Business
Continuity Plan (BCP)? Apa itu? Hiks, ini karena saya dateng terlambat kemarin
pas pelatihan, jadinya kagak paham. Tapi, pokoknya, intinya membahas tentang tahapan
perencanaan dari suatu perusahaan agar tetap bertahan/beroperasional pada saat
terkena bencana, bisa terjangan banjir, gempa bumi, kebakaran, gunung meletus,
dsb.
Nah,
BNI Syariah Kudus sendiri akhirnya mendapatkan pelatihan tentang BCP pada Rabu,
19 Februari 2014 kemarin. Jadi, dalam kegiatan ini, BNI Syariah Kudus
mengundang Tim Pemadam Kebakaran (thanks for them) untuk memberikan pengarahan
bagaimana cara memadamkan api, bagaimana menolong korban yang pingsan, dsb. Kerennya
pula, tim pemadam membawa serta mobil pemadam kebakarannya yang berwarna merah.
Merah? Mungkin ... biar cepet kelihatan dari kejauhan kali ya. Menurut saya,
BCP kali ini lebih terfokus pada penyelamatan diri ketika terjadi bencana
kebakaran di kantor. Kalo gempa bumi, bismillah, jangan sampai terjadi deh!
Kita diberi penjelasan mengenai peralatan pemadam, seperti apa itu APAR (kalau ndak salah singkatannya alat pemadam api ringan?), apa fungsinya, dsb. Kemudian, kita berlatih bagaimana cara menolong korban kebakaran. Sayangnya, di bagian ini ... saya belum ikut. Tahap berikutnya, tet tot, ini yang ditunggu-tunggu ... praktek di depan kantor. Ada 2 peralatan yang dapat digunakan untuk memadamkan api, yaitu dengan cara tradisional memakai karung goni basah dan cara modern dengan menggunakan APAR. Di situ sudah disediakan 2 tong besar berisi air dan minyak, jadi kalo korek api dilempar ke dalam tong, apinya langsung berkobar-kobar. Wow, seru pokoknya. Kita-kita sih hanya nonton saja dari pinggir.
Jadi, kalau memakai karung goni cukup simpel. Tinggal celupkan karung goni ke dalam ember hingga basah seluruhnya, lalu letakkan karung goni di atas tong hingga api di dalam tong padam. Sederhana, tetapi berbahaya. Kenapa? Ya, karena orang yang praktek harus mendekati tong berapi yang menyala-nyala. Siapa yang nggak takut coba? Mana karung goninya berat. Trus, kalau bener-bener kebakaran, apa sempet beli karung goni terlebih dahulu? Yang kedua, menggunakan APAR. Wah, ini ea baru top. Tinggal semprot, api padam. Tapi, sebelumnya pin di APAR jangan lupa harus dilepas terlebih dahulu biar tepungnya bisa keluar. Berat APAR-nya cuma 5 kg, tidak terlalu berat. Hihi, setelah disemprot, apinya emang langsung padam, masalahnya bubuk tepungnya itu lhooo