewujudkan budaya dan perilaku sehat bagi masyarakat. (Pati Dalam Angka tahun 1997 dan tahun 2004)


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Berdasarkan harga konstan 1993 pertumbuhan ekonomi tahun 1993-1996 rata-rata sebesar 0,54% sedangkan tahun 1998 setelah terjadi krisis, pertumbuhan ekonomi minus 4,02%. Pada tahun 1999 kembali mengalami pertumbuhan sebesar 1,55% dan pada empat tahun terakhir mengalami pertumbuhan sebagai berikut : tahun 2000 sebesar 0,36%, tahun 2001 sebesar 2,99%, tahun 2002 sebesar 2,71% dan tahun 2003 sebesar 3,08%. Kontribusi masing-masing lapangan usaha terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 1994 sampai dengan tahun 1999 mengalami pergeseran, tahun 1994 sektor pertanian memberikan kontribusi 44,27%, sektor perdagangan memberikan kontribusi 17,90%, sektor indutri pengolahan memberi kontribusi sebesar 11,61% dan sektor jasa-jasa memberi kontribusi sebesar 9,34%. Pada tahun 1999 sektor pertanian menjadi 48,24%, sektor perdagangan, hotel dan restoran tinggal 16, 87%, sektor industri pengolahan menjadi 12,03% dan sektor jasa-jasa tinggal 7,80%. Sedangkan sektor lainnya ada yang naik dan ada yang turun. Selama lima tahun terakhir sektor terbesar yang memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pati adalah sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel, restoran dan industri pengolahan. Peranan sektor-sektor tersebut pada tahun 2003 sebesar 45,82%, 17,14% dan 12,39%. Sementara untuk peranan sektor lainnya besarnya masih di bawah sepuluh persen. Aktivitas ekonomi tersebut merupakan pertanda bahwa dimasa yang akan datang selain sektor pertanian, sektor perdagangan, industri pengolahan dan jasa akan menjadi aktivitas utama perekonomian Kabupaten Pati. Perkembangan pendapatan per kapita dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 atas harga berlaku dan konstan terlihat meunjukkan peningkatan. Pada tahun 2003 pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Pati atas dasar harga berlaku mencapai Rp.2.853.293 atau mengalami pertumbuhan 3,08% lebih tinggi dari tahun sebelumnnya (Tahun 2002 sebesar Rp.2.653.652 atau dengan pertumbuhan ekonomi 2,71%). Sedangkan atas dasar harga konstan 1993 pada tahun 2002 pendapatan per kapita Kabupaten Pati tercatat sebesar Rp.837.537, kemudian berkembang pada tahun 2003 menjadi Rp.861.255. Tantangan yang dihadapi dalam bidang ekonomi adalah adanya globalisasi perdagangan yang berdampak pada makin ketatnya persaingan usaha terutama dari sisi teknologi, permodalan dan kualitas sumber daya manusia. Tantangan lainnya masih rentannya struktur ekonomi, kesempatan berusaha, ketimpangan pendapatan dan belum berkembangnya ekonomi kerakyatan, masih rendahnya investasi serta masih belum memadainya infrastruktur ekonomi dan perdagangan.


Keuangan Daerah
Penerimaan keuangan daerah semakin membaik setelah diberlakukannya otonomi daerah. Penerimaan keuangan daerah pada tahun 1997/1998 sebesar Rp.57.699.669.000,00, tahun 2002 menjadi Rp.324.089.778.500,00, sumbangan yang berasal dari PAD sebesar Rp.23.411.773.000,00 atau sebesar 7,22 %. Selama lima (5) tahun terakhir penerimaan keuangan daerah mengalami kenaikan rata-rata sebesar 20%, pada tahun 2002 penerimaan sebesar Rp.324.087.778.500,00 yang berasal dari PAD sebesar Rp.23.411.773.000,00 atau sebesar 7,22% dan pada tahun 2006 jumlah penerimaan daerah mencapai Rp.637.166.877.000,00 yang berasal dari PAD sebesar Rp.56.824.933.000,00 atau sebesar 8,92%. Tantangan pembangunan keuangan daerah adalah masih besarnya ketergantungan penerimaan keuangan daerah dari dana perimbangan dan belum seimbangnya proporsi pengeluaran daerah untuk belanja aparatur dengan belanja publik.


Politik
Pendekatan politik massa mengambang (Floating Mass) sebagai upaya untuk mengendalikan dinamika politik masyarakat demi pembangunan ekonomi menjadikan pembangunan politik mengalami stagnasi. Pada sisi lain, dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, otonomi tidak lebih sebagai kewajiban dari pada hak. Meningkatnya taraf hidup dan derajat pendidikan masyarakat serta terbukanya informasi, menimbulkan tuntutan yang lebih besar dalam partisipasi politik, namun saluran yang tersedia tidak memadai. Terjadinya krisis ekonomi sejak awal Mei 1997 berlanjut menjadi krisis multidemensi secara akumulatif menimbulkan desakan kuat pada tuntutan reformasi. Reformasi politik nasional yang menemukan momentum di tahun 1998, secara monumental diwujudkan dalam pemilu tahun 1999 dan pemilu legislatif serta pemilu presiden / wakil presiden tahun 2004, melalui dua kali perubahan perundang-undangan politik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan juga terus dilakukan pembenahan ditandai dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah serta berbagai Peraturan pelaksanaan yang dibutuhkan. Tingginya dinamika politik dan perlunya konsolidasi dan sinkronisasi ketentuan normatif maka lahirlah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah untuk mengganti Undang-Undang sebelumnya. Tantangan pembangunan politik adalah mempertahankan momentum reformasi agar sesuai dengan tujuannya serta membangun budaya politik yang santun.


Aparatur Pemerintah Daerah
Dimasa lalu, aparatur pemerintah diposisikan sebagai salah satu pilar kekuasaan politik. Hal ini menyebabkan aparatur pemerintah berada dalam posisi yang tidak netral, kurang profesional dan kurang mempertimbangkan aspek kompetensi, sehingga menimbulkan dampak inefisiensi, ketidaksesuaian antara struktur organisasi dengan jumlah pegawai, kualitas aparatur dan beban kerja. Jumlah aparatur Pemerintah Kabupaten Tahun 1997 sebelum otonomi sebanyak 2.180 orang pegawai. Dengan berlakunya otonomi daerah terdapat pelimpahan pegawai dari instansi vertikal sehingga sampai dengan tahun 2005 jumlah pegawai sebanyak 12.301 Pegawai Megeri Sipil (PNS) dan 5.134 Tenaha Harian Lepas (TPHL). Berdasarkan data Badan Kepegawaian Daerah per September 2005. Pada satu sisi jumlah pegawai yang besar tersebut merupakan aset, namun disisi lain apabila tidak dapat dioptimalkan akan merupakan beban bagi pemerintah daerah. Oleh karena itu tantangan bidang aparatur adalah Mengoptimalkan kinerja aparatur agar mampu menjadi aset pembangunan sehingga menjadi sosok aparatur yang profesional dan berkarakter.


Kinerja Aparatur Pemerintah
Kinerja Pemerintah Daerah sebagai pelayan masyarakat dapat diukur dari kinerja pelayanan publik. Kondisi masa lalu masih menunjukkan adanya banyak kelemahan dalam penyelenggaran pelayanan publik seperti : diskriminasi pelayanan, tumpang tindih perijinan, prosedur yang berbelit maupun keterbatasan. Cakupan layanan setelah era reformasi, penyelenggaraan pelayanan publik semakin mendapat perhatian dalam pelaksanaan pembangunan. Beberapa langkah perubahan yang dilakukan dalam rangka peningkatan pelayanan publik antara lain : upaya penyempurnaan sistem, regulasi, pembentukan Kantor Pelayanan Terpadu dan Kebijakan Pelayanan One Stop Service (OSS) untuk mendorong masuknya investor ke Kabupaten Pati. Tantangan utama yang dihadapi oleh pemerintah terkait dengan pelayanan publik adalah semakin meningkatnya tuntutan publik akan sistem mananjemen pemerintahan yang menekankan pada kualitas pelayanan publik, yang memperhatikan dan mengutamakan hak-hak publik melalui optimalisasi penggunaan tehnologi dan informasi.


Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK)
Penyelenggaraan pemerintahan sangat ditentukan keberhasilannya oleh instalasi birokrasi pemerintah. Sebelum era otonomi daerah, pembentukan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah sangat diwarnai dengan nuangsa sentralistik, dimana semuanya ditentukan oleh pusat. Setelah tahun 2001 kelembagaan pemerintah daerah semakin memperhatikan nuansa lokal. Kondisi delematis tersebut semakin nampak ketika daerah diberi kebebasan untuk menentukan jenis dan jumlah unit organisasi berdasarkan kemampuan, kebutuhan dan beban kerja sebagaimana dimaksud Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000. Secara faktual kombinasi pertimbangan manajerial dan non manajerial dalam penempatan apartur sulit dielakkan. Hal ini semakin mencolok ketika muncul Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 sebagai revisi Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 dimana didalamnya memberi banyak pembatasan terhadap jumlah dan jenis unit organisasi. Terjalinya perubahan dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 ke Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 membuka harapan baru bagi daerah dalam mengatasi situasi dilematis. Tantangan ke depan terkait dengan aspek kelembagaan adalah tuntutan instansi pemerintahan untuk dapat memberikan kinerja yang terbaik dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik; mampu mengantisipasi dan mengakomodasi dampak positif perubahan lingkungan eksternal maupun internal dari berbagai aspek, seperti desentralisasi, demokratisasi, globalisasi maupun perkembangan teknologi dan informasi.


Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi sejalan dengan perubahan peradaban dan budaya manusia, yang berdampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia, termasuk bagi pelaksanaan pembangunan daerah. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, telah banyak diaplikasikan hasil-hasil pengembangan pengetahuan dan teknologi, disertai dengan adanya berbagai penelitian dan pengembangan untuk mengatasi berbagai permasalahan strategis daerah secara terarah dan berkelanjutan. Tantangan utama yang dihadapi adalah semakin derasnya pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menuntut perubahan sikap dan perilaku agar tidak menjadi korban perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti memunculkan kesenjangan arus globalisasi yang berdampak pada perubahan paradigma sistem dan mekanisme pemerintahan, instansi dan aparatur harus semakin tanggap dan mampu dalam menyiapkan dan mengaplikasikan berbagai hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta hasil-hasil penelitian demi kesejahteraan manusia.


Hukum
Pembangunan bidang hukum telah berkembang begitu pesat seiring dengan berkembangnya dinamika penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik. Selama 2 tahun terakhir telah dihasilkan berbagai produk legislasi daerah sebanyak 4 buah Peraturan Daerah yang berupa Perda baru. Berbagai permasalahan yang ditemukan selama ini terkait dengan aspek hukum adalah masih lemahnya kinerja penegak hukum daerah terhadap berbagai pelanggaran yang terjadi, masih perlu ditingkatkannya kualitas dan kuantitas produk hukum daerah, perlu dikembangkannya budaya / kesadaran hukum masyarakat. Tantangan pembangunan hukum pada masa yang akan datang adalah jaminan akan kepastian, rasa keadilan dan perlindungan hukum. Hal ini sejalan dengan semakin besarnya tuntutan untuk membentuk tata Peraturan Daerah yang baik disertai dengan peningkatan kinerja lembaga dan aparatur hukum serta peningkatan kesadaran hukum masyarakat dan HAM.


Keamanan dan Ketertiban
Pada era masa lalu, penyelenggara pemerintahan menggunakan keamanan dan ketertiban masyarakat sebagai salah satu prasyarat utama untuk keberhasilan pelaksanaan pembangunan; sebagai dampaknya tingkat kriminalitas cenderung rendah. Pada era reformasi cenderung terjadi peningkatan gangguan kriminalitas sebagai akibat tingginya angka pengangguran, kemiskinan dan faktor ekonomi lainnya. Data 3 tahun terakhir menunjukkan grafik peningkatan gangguan masyarakat dan kriminalitas dari 98 kali pada tahun 2003 menjadi 99 kali pada tahun 2004 dan tahun 2005 terjadi 102 kali. Tantangan utama yang dihadapi pada masa yang akan datang adalah semakin tinggi dan kompleknya gangguan keamanan dan ketertiban yang disebabkan dampak dari permasalahan ekonomi, kependudukan, ketenagakerjaan dan maupun faktor-faktor lainnya.


Budaya Masyarakat
Sebagai wilayah pesisir/pantai dan kota pensiunan, Kabupaten Pati memiliki beberapa jenis budaya yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Budaya tersebut lahir dari proses akulturasi asli dengan budaya yang dibawa para pendatang. Banyak sekali peninggalan dalam bentuk kesenian maupun keragaman budaya itu menjadi kekayaan yang harus dilestarikan dan dikembangkan. Tantangan budaya yang dihadapi adalah semakin besarnya pengaruh globalisasi yang berdampak pada perubahan budaya lokal, yang bila tidak diantisipasi dan dikendalikan tentunya akan berdampak negatif pada nilai-nilai budaya lokal.


Transportasi
Pelayanan transportasi darat Kabupaten Pati mencapai 706,664 km, terdiri dari jalan Negara sepanjang 44,010 km, jalan Provinsi 107,970 km dan jalan Kabupaten 554,684 km serta jalan Desa/Kelurahan dengan panjang 51,2 km. Dilihat kondisinya, jalan Kabupaten Pati yang diaspal 698,414 km atau sebesar 98,83%, jalan kerikil 8,25 km atau 1,17%. Kondisi dari masingmasing jalan adalah jalan Negara 27,060 km dalam keadaan baik, 16.950 km dalam keadaan sedang; jalan Provinsi 62,920 km dalam keadaan baik, 45,050 km dalam keadaan sedang; jalan Kabupaten 247,474 km dalam keadaan baik 192,425 km dalam keadaan sedang, 106,535 dalam keadaan rusak dan 8,250 km dalam keadaan rusak berat. Pergerakan penumpang dilayani oleh keberadaan angkutan umum, minibus dan angkutan kota. Selain itu juga dilayani dengan ojek untuk pergerakan dalam kota dan ke desa, becak dan dokar. Di Kabupaten Pati terdapat 3 buah terminal tipe B yaitu terminal Pati, terminal Juwana dan terminal Tayu. Transportasi laut dilayani oleh keberadaan Pelabuhan Juwana yang merupakan pelabuhan bongkar muat Papal Niaga dan Papal Nelayan (sumber data Kabupaten Pati dalam angka Tahun 2004). Tantangan kedepan adalah semakin besarnya pengerukan barang dan jasa yang menuntut terbangunnya sistem jaringan transportasi yang efektif dan efisien.


Air Bersih
Pemenuhan air bersih masyarakat Kabupaten Pati sebagian besar menggunakan perubahan sumur dangkal maupun sumur dalam dan sebagian kecil masyarakat Pati yang menggunakan fasilitas air bersih dari PDAM atau sebesar 15.839 pelanggan. Terutama masyarakat Kec. Pati dan Juwana. Tantangan kedepan yang dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan air bersih adalah terpenuhinya air bersih dari PDAM untuk masyarakat terutama untuk masyarakat wilayah Pati Selatan. Tantangan lainnya adalah semakin maraknya pembuatan sumur pantek untuk pertanian dan untuk cucian mobil sehingga dapat menyedot sumur-sumur bagi rumah penduduk.


