Pencapaian tujuan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh visi yang telah ditetapkan, yang merupakan gambaran tujuan jangka panjang secara abstrak yang ingin diwujudkan. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka dibuatlah misi yang merupakan cerminan dari langkah-langkah konkrit yang hendak dicapai. Oleh karena itu, visi dan misi harus bersifat rasional dan disesuaikan dengan kemampuan serta kondisi organisasi yang bersangkutan.
Berdasarkan Peraturan Bupati Pati Nomor 25 Tahun 2006 tanggal 1 Desember 2006 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pati tahun 2006-2011, dan dalam rangka menghadapi pelaksanaan otonomi daerah, maka visi Kabupaten Pati adalah “Terwujudnya Pati Bumi Mina Tani, Berbasis Keunggulan Pertanian dan Industri yang Berkelanjutan”.
Pelaksanaan visi tersebut ditunjang oleh beberapa misi, antara lain:
a. Mengembangkan pengamalan nilai-nilai agama untuk peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan berbasis kemajemukan masyarakat.
b. Menciptakan sistem pemerintahan yang baik dan demokratis melalui peningkatan profesionalisme aparatur dan lebih dekat kepada rakyat, serta bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.
c. Mewujudkan peningkatan kualitas SDM melalui pemerataan pelayanan pendidikan, peningkatan derajat kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat.
d. Membangun ekonomi kerakyatan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kelautan dan pertanian.
e. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
f. Mendorong berkembangnya industri melalui optimalisasi potensi lokal dengan mewujudkan iklim investasi yang kondusif dan berkesinambungan.
Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Sarana merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya. Sedangkan, prasarana adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan, kawasan, kota atau wilayah (spatial space) sehingga memungkinkan ruang tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Pembangunan sarana di Kabupaten Pati yang sudah menampakkan hasilnya dan dapat kita lihat sekarang ini adalah pembangunan jalan lingkar selatan. Pembangunan jalan lingkar tersebut bertujuan untuk memindahkan jalur pantura yang semula melewati tengah kota, sehingga tengah kota tidak lagi tercemar oleh polusi suara maupun udara, dan tidak lagi membahayakan pengemudi kendaraan. Namun, sayangnya … pembangunan jalan lingkar selatan tersebut baru selesai sebagian. Truk-truk besar masih saja melewati tengah kota, baik untuk menuju Kota Semarang maupun Surabaya. Menurut saya, infrastruktur jalan merupakan infrastruktur yang paling penting dibandingkan dengan yang lainnya. Jalan yang bagus dan lebar, seperti Jalan Semarang – Demak, akan memudahkan pendistribusian barang dan jasa. Walaupun pembangunan maupun perbaikan jalan membutuhkan dana yang cukup besar, tetapi dampak multiplier effect nya akan terasa kemudian.
Hmm, selain jalan lingkar selatan, ada satu hal penting yang juga patut untuk mendapatkan perhatian dimana semua orang, khususnya penduduk Kabupaten Pati, pun mengetahuinya. Pembangunan sarana dan prasarana yang ada sangat sangat terpusat di Kecamatan Pati yang tentu saja berperan sebagai ibukota dari Kabupaten Pati. Berbagai macam fasilitas hiburan, seperti Stadion Joyokusumo, Alun-Alun Kota Pati, Taman Hutan Kota Pati, dan lain sebagainya … semuanya terletak di Kecamatan Pati. Belum lagi macam-macam tempat perbelanjaan yang tersebar di sepanjang Jalan Panglima Sudirman. Sebenarnya, apabila dilihat dengan tidak sungguh-sungguh pun, hal tersebut tidak adil bagi kecamatan lain di Kabupaten Pati. Begitu pula dengan SMA Negeri 1, 2, dan 3 Pati yang tentu saja menjadi favorit bagi pelajar di Kabupaten Pati, yang ditandai oleh banyaknya anak-anak yang berasal dari kecamatan lain yang merelakan diri berpisah dengan keluarga (nge-kos) untuk dapat mengasah ilmu di ketiga sekolah tersebut. Intinya adalah terjadi disparitas yang cukup parah antara Kecamatan Pati dengan 20 kecamatan lain yang ada di Kabupaten Pati.
Ada suatu model pembangunan yang bernama growth center, yang berbicara bahwa pemerintah sebaiknya membangun daerah yang yang memiliki potensi yang tinggi, seperti daerah yang menjadi pusat ekonomi, pemerintahan, perdagangan dan jasa, yang kemudian diharapkan daerah tersebut dapat menyebarkan pengaruhnya ke daerah-daerah sekitarnya. Pemerintah memang harus memilih satu diantara dua pilihan, pemusatan ataukah pemerataan? Pemikirannya dulu … pemusatan akan berdampak pada pemerataan. Akan tetapi, entah kapan hal tersebut akan terjadi, apalagi mengingat bahwa Kabupaten Pati adalah sebuah kabupaten yang belum semaju kabupaten tetangga-tetangganya. Kudus memiliki industri rokok, Rembang sekarang terkenal dengan pengembangan good governance-nya, Jepara unggul dalam ukirannya.
Saya kagum dengan pembangunan sarana dan prasarana Demak yang sekarang ini. Menurut Bapak, sejak memiliki Bupati baru yang memiliki latar belakang pendidikan perencanaan kota, maka Demak menjadi lebih maju. Jalan pantura diperbaiki … bagus banget sekarang (saya sampai kaget ketika mau pulang ke Pati setelah tidak bisa pulang selama sebulan dan terkungkung di Semarang), di pinggir jalan tersebut ada trotoar yang diperuntukkan bagi pejalan kaki (berarti memanusiakan manusia, hehe …), pasar-pasar direnovasi menjadi lebih tertata dan keliatan rapi dengan cat yang berwarna-warni, dan mungkin pembangunan yang lainnya akan menyusul. Seperti juga Walikota Surakarta yang berhasil menyelesaikan permasalahan permukiman kumuh dengan cara damai, bukan dengan penggusuran semata.
Saya pun kemudian menjadi iri … kenapa ya Kabupaten Pati setidaknya tidak bisa meniru Demak? Padahal, jalan lingkar selatan saja dibangun terlebih dahulu dibandingkan dengan perbaikan Jalan pantura Semarang – Demak. Yang justru berkembang adalah pembangunan karaoke-karaoke yang marak dan mulai dipusatkan di sekitar Pasar Wagenan, Kecamatan Margorejo. Saya sedih … kenapa bisa Pati dijuluki kota seribu karaoke? Tidaklah apa-apa jika sebutan tersebut bernada positif. Sayangnya, semua itu bernada negatif, dan bisa-bisa di kemudian hari terkenal pula akan wisata sex-nya. Semua itu, sungguh-sungguh memprihatinkan. Kotaku … kampungku … tempat tinggalku … tanah kelahiranku …
Berdasarkan Peraturan Bupati Pati Nomor 25 Tahun 2006 tanggal 1 Desember 2006 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pati tahun 2006-2011, dan dalam rangka menghadapi pelaksanaan otonomi daerah, maka visi Kabupaten Pati adalah “Terwujudnya Pati Bumi Mina Tani, Berbasis Keunggulan Pertanian dan Industri yang Berkelanjutan”.
Pelaksanaan visi tersebut ditunjang oleh beberapa misi, antara lain:
a. Mengembangkan pengamalan nilai-nilai agama untuk peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan berbasis kemajemukan masyarakat.
b. Menciptakan sistem pemerintahan yang baik dan demokratis melalui peningkatan profesionalisme aparatur dan lebih dekat kepada rakyat, serta bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.
c. Mewujudkan peningkatan kualitas SDM melalui pemerataan pelayanan pendidikan, peningkatan derajat kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat.
d. Membangun ekonomi kerakyatan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kelautan dan pertanian.
e. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
f. Mendorong berkembangnya industri melalui optimalisasi potensi lokal dengan mewujudkan iklim investasi yang kondusif dan berkesinambungan.
Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Sarana merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya. Sedangkan, prasarana adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan, kawasan, kota atau wilayah (spatial space) sehingga memungkinkan ruang tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Pembangunan sarana di Kabupaten Pati yang sudah menampakkan hasilnya dan dapat kita lihat sekarang ini adalah pembangunan jalan lingkar selatan. Pembangunan jalan lingkar tersebut bertujuan untuk memindahkan jalur pantura yang semula melewati tengah kota, sehingga tengah kota tidak lagi tercemar oleh polusi suara maupun udara, dan tidak lagi membahayakan pengemudi kendaraan. Namun, sayangnya … pembangunan jalan lingkar selatan tersebut baru selesai sebagian. Truk-truk besar masih saja melewati tengah kota, baik untuk menuju Kota Semarang maupun Surabaya. Menurut saya, infrastruktur jalan merupakan infrastruktur yang paling penting dibandingkan dengan yang lainnya. Jalan yang bagus dan lebar, seperti Jalan Semarang – Demak, akan memudahkan pendistribusian barang dan jasa. Walaupun pembangunan maupun perbaikan jalan membutuhkan dana yang cukup besar, tetapi dampak multiplier effect nya akan terasa kemudian.
Hmm, selain jalan lingkar selatan, ada satu hal penting yang juga patut untuk mendapatkan perhatian dimana semua orang, khususnya penduduk Kabupaten Pati, pun mengetahuinya. Pembangunan sarana dan prasarana yang ada sangat sangat terpusat di Kecamatan Pati yang tentu saja berperan sebagai ibukota dari Kabupaten Pati. Berbagai macam fasilitas hiburan, seperti Stadion Joyokusumo, Alun-Alun Kota Pati, Taman Hutan Kota Pati, dan lain sebagainya … semuanya terletak di Kecamatan Pati. Belum lagi macam-macam tempat perbelanjaan yang tersebar di sepanjang Jalan Panglima Sudirman. Sebenarnya, apabila dilihat dengan tidak sungguh-sungguh pun, hal tersebut tidak adil bagi kecamatan lain di Kabupaten Pati. Begitu pula dengan SMA Negeri 1, 2, dan 3 Pati yang tentu saja menjadi favorit bagi pelajar di Kabupaten Pati, yang ditandai oleh banyaknya anak-anak yang berasal dari kecamatan lain yang merelakan diri berpisah dengan keluarga (nge-kos) untuk dapat mengasah ilmu di ketiga sekolah tersebut. Intinya adalah terjadi disparitas yang cukup parah antara Kecamatan Pati dengan 20 kecamatan lain yang ada di Kabupaten Pati.
Ada suatu model pembangunan yang bernama growth center, yang berbicara bahwa pemerintah sebaiknya membangun daerah yang yang memiliki potensi yang tinggi, seperti daerah yang menjadi pusat ekonomi, pemerintahan, perdagangan dan jasa, yang kemudian diharapkan daerah tersebut dapat menyebarkan pengaruhnya ke daerah-daerah sekitarnya. Pemerintah memang harus memilih satu diantara dua pilihan, pemusatan ataukah pemerataan? Pemikirannya dulu … pemusatan akan berdampak pada pemerataan. Akan tetapi, entah kapan hal tersebut akan terjadi, apalagi mengingat bahwa Kabupaten Pati adalah sebuah kabupaten yang belum semaju kabupaten tetangga-tetangganya. Kudus memiliki industri rokok, Rembang sekarang terkenal dengan pengembangan good governance-nya, Jepara unggul dalam ukirannya.
Saya kagum dengan pembangunan sarana dan prasarana Demak yang sekarang ini. Menurut Bapak, sejak memiliki Bupati baru yang memiliki latar belakang pendidikan perencanaan kota, maka Demak menjadi lebih maju. Jalan pantura diperbaiki … bagus banget sekarang (saya sampai kaget ketika mau pulang ke Pati setelah tidak bisa pulang selama sebulan dan terkungkung di Semarang), di pinggir jalan tersebut ada trotoar yang diperuntukkan bagi pejalan kaki (berarti memanusiakan manusia, hehe …), pasar-pasar direnovasi menjadi lebih tertata dan keliatan rapi dengan cat yang berwarna-warni, dan mungkin pembangunan yang lainnya akan menyusul. Seperti juga Walikota Surakarta yang berhasil menyelesaikan permasalahan permukiman kumuh dengan cara damai, bukan dengan penggusuran semata.
Saya pun kemudian menjadi iri … kenapa ya Kabupaten Pati setidaknya tidak bisa meniru Demak? Padahal, jalan lingkar selatan saja dibangun terlebih dahulu dibandingkan dengan perbaikan Jalan pantura Semarang – Demak. Yang justru berkembang adalah pembangunan karaoke-karaoke yang marak dan mulai dipusatkan di sekitar Pasar Wagenan, Kecamatan Margorejo. Saya sedih … kenapa bisa Pati dijuluki kota seribu karaoke? Tidaklah apa-apa jika sebutan tersebut bernada positif. Sayangnya, semua itu bernada negatif, dan bisa-bisa di kemudian hari terkenal pula akan wisata sex-nya. Semua itu, sungguh-sungguh memprihatinkan. Kotaku … kampungku … tempat tinggalku … tanah kelahiranku …