Menjadi suatu kebahagiaan bisa pergi ke
suatu tempat bersama dengan keluarga. Pada hari Kamis kemarin (15/05), kami sekeluarga
berkesempatan untuk mengunjungi tempat wisata di Kabupaten Rembang, Pantai Dampo
Awang yang sebelumnya bernama Pantai Kartini ini. Ada keindahan tersendiri
ketika berada di sana. Selain keindahan alam yang ditawarkan, Pantai Dampo
Awang juga menawarkan keindahan wisata buatan. Apakah itu?
Jarak dari rumah di Pati ke Pantai Dampo Awang sekitar 40 km yang ditempuh selama 3 jam. Mengapa begitu lama? Kami sempat terjebak macet di Desa Widorokandang, Jln. Pati Juwana Km 4, karena terjadi kecelakaan karambol yang melibatkan truk, mobil box, dan bus Simphonie (pengemudi sopir box meninggal, terjebak di antara truk dan bus). Sementara, terkait budgeting, yang perlu dipersiapkan adalah bensin mobil sekitar Rp 100,000, tiket parkir mobil Rp 5,000, dan tiket masuk pantai Rp 10,000 per orang. Tiket masuk ini menurut saya masih tergolong mahal untuk ukuran wisata pantai.
Setelah membeli tiket dan masuk melalui
pintu gerbang depan, kami langsung disuguhi dengan pemandangan mini zoo yang
menampilkan berbagai macam binatang air maupun binatang darat. Ada lele dumbo, ikan
gurame, kura-kura, elang Jawa, bangau tongtong, ular piton (ularnya ngumpet,
tidak mau nongol), buaya (buayanya diam saja tidak bergerak), dsb.
Kemudian, kami menyusuri jalan setapak menuju pantai. Kami melayangkan pandangan menuju pantai, menangkap pemandangan perahu warna-warni yang tertambat dan terombang-ambing terayun ombak (walaupun ombaknya bisa dibilang hampir tidak ada, hehe). Kami pun sempat berfoto-foto sebentar di bungalow. Dari bungalow, kami bisa melihat banyaaaaak sekali ubur-ubur yang berenang, tentu saja selain juga pasangan yang sedang berkencan. Sayangnya, kami tidak dapat turun ke pantai, karena air laut sedang pasang, sehingga pasirnya tidak terlihat. Atau ... apakah kondisi air laut saat itu sebenarnya sedang surut, tetapi terjadi kenaikan muka air laut akibat fenomena climate change?
Wahana yang ditawarkan pun
beranekaragam, mulai flying fox untuk anak-anak, ayunan, kereta-keretaan, pokoknya
permainan yang memanjakan anak-anak. Ada juga berbagai toko yang menawarkan
pakaian khas Rembang dan berbagai macam kuliner yang memanjakan lidah dan
menguras isi dompet.
Yang tidak kalah menarik di sana adalah
adanya bangunan khas Belanda yang digunakan untuk perpustakaan dan tempat
penyimpanan arsip. Selain itu, terdapat Monumen Jangkar Dampo Awang. Berdasarkan
penjelasan yang ada di sana, jangkar tersebut berasal dari kapal milik Dampo
Awang yang hancur karena ditendang oleh Sunan Bonang.
Beberapa hal yang perlu dilakukan penataan, meliputi lapak pedagang yang masih semrawut (tidak cukup tertampung di dalam deretan toko atau memang dikarenakan sewa toko yang cukup mahal), toilet yang kurang terjaga kebersihannya, serta sampah yang jatuh ke lautan. Selain itu, mobil yang diperbolehkan masuk ke dalam kawasan pantai akan membuat pantai menjadi lebih bising. Namun, secara keseluruhan, Pantai Dampo Awang ini tergolong menarik.