Daerah Aliran Sungai (DAS)
Diwilayah Kabupaten Pati banyak mengalir sungai yang tergolong besar yang langsung bermuara pada laut Jawa dan bersumber langsung dari hulu/ pegunungan muria. Sebagai daerah yang hilir, dengan sendirinya merupakan daerah limpasan debit air dari sungai yang melintas dan mengakibatkan terjadinya banjir. Kondisi ini diperparah lagi dengan penggundulan hutan-hutan di lereng gunung muria dan semakin dangkalnya muara sungai sehingga apabila terjadi hujan di lereng gunung muria, air sungai akan meluap dan menggenangi wilayah Kabupaten Pati. Penanganan banjir kiriman ini sangat dipengaruhi oleh belum optimalnya pengelolaan drainase, pola penataan dan pengelolaan kawasan wilayah sungai di daerah hulu dalam lingkup lintas wilayah. Kondisi lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tidak lagi memenuhi fungsí hidrologi mengakibatkan semakin besarnya debit banjir. Tantangan kedepan adalah pengelolaan drainase secara terpadu mencakup wilayah hulu dan hilir serta mewujudkan penghijauan diseluruh wilayah Kabupaten Pati.


Sampah
Produksi sampah pada tahun 2003 mencapai + 189,98 m3/hari, sedangkan pada tahun 2004 sebesar + 193,02 m3/hari. Pada tahun 2004 cakupan pelayanan sampah baru mencapai 92,05% dari volume produksi sampah yang dilayani oleh 63 kontainer diangkat dari TPS (Tempat Pembuangan Sementara) ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Tantangan ke depan yang dihadapi dalam pengelolaan sampah adalah semakin meningkatnya volume produksi sampah, kapasitas pelayanan dan semakin terbatasnya lahan tempat pembuangan akhir serta teknologi pengolahan sampah.


Tata Ruang
Pada tahun 1984/1985 telah ditetapkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 1985 tentang Rencana Induk Kecamatan (RIK) Pati Tahun 1984-1994 yang direvisi pada tahun 1993/1994 tetapi sampai direvisi lagi pada tahun 2004 belum diterbitkan Peraturan Daerah (Perda). Untuk Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pati telah disusun Tahun 1991/1992 dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 1995 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati Tahun 1992-2002 yang kemudian menyesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang telah disusun lagi Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pati Tahun 2002-2012. Permasalahan yang dihadapi dalam penataan ruang adalah pemanfaatan dan pengendalian tata ruang yang tidak konsisten dan belum adanya desempatan serta komitmen antar pelaku pembangunan dalam pengelolaan tata ruang.


Perumahan
Empat (4) tahun terakhir perumahan di Kabupaten Pati dengan status kepemilikan rumah milik sendiri terus mengalami peningkatan, pada tahun 2003 sebesar 312.221 unit, tahun 2004 sebesar 347.832 unit, tahun 2005 sebesar 354.224 unit dan pada tahun 2006 sebesar 361.435 unit. Jumlah tersebut baru mencapai 95% dari kebutuhan rumah sebesar 379.507 unit. Sedangkan perumahan yang penyediaannya dari Perumnas, KPR / BTN, Real Estate, penerangan empat tahun terakhir relatif tidak mengalami perubahan yaitu untuk Perumnas 2 unit, KPR/BTN 4 unit, Real Estate 9 unit. Pesatnya perkembangan permukiman yang tidak diimbangi dengan penyediaan infrastruktur yang memadai akan berdampak pada peningkatan limpasan air yang mengakibatkan kebutuhan rumah yang ditunjang oleh tersedianya sarana dan prasarana lingkungan yang memadai. Tantangan kedepan adalah meningkatnya kebutuhan rumah yang ditunjang oleh tersedianya sarana prasarana lingkungan yang memadai.

Sumber : RPJPD Kabupaten pati 2006-2026

Sabtu, 07 Agustus 2010

Gambaran Umum Kabupaten Pati (I)

Kondisi Greografis
Kabupaten Pati merupakan kabupaten sebelah timur ibukota Provinsi Jawa Tengah sebelum Kabupaten Rembang, dengan luas wilayah 150.368 hektar terletak pada 1100 50’sampai 111015’ Bujur Timur dan 6025’ sampai 7000’ Lintang Selatan, sedangkan luas perairan laut kurang lebih 4 mil dari garis pantai (kurang 7,2 x 60 km2). Letak Kabupaten Pati disebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Jepara dan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Rembang dan Laut Jawa, serta disebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan. Disebelah barat Kabupaten Pati berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Jepara. Secara administrasi, Kabupaten Pati terbagi atas 21 kecamatan, 401 desa dan 5 kelurahan. Dua puluh satu (21) wilayah kecamatan meliputi : Kec. Pati, Margorejo, Gembong, Tlogowungu, Tayu, Cluwak, Dukuhseti, Gunungwungkal, Margoyoso, Juwana, Trangkil, Wedarijaksa, Batangan, Jakenan, Jaken, Pucakwangi, Winong, Kayen, Sukolilo, Tambakromo dan Gabus.


Sumber Daya Alam
Luas Kabupaten Pati seluas 150.368 hektar, dimanfaatkan sebagai lahan sawah seluas 58.739 hektar (39,06%) dan lahan bukan sawah seluas 91.629 hektar (60,94%). Penggunaan lahan sawah meliputi : pengairan setengah tenis (18.313 Ha), pengairan teknis (8.969 Ha), pengairan sederhana (7.086 Ha), pengairan desa (1.767 Ha) dan tadah hujan (22.283 Ha), lainnya (312 Ha). Proporsi terbesar lahan sawah tersebut dipergunakan untuk tadah hujan (14,82%) dan pengairan teknis (12,18%). Sementara itu luas lahan bukan sawah sebagian besar dipergunakan untuk perumahan dan pekarangan seluas 28.291 Ha (18,81%), tegalan seluas 27.671 Ha (18,40%), hutan negara seluas 17.866 Ha (11,88%) dan tambak seluas 10.628 Ha (7,07%). Sisanya 4,85% dipergunakan untuk hutan rakyat, perkebunan, kolam dan lainnya. Tantangan yang dihadapi dalam tata guna lahan adalah menjaga terjadinya perubahan peruntukan tata guna lahan agar tetap selaras dengan keseimbangan ekosistem dan sinkronisasi penggunaan tata guna lahan dengan kawasan Hinterland.


Kondisi Topografi
Dilihat dari topografinya Kabupaten Pati mempunyai ketinggian terendah 1 meter, tertinggi 1.280 meter dan rata-rata 17 meter diatas permukaan air laut. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Pati sebanyak 1.603 mm dengan 88 hari hujan, untuk keadaan hujan cukup, sedangkan untuk temperatur terendah 240C dan tertinggi 390C. Berdasarkan curah hujan wilayah di Kabupaten Pati terbagi atas berbagai type iklim (Oldeman) Wilayah Kabupaten Pati bagian utara merupakan Tanah Red,Yellow, Latosol, Aluvial, Hedromer dan Regosol. Sedangkan bagian selatan merupakan tanah aluvial, hidromer dan Gromosol. Wilayah bagian utara tanahnya relatif subur. Sedangkan tanah wilayah bagian selatan relatif tandus.Tantangan yang dihadapi adalah menjaga keseimbangan antara wilayah Pati Selatan dan Pati Utara dalam satu kesatuan ekologi.


Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Pati tahun 1989 sebanyak 1.058.385 jiwa, tahun 1994 sebanyak 1.113.958 jiwa, tahun 1999 sebanyak 1.160.197 jiwa dan pada tahun 2004 sebanyak 1.218.267 jiwa. Pada tahun 1989 laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,72% dan selama kurun waktu 15 tahun laju pertumbuhan penduduk Kab. Pati mengalami naik turun dan tahun 2004 menjadi 1,89%. Laju pertumbuhan penduduk tersebut masih diatas laju pertumbuhan penduduk rata-rata di Jawa Tengah yang sebesar 1,08% pada tahun 2004. Dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,89% per tahun, maka jumlah penduduk pada tahun 2026 diperkirakan akan mencapai 1.724.822 jiwa. Tantangan kependudukan adalah pengendalian laju pertumbuhan, kualitas, penyebaran penduduk serta penyediaan sarana dan prasarana.


Kedudukan Kabupaten Pati
Kedudukan Kabupaten Pati sebagai ibukota eks Karesidenan Pati seharusnya merupakan pusat pertumbuhan ekonomi dan pusat pertumbuhan pemerintahan bagi kabupaten-kabupaten disekitarnya. Sebagai ibukota eks Karesidenan Pati perkembangan kota dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pati masih kalah apabila dibandingkan dengan Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara dan Blora, dimana kabupatenkabupaten tersebut pertumbuhan ekonominya sangat didukung oleh adanya industri-industri besar yang dapat menyerap tenaga kerja, meningkatkan taraf hidup masyarakat dan mempercepat pertumbuhan kota, sedangkan untuk Kab. Pati yang sangat dominan menyumbangkan kontribusi pada PDRB adalah sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan. Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan mempercepat pertumbuhan kota, Kab. Pati sesuai mottonya ”Bumi Mina Tani” maka tantangan kedepan adalah meningkatkan pembangunan kawasan agropolitan melalui kemitraan antar daerah, masyarakat dan dunia usaha dibidang agrobisnis dan usaha mikro kecil menengah berbasis lokal lainnya dan mengembangkan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang baik, mengembangkan dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan secara kreatif dan optimal. Tantangan lainnya yang dihadapi adalah semakin meningkatnya kependudukan, ketenagakerjaan, sosial kemasyarakatan dan infrastruktur publik dan pendukung lainnya.


Ketenagakerjaan
Struktur penduduk menurut ketenagakerjaan dapat digambarkan berdasarkan pada angkatan kerja di Kab. Pati. Jumlah angkatan kerja empat (4) tahun terakhir Kab. Pati adalah sebagai berikut : angkatan kerja tahun 2001 sebesar 606.856 jiwa atau 51,41% dari jumlah penduduk, tahun 2002 angkatan kerja sebesar 612.036 jiwa atau 51,48% dari jumlah penduduk, tahun 2003 angkatan kerja sebesar 667.657 jiwa atau 55,84% dari jumlah penduduk dan tahun 2004 angkatan kerja sebesar 598.680 atau 49,14% dari jumlah penduduk. Jumlah yang bukan angkatan kerja empat (4) tahun terakhir adalah : tahun 2001 sebesar 350.563 jiwa atau 29,69% dari jumlah penduduk , tahun 2002 sebesar 378.254 jiwa atau 31,81% dari jumlah penduduk, tahun 2003 sebesar 339.551 jiwa atau 28, 39% dari jumlah penduduk dan tahun 2004 sebesar 642.202 jiwa atau 52,71% dari jumlah penduduk. Selama empat (4) tahun terakhir rata-rata jumlah angkatan kerja sebesar 51,97% dan yang bukan angkatan kerja sebesar 35,65%.

Berdasarkan struktur umur usia produktif tahun 2002-2004 dengan pertumbuhan rata-rata 2,10% pertahun, penduduk usia produktif pada tahun 2026 diproyeksikan akan mencapai 1.205.455 jiwa atau 69,89% dari jumlah penduduk (Data diolah dari Profil Kecamatan tahun 2004).Tingkat partisipasi angkatan kerja empat (4) tahun terakhir adalah sebagai berikut tahun 2001 sebesar 63,38%, tahun 2002 sebesar 58,36%, tahun 2003 sebesar 66,29% dan tahun 2004 sebesar 53,89%. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yakni pada tahun 2026 sebesar 67,19%. Tantangan kedepan adalah perlunya peningkatan lapangan pekerjaan yang cukup guna menampung banyaknya penduduk usia kerja yang setiap tahunnya semakin meningkat. Tantangan lainnya adalah mengembangkan struktur penduduk menurut ketenagakerjaan, sehingga mencapai komposisi yang proporsional.


Indek Pembangunan Manusian (IPM)
Berdasarkan sensus tahun 2003 nilai IPM Kab. Pati adalah sebesar 68,4 atau turun 0,1 dibanding tahun 2002 tetapi masih diatas rata-rata provinsi Jawa Tengah yang tercatat 66,2 dan masih tertinggi bila dibandingkan kabupaten di eks Karesidenan Pati, karena IPM Kabupaten Blora hanya tercatat sebesar 64,4, Rembang 64,8, Kudus 67,4 dan Jepara 66,7. Dengan angka tersebut Kabupaten Pati menduduki urutan kesepuluh (10) dari 35 kab/kota se Jawa Tengah. Kondisi tersebut merupakan salah satu indikator terhadap kualitas pembangunan manusia di Kab. Pati.

Sejak adanya krisis moneter tahun 1998 sampai dengan tahun 2000 penduduk miskin mengalami peningkatan rata-rata sebesar 33,33%, tahun 2001 mengalami penurunan 20,65% dari tahun 2000, pada tahun 2002 sampai dengan 2004 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 34,11%. Pada tahun 2004 jumlah penduduk miskin karena alasan ekonomi sebesar 123.204 KK atau 34,34% dari jumlah penduduk. Tantangan kedepan adalah upaya pengentasan penduduk miskin tersebut. Keadaan tersebut juga menunjukan bahwa masalah kesejahteraan sosial di Kabupaten Pati merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah dan masyarakat.


Pendidikan
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dan sangat menentukan bagi masa depan bangsa dalam penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Berdasarkan data tahun 1995, fasilitas pendidikan yang tersedia sebagai berikut : TK 319 buah, SD/MI 1.005 buah, SLTP/MTs 174 buah, SLTA/MA 66 buah. Pada tahun 2004 fasilitas pendidikan yang tersedia untuk jenjang pendidikan TK sebanyak 373 buah, SD/MI sebanyak 894 buah, SLTP/MTs sebanyak 195 buah, SLTA/MA sebanyak 81 buah dan Perguruan Tinggi sebanyak 5 buah.

Daya tampung SD swasta mampu menampung 1.571 murid, sedangkan SD negeri dapat menampung sebanyak 106.429 murid atau 67,75 kali SD swasta. Untuk SLTP swasta mampu menampung 3.945 murid sedangkan SLTP negeri 29.822 murid atau 7,56 kali SLTP swasta. Untuk SMA negeri walaupun jumlah sekolahnya setengah dari SMU swasta tetapi muridnya masih relatif lebih banyak yaitu 6.635 murid, sedangkan swasta sebanyak 6.431 murid, daya tampung tersebut bisa seperti itu karena SMU negeri masing-masing jenjang kelasnya terdiri dari 9 kelas. Sedangkan SMU swasta sangat bervariasi tergantung kepercayaan orang tua murid yang menilai mutu/kualitas dari sekolahannya. Untuk SMK baik swasta maupun negeri yang ada di Kabupaten Pati mampu menampung 8.094 murid. Gambaran tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, peran serta atau partisipasi swasta dalam pemenuhan pendidikan semakin tinggi.

Hasil kelulusan tahun 2005/2006 SD/MI sebesar 100%, SMP sebesar 92,47%, MTs sebesar 90,20% dan SMA sebesar 97,24%, SMK sebesar 91,70%, MA sebesar 94,41%. Angka partisipasi kasar tahun 2005 untuk SD/MI/sederajat sebesar 116,43%, SMP/Mts/sederajat sebesar 93,91% dan SMU/MA/SMK/sederajat sebesar 42,56%. Sedangkan angka partisipasi murni tahun 2005 untuk SD/MI/sederajat sebesar 98,56% SMP/MTs/sederajat sebesar 76,36% dan SMU/MA/SMK/sederajat sebesar 30,63%. Kinerja pendidikan saat ini juga belum sepenuhnya mampu memberi layanan pendidikan secara penuh disetiap jenjang. Sementara dari sisi tenaga pengajar masih diperlukan peningkatan kualitas. Tantangan pembangunan pendidikan adalah penyediaan sarana prasarana pendidikan yang memenuhi syarat (layak pakai) meningkatkan proporsi sebaran fasilitas pendidikan selaras dengan persebaran penduduk, meningkatkan APK-APM dari SD, SMP, SMA, kualitas mutu tenaga pendidikan, meningkatkan kualitas kelulusan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, kesejahteraan guru dan tenaga pendidikan.

Sumber : RPJPD Kabupaten Pati 2006-2026

Kamis, 05 Agustus 2010

Lembaga Pembiayaan Perumahan di Amerika Serikat ( III ) - The Pennsylvania Housing Finance Agency ( III )

Keuangan PHFA Pada Akhir 30 Juni 2009
  • PHFA memberi pinjaman bagi The Multifamily Housing Program sekitar $ 25 juta untuk pinjaman bagi pembangunan perumahan sewa. Pinjaman tersebut berkurang sebesar 4% atau $ 20 juta dibandingkan Juni 2008.
  • Pinjaman yang dialokasikan PHFA bagi The Single Family Mortgage Loan Program adalah $ 365 juta pada Juni 2009.
  • Pada akhir 30 Juni 2009, PHFA menyetujui pemberian pinjaman 43 pembangunan perumahan bagi multifamily yang terdiri dari 1.786 unit rumah. PHFA menyetujui pinjaman bagi 4.064 keluarga single.
  • Selama 2009, PHFA membeli $ 302.575 obligasinya sendiri dan dilaporkan sebagai tender yang memenuhi syarat obligasi pada neraca. Hal tersebut dilakukan sebagai respon atas kondisi pasar kredit yang sedang terganggu akibat adanya faktor tertentu yang mempengaruhi permintaan akan obligasi.
  • PHFA meningkatkan aset total mereka sebesar 1% sebagai hasil dari operasi mereka pada 30 Juni 2009, yaitu $ 746 juta apabila dibandingkan dengan aset PHFA pada 30 Juni 2008 yang hanya $ 744 juta.
  • Penerimaan pinjaman hipotek berkurang menjadi sebesar $ 4,2 milyar pada akhir 30 Juni 2009 dari 4,3 milyar pada satu tahun sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan oleh suku bunga yang menguntungkan suatu keluarga yang mengakibatkan adanya refinancing antara peminjam dengan lembaga pemberi pinjaman keuangan lainnya dan penjualan hipotek tertentu ke Federal National Mortgage Association (FNMA).
  • Obligasi dan surat hutang tetap berada dalam keadaan konstan $ 4,2 milyar pada akhir tahun 30 Juni 2008 dan 30 Juni 2009.
  • Secara keseluruhan, jumlah pendapatan PHFA meningkat sebesar 4% menjadi $ 733 juta pada akhir 30 Juni 2009 dari $ 710 juta dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh tingkat suku bunga yang menguat sebesar 3% selama satu tahun sebelumnya, meskipun ada pengurangan terhadap keseimbangan portofolio kredit.
  • Aset bersih total PHFA meningkat $ 32 juta pada akhir 30 Juni 2008, dibandingkan dengan sebesar $ 44 juta pada akhir 30 Juni 2007.

Cara Mendaftar
The Pennsylvania Housing Finance Agency (PHFA) menawarkan kredit perumahan dengan bunga rendah melalui dua program, yaitu Keystone Home Loan dan Keystone Home Loan PLUS. Kedua program tersebut memiliki penghasilan yang maksimal dan batas harga pembelian yang berbeda-beda sesuai dengan daerah dimana masyarakat membeli rumah. Mungkin, masyarakat juga perlu untuk menjadi pembeli pertama dan segera memenuhi persyaratan-persyaratan lain yang menjadi pedoman khusus untuk setiap program. Semua kredit perumahan yang disediakan oleh PHFA memiliki tingkat bunga yang cenderung tetap selama 30 tahun, dan tidak ada denda pada awal pembayaran cicilan awal.

1. Pertama, menentukan apakah calon pembeli rumah memenuhi syarat untuk kredit rumah PHFA.
  • The Keystone Home Loan memiliki persyaratan yang paling sedikit. Anda bahkan tidak perlu menjadi orang yang pertama kali membeli rumah, jika Anda membeli sebuah rumah di sebuah ‘daerah target’. Daerah-daerah tersebut ditunjukkan pada daftar pendapatan dan batas harga pembelian. Pertama kali, pembeli dapat mengajukan pinjaman hingga $ 1.500 dalam bantuan dalam bentuk pinjaman berbunga nol persen yang tidak memerlukan pembayaran sampai pembeli membayar atau refinances dari yang Keystone Home Pinjaman hipotek pertama.
  • The Keystone Home Loan PLUS memiliki tingkat bunga terendah yang tersedia, tetapi besar pinjaman dan batas harga beli juga lebih rendah, dan ada beberapa tambahan dalam pedoman kelayakan. Pembeli yang memenuhi syarat untuk program PLUS juga dapat menerima sampai dengan $ 3.000 dalam bentuk pinjaman berbunga nol persen yang tidak memerlukan pembayaran sampai pembeli membayar atau refinances dari hipotek pertama PLUS.
  • Jika pembeli bekerja untuk oleh PHFA Participating Employer, maka ada keuntungan tambahan yang tersedia, yaitu mereka berhak meminjam melalui Employer Assisted Housing Program.

2. Selanjutnya, hubungi kreditur atau agen konseling.
Jika, setelah membaca informasi di atas link di atas, Anda pikir Anda mungkin memenuhi persyaratan untuk pinjaman rumah PHFA, langkah berikutnya Anda akan menghubungi kreditur. PHFA tidak menangani proses aplikasi hipotek. Sebaliknya, kami memiliki jaringan pemberi pinjaman dan pialang di seluruh negara bagian yang akan memproses dan menutup pinjaman Anda. Kami kemudian membeli pinjaman dari mereka segera setelah penutupan pinjaman (juga disebut sebagai penyelesaian). Jadi, Anda akan melakukan pembayaran hipotek Anda langsung ke PHFA untuk kehidupan pinjaman Anda. Pemberi pinjaman akan dapat menentukan apakah Anda siap untuk pinjaman rumah, dan jika demikian, berapa banyak rumah yang Anda mampu untuk bayar. PHFA juga menawarkan kesempatan konseling bagi pembeli rumah melalui salah satu agen konseling yang disetujui. PHFA sangat menyarankan Anda untuk mencari bantuan dari seorang konselor sebelum Anda menandatangani perjanjian penjualan, terutama jika Anda baru pertama kali membeli rumah.

Lembaga Pembiayaan Perumahan di Amerika Serikat ( III ) - The Pennsylvania Housing Finance Agency ( II )

Persyaratan
Program pinjaman yang ditawarkan oleh PHFA, antara lain Keystone Home Loan Program dan Keystone Home Loan PLUS, dimana masing-masing program tersebut memiliki persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon pembeli rumah.

a. The Keystone Home Loan PLUS
PHFA telah mengembangkan sebuah program yang dirancang khusus agar memiliki sebuah rumah lebih terjangkau untuk masyarakat yang memiliki pendapatan yang rendah dengan aset yang terbatas. PHFA juga menyediakan program sepanjang tahun, kemampuan pembiayaan yang terjangkau, harga di bawah nilai pasar, dan bantuan bagi mereka yang yang memenuhi persyaratan tertentu. Pembeli juga menghemat biaya, termasuk 25 persen diskon pada asuransi dalam kebanyakan kasus.
  • Memiliki tingkat suku bunga yang tidak berubah selama 30 tahun.
  • Tersedia pinjaman konvensional, FHA, VA, dan Pelayanan Perumahan Pedesaan.
  • Uang muka rendah (dalam beberapa kasus, tidak ada), tergantung pada jenis pinjaman
Adapun, dasar persyaratan untuk program ini adalah:
  • Peminjam tidak boleh mempunyai kepemilikan properti selama tiga tahun sebelumnya, kecuali hal tersebut berhubungan dengan bisnis yang sedang dilakukan sebagai sumber utama pendapatan. Hal ini berlaku untuk semua negara bagian.
  • Veteran (dan pasangannya, jika terdaftar) tidak perlu mengisi persyaratan untuk membeli rumah pertama kali. Dalam hal ini, seorang veteran didefinisikan sebagai seseorang yang bertugas aktif tugas Angkatan Bersenjata atau Cadangan dan siapa saja yang diberhentikan atau dilepaskan dalam kondisi selain tidak terhormat.
  • Rumah harus menjadi kediaman utama bagi peminjam dan menjadi salah satu-atau dua-unit hunian.
  • Peminjam harus memiliki sejarah kredit yang dapat diterima dan kemampuan untuk membayar hipotek bulanan atas rumah yang telah dibeli. Pada umumnya, sekitar sepertiga dari pendapatan bruto bulanan dapat digunakan untuk pembayaran cicilan bulanan.
  • Total pembayaran kredit bulanan dan pembayaran bulanan (mobil pinjaman, angsuran utang, dan lain sebagainya) tidak boleh melebihi sekitar 40% dari pendapatan bulanan kotor peminjam.
  • Aset cair yang dimiliki keluarga (tidak termasuk dana pensiun) setelah penutupan tidak boleh melebihi $ 5.000. Aset cair ini berupa rekening tabungan, pasar uang, sertifikat deposito, saham, obligasi, dan sebagainya.
  • Untuk pinjaman FHA dan pinjaman konvensional, peminjam harus memiliki uang muka antara tiga dan lima persen dari harga pembelian. Untuk pinjaman konvensional, peminjam dengan skor kredit minimal 660, hanya perlu membayar uang muka sebesar 3%, dimana dana $ 1.000 berasal dari peminjam, dan sisanya berupa hibah non-profit. Untuk pembeli dengan nilai kredit di bawah 660, maka dia harus membayar uang muka sebanyak 5% untuk pinjaman konvensional, dimana dana 3% harus berasal dari peminjam.
  • Pinjaman VA dan pinjaman pelayanan Perumahan Pedesaan tidak memerlukan pembayaran uang muka. Pinjaman RHS tidak tersedia di Philadelphia dan Delaware atau kota-kota besar lainnya. Peminjam harus menyadari bahwa tidak semua lembaga keuangan menawarkan pinjaman FHA, VA, atau RHS.
  • Pendapatan total selama satu tahun dalam suatu keluarga tidak melebihi batas pendapatan minimal yang ditetapkan oleh daerah dimana rumah mereka berlokasi.

b. The Keystone Home Loan
Peminjam bisa mendapatkan pinjaman pembelian rumah dari PHFA dengan tingkat suku bunga yang tidak berubah selama 30 tahun, apabila :
  • Veteran (dan pasangannya, jika terdaftar) tidak perlu mengisi persyaratan untuk membeli rumah pertama kali. Dalam hal ini, seorang veteran didefinisikan sebagai seseorang yang bertugas di aktif tugas Angkatan Bersenjata atau Cadangan dan siapa yang diberhentikan atau dilepaskan dalam kondisi, selain tidak terhormat.
  • Pendapatan total selama satu tahun dalam suatu keluarga tidak melebihi batas pendapatan minimal yang ditetapkan oleh daerah dimana rumah mereka berlokasi.
  • Peminjam harus memiliki sejarah kredit yang dapat diterima dan kemampuan untuk embayar hipotek bulanan atas rumah yang telah dibeli. Pada umumnya, sekitar sepertiga dari pendapatan bruto bulanan dapat digunakan untuk pembayaran cicilan bulanan.
  • Jumlah pembayaran kredit bulanan dan pembayaran bulanan (mobil pinjaman, angsuran hutang, dan lain sebagainya) tidak boleh melebihi 40% dari pendapatan bulanan kotor peminjam.
  • Peminjam memiliki dana yang cukup untuk membayar biaya normal yang dibebankan oleh kreditur terkait dengan permohonan kredit dan proses penutupan, misalnya laporan kredit, penilaian, dan sebagainya. Sebagai tambahan, peminjam mungkin juga diminta untuk membayar biaya origination sebesar 1% dari jumlah hipotek dan biaya kualifikasi sebesar $ 300. Peminjam harus bertanya pada kreditur untuk menentukan besar biaya yang spesifik.

Lembaga Pembiayaan Perumahan di Amerika Serikat ( III ) - The Pennsylvania Housing Finance Agency ( I )

Profil
The Pennsylvania Housing Finance Agency (PHFA) merupakan suatu badan penyedia modal keuangan terkemuka untuk pembelian rumah dan apartemen. PHFA didirikan oleh General Assembly pada tahun 1972 untuk membantu meningkatkan kualitas dan persediaan rumah dan apartemen yang terjangkau bagi orang dewasa, orang-orang yang sederhana, dan penyandang cacat. PHFA mengoperasikan program kepemilikan rumah, pembangunan perumahan sewa inisiatif, dan upaya pencegahan penyitaan terhadap rumah. Selama hampir 35 tahun berdiri, PHFA telah menyediakan dana $ 8.000.000.000, mendanai lebih dari 130.000 rumah dan 54.000 unit apartemen, dan kredit pajak untuk pinjaman hipotek rumah dan unit apartemen, sambil membantu 40.000 pemilik rumah yang diancam oleh penyitaan.

Dewan PHFA bertugas untuk menetapkan kebijakan dan mengawasi jalannya PHFA. Dewan PHFA ini memiliki 14 anggota, yang terdiri dari Sekretaris Perbankan, Sekretaris Pembangunan Ekonomi dan Masyarakat, Menteri Kesejahteraan Masyarakat, dan Bendahara Negara. Empat anggota dipilih oleh Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat. Sedangkan, empat anggota lainnya ditunjuk oleh Gubernur dan dikonfirmasi oleh Senat.

PHFA menawarkan pinjaman pembelian rumah dengan bunga rendah dan biaya dengan tingkat bunga tetap selama 30 tahun. Kemudian, Undang-Undang negara bagian mengatur tentang jenis-jenis hipotik yang dapat ditawarkan dan nasabah yang memenuhi syarat untuk menerima kredit pinjaman pembelian rumah, dan menetapkan persyaratan lain, seperti harga pembelian maksimum dan batas pendapatan. Selain itu, PHFA melakukan studi perumahan, mempromosikan bimbingan konseling dan pendidikan bagi penyewa dan pembeli, mendorong adanya pelayanan penunjang apartemen, mengelola kontrak untuk sewa subsidi pemerintah federal, dan bertindak sebagai advokat untuk mempromosikan perumahan yang layak dan terjangkau bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Pendanaan PHFA berasal dari berbagai sumber, termasuk penjualan sekuritas PHFA sendiri kepada investor swasta di seluruh Amerika Serikat, dan program biaya dan dana yang mungkin diberikan oleh negara atau pemerintah federal. Pengeluaran PHFA dibayar dari pendapatan biaya dan investasi, dimana bagian dari pendapatan investasi digunakan untuk mensubsidi program-program perumahan. Pemberian kredit rumah dibiayai melalui penjualan obligasi hipotek pendapatan, bukan pajak alokasi. PHFA memiliki karyawan lebih dari 260 orang yang diatur ke dalam tiga kelompok fungsional: Keuangan dan Administrasi, Pembangunan Perumahan untuk Multifamily, dan Program Kepemilikan Rumah. PHFA memiliki kantor pusat di Harrisburg, dengan kantor regionalnya di Norristown dan Pittsburgh.

Struktur Organisasi
1. Executive Director & CEO
2. Chief Counsel
3. Assistant Executive Director of Multifamily Housing
4. Director of Accounting & Loan Servicing
5. Director of Business Development
6. Director of Development
7. Director of Finance
8. Director of Government Affairs
9. Director of Homeowners’ Emergency Mortgage Assistance Program
10. Director of Homeownership Programs
11. Director of Housing Management
12. Director of Human Resources
13. Director of Information Resources
14. Director of Information Technology
15. Director of Office of Strategic Planning & Policy
16. Director of Technical Services
17. Director of Western Region

Lembaga Pembiayaan Perumahan di Amerika Serikat ( II ) - South Carolina State Housing Finance & Development Authority

Profil
South Carolina State Housing Finance & Development Authority (SC State Housing) merupakan lembaga yang mandiri dan tidak menerima alokasi dana dari pemerintah, berdiri sekitar 3 dekade yang lalu, memiliki visi untuk memberikan setiap penduduk South Carolina perumahan yang aman, layak, dengan harga terjangkau. SC State Housing mengelola sejumlah program pemerintah negara bagian dan program pemerintah Amerika Serikat, yang ditujukan bagi penduduk yang memiliki pendapatan menengah ke bawah. Program dari SC State Housing ini bertujuan untuk membantu keluarga dan lingkungan, serta membantu merangsang pertumbuhan ekonomi dengan mendukung pekerjaan di bidang konstruksi maupun real estate. Melalui salah satu programnya, yaitu First-Time Home Buyer Program Mortgage Loan, SC State Housing membantu masyarakat South Carolina yang memiliki pendapatan menengah ke bawah, dengan cara menawarkan pasar yang kompetitif dengan tingkat bunga pinjaman yang tetap.

SC State Housing menyediakan beberapa pilihan untuk pembayaran cicilan bulanan, misalnya dengan konsep bulanan otomatis, pembayaran online. Selain itu, SC State Housing juga berpartisipasi dalam MoneyGram. Peminjam juga mungkin untuk melakukan pembayaran di kantor SC State Housing, 300-C Pointe Outlet Boulevard di Columbia. Bagi peminjam yang melakukan pembayaran secara langsung, dipersilahkan untuk menggunakan wesel atau cek kasir daripada uang tunai.

Keuangan
  • Untuk tahun fiskal yang berakhir pada 30 Juni 2009, SC Housing memberikan pinjaman dengan total dana $ 141.802.577 bagi pinjaman uang muka dan pembayaran cicilan hipotek keluarga yang ingin membeli rumah.
  • Aset bersih milik SC Housing meningkat sebesar $ 7.833.790 menjadi $ 307.724.327. Peningkatan ini terutama berasal dari hasil portofolio kredit SC Housing yang meningkat.
  • Dana aktiva bersih yang berasal dari pemerintah berkurang $ 8.818.816 menjadi $ 26.297.986. Penurunan ini terutama diakibatkan oleh penurunan pajak yang diterima sebesar $ 5.007.252 selama tahun fiskal serta pencairan sejumlah dana yang disetujui dalam fiskal tahun sebelumnya.
  • Penurunan pendapatan hibah dari pemerintah negara bagian sebesar $ 502,799 menjadi hanya $ 122.022.982. Semua bantuan pemerintah negara bagian selama tahun fiskal berasal dari Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan (HUD). Adanya penurunan bantuan HUD ini dikarenakan menurunnya proyek yang ditangani oleh SC Housing di bawah program HOME, dan dipicu pula oleh peningkatan bantuan sewa yang diberikan kepada warga negara melalui HUD Housing Choice Voucher dan Housing Assistance Payments (Contract Administration) programs.
  • SC Housing mendapatkan pembayaran pinjaman pokok obligasi sebesar $ 42.335.000 pada tahun fiskal, dari total $ 30.795.000 yang telah ditebus sebelum jatuh tempo mereka.
  • SC Housing menebus $ 50.000.000 dalam catatan hutang dan diterbitkan pada catatan berjumlah $ 22.000.000.

Persyaratan
Secara umum, persyaratan yang harus dipenuhi oleh peminjam kredit perumahan pada SC Housing, antara lain :
  • Memiliki sumber pendapatan yang tetap.
  • Pendapatan yang dimiliki bersifat konsisten dan terpercaya
  • Membayar tagihan bulanan tepat pada waktunya.
  • Memiliki tagihan pembayaran lain dalam jumlah kecil, misalnya pembayaran tagihan mobil.
  • Mampu untuk membayar hipotek setiap bulan beserta biaya perawatan rumah.

Lembaga Pembiayaan Perumahan di Amerika Serikat ( I ) - New Hampshire Housing Finance Authority (NHHFA)

Profil
New Hampshire Housing Finance Authority (NHHFA) merupakan lembaga publik bebas pajak yang didirikan oleh badan legislatif negara bagian New Hampshire. Meskipun dibentuk dengan Undang-Undang sebagai sarana publik, NHHFA bukanlah badan milik negara, sehingga tidak menerima dana operasional dari pemerintah negara bagian New Hampshire. NHHFA mengelola berbagai program yang dirancang untuk membantu masyarakat dan keluarga yang memiliki pendapatan rendah untuk memperoleh perumahan yang layak, aman dan terjangkau.

Meskipun pasar real estate semakin melunak, pembeli yang pertama kali membeli rumah terus mengalami kesulitan memasuki pasar, karena hambatan yang mencakup keterbatasan uang muka, biaya penutupan sumber daya, dan kurangnya pengetahuan tentang proses pembelian rumah. Tekanan dalam pasar hipotek nasional juga menghambat proses pemembelian rumah dikarenakan adanya persyaratan kredit yang ketat. Oleh karena itu, NHHFA memiliki misi untuk meningkatkan, membiayai dan mendukung kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan perumahan yang terjangkau dan pelayanan lain yang terkait, melalui penggunaan efisien sumber daya dan membangun kemitraan yang efektif, sehingga memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat.

Elemen penting dari misi NHHFA mencakup kegiatan penelitian perumahan, serta pengumpulan data dan analisis, yang digunakan oleh profesional perumahan, lembaga pelayanan sosial dan lain-lain di seluruh negara. Upaya ini memungkinkan adanya publikasi tahunan, berupa Residential Rental Cost Survey dan Perumahan dan the Directory of Assisted Housing, yang berfungsi sebagai komponen penting dalam proses perencanaan konsolidasi. Selain itu, penelitian dan pengumpulan data juga mendukung NHHFA dalam upaya advokasi perumahan.

NHHFA menawarkan berbagai program kepemilikan rumah untuk membantu pembeli yang baru pertama kali ingin membeli rumah. Produk andalan NHHFA, adalah Single Family Mortgage Program, yang memberikan kredit berbunga rendah kepada calon pembeli selama lebih dari 30 tahun. Beberapa produk pinjaman kredit NHHFA lainnya, baik sebagai bagian dari Single Family Mortgage Program serta program-program mandiri lainnya, memungkinkan NHFFA untuk memprediksi jumlah penduduk yang tidak mampu memenuhi syarat untuk membeli rumah.

Bagian penting dari program kepemilikan rumah dari NHHFA, meliputi upaya pra-pembelian dan pasca-pembelian rumah. Sebagai fasilitas tambahan, NHHFA menawari masyarakat yang pertama kali meminjam kredit rumah suatu bimbingan dalam proses pembelian rumah dan menyediakan informasi yang perlu diketahui sebagai pemilik rumah baru. NHHFA berusaha untuk membuat pengalaman membeli rumah yang sukses satu untuk semua nasabahnya.

Setiap tahun NFHHFA membantu ribuan keluarga berpenghasilan rendah untuk mendapatkan dan mempertahankan unit sewaan perumahan melalui U.S. Department of Housing and Urban Development’s Housing Choice Voucher dan program bantuan sewa. Tanpa program ini, banyak penduduk New Hampshire akan menjadi tunawisma atau tidak mampu membeli kebutuhan dasar bagi kehidupan mereka. Program HUD, meliputi kesempatan bagi keluarga untuk menjadi mandiri secara finansial dan menyediakan kesempatan bagi kepemilikan rumah melalui the GOAL Family Self-Sufficiency Program dan the Housing Choice Voucher Home Ownership Option.

Selama tahun 2007, maka NHHFA telah membantu 3.326 keluarga dengan dana lebih dari $ 25 juta untuk subsidi perumahan melalui the Housing Choice Voucher Program. NHHFA menerima $ 220.218 dari Department of Housing and Urban Development (HUD) untuk the Family Self-Sufficiency Program dengan tujuan membantu keluarga untuk menjadi mandiri secara finansial.

Adapun, prioritas dana NHHFA bagi multifamily adalah meningkatkan penyediaan perumahan sewa yang terjangkau di seluruh negara. Walaupun terjadi kenaikan biaya untuk mengembangkan perumahan multifamily dan terbatasnya subsidi bagi NHHFA untuk membantu membiayai program tersebut, NHHFA berkomitmen untuk memaksimalkan jumlah unit yang dibuat, yaitu dengan cara bekerja sama dengan pengembang untuk menemukan cara-cara kreatif dan efektif untuk membawa hasil yang maksimal bagi program yang sedang dilaksanakan.

Selain program bantuan sewa langsung, the NHHFA’s Housing Services Programs memberikan bantuan kepada manajer perumahan dan koordinator pelayanan pembiayaan properti perumahan bagi penduduk New Hampshire. Manfaat dari bantuan ini, meliputi penurunan terjadinya penggusuran, kerusakan harta benda dan pengaduan masyarakat, dan peningkatan penduduk yang mandiri, dan meningkatkan stabilitas maupun livability untuk pembangunan perumahan. NHHFA menyediakan bantuan teknis dan pelatihan bagi pemilik dan manajemen perusahaan dalam mengembangkan, menerapkan dan memelihara kualitas layanan untuk mendukung program-program bagi penduduk lanjut usia dan kompleks perumahan keluarga.

Struktur Organisasi
  1. Executive Division: General and Financial Administration / Public and Government Relations / Comprehensive Housing Research and Planning
  2. Finance & Accounting Division: Accounting / Financial Management Activities / Mortgage Loan Servicing
  3. Assisted Housing Division: Rental and Tenant Assistance Programs / Supportive Services Programs
  4. Management & Development Division: Multi-Family Housing Development and Financing Programs / Multi-Family Project Portfolio Management / Compliance Monitoring
  5. Home Ownership Division: Single Family Mortgage Program / Special Home Ownership Programs
  6. Information Technology Division: Automated Management Information Sistems
Sumber Keuangan
  • NHHFA mengalokasian $ 96,5 Mortgage Revenue Bond (MRB), untuk membantu memenuhi peningkatan permintaan untuk jangka panjang, dengan tingkat bunga tetap bagi pembiayaan hipotek dan pembiayaan kembali pinjaman untuk pembeli rumah yang memiliki pendapatan menengah ke bawah.
  • Adanya hibah yang dilakukan NHHFA sebesar $ 19,6 juta untu membantu negara maupun negara bagian dalam menyeimbangkan lingkungan rumah yang terkena dampak negatif dari penyitaan rumah. Dana tersebut harus digunakan dalam waktu 18 bulan setelah penerimaan.
  • NHHFA menciptakan $ 7.500 kredit pajak untuk pertama kali bagi pembeli rumah. Kredit pajak ini berlaku untuk pembelian rumah setelah April 8, 2008, dan sebelum 1 Juli 2009. Dan, NHHFA menghasilkan $ 526.000 bagi kredit pajak tambahan antara 2008 dan 2009.

Persyaratan
The Voucher Assisted Mortgage Option memberikan kesempatan bagi keluarga yang memiliki penghasilan sangat rendah untuk membeli rumah dan menggunakan the Housing Choice Voucher sebagai bagian dari pembayaran kredit perumahan bulanan mereka. Inisiatif ini mengikuti semua petunjuk dari the Single Family Mortgage Program dan terbuka untuk peserta Housing Choice Voucher Program dengan penargetan khusus untuk mengikuti GOAL/Family Self Sufficiency (FSS). Pertama kali, calon peminjam harus melengkapi pelatihan bagi para pembeli rumah baru melalui NHHFA atau organisasi perumahan non-profit yang disetujui. Kemudian, pembeli harus mengisi formulir pendaftaran. Pembeli dimasukkan ke dalam daftar tunggu. Ketika nama pembeli telah mencapai tingkat atas pada daftar tersebut, maka mereka akan diberitahu dengan email.

Adapun, persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu keluarga untuk mendaftar the Housing Choice Voucher Program yang ditawarkan oleh NHHFA, antara lain :
  • Memiliki pendapatan tahunan yang kurang dari batas minimal yang ditentukan oleh U.S. Department of Housing and Urban Development (HUD). Ketika menentukan kelayakan pendapatan, maka yang digunakan sebagai acuan adalah pendapatan kotor.
  • Memberikan verifikasi Nomor Jaminan Sosial untuk seluruh anggota keluarga yang berusia di atas 6 tahun atau menyatakan bahwa mereka tidak memiliki Nomor Jaminan Sosial. Dokumen-dokumen tersebut dapat diajukan pada saat aplikasi atau bila voucher telah tersedia.
  • Memenuhi persyaratan HUD dalam status keimigrasian atau kewarganegaraan.
  • Mampu membayar sejumlah cicilan kepada NHFFA atau lembaga perumahan lainnya.
  • Menandatangani formulir pendaftaran, sehingga NHHFA dapat memverifikasi berbagai persyaratan untuk program bantuan sewa.
  • Tidak memiliki anggota keluarga yang terlibat dengan tindakan-tindakan kriminalitas yang dapat membahayakan hidup, kesehatan, keselamatan, atau hak asasi manusia bagi orang lain.
  • Tidak mempunyai anggota keluarga yang terlibat dengan kasus narkoba atau kekerasan yang berhubungan dengan kegiatan kriminal.

Tradisi Orang Jepang

KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan "agak memalukan" di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk "yang tidak dibutuhkan" oleh perusahaan.

MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena "mengundurkan diri" bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan.Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.

LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.

INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap ulita Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen). Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini.

BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.

KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa "1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok" . Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan "rin-gi" adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam "rin-gi".

MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka "meminjam" uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.

JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata "tidak" untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena "hai" belum tentu "ya" bagi orang Jepang Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang ijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.


Maaf, saya mengambil artikel ini dari blog seseorang, tetapi saya lupa untuk mencantumkan sumbernya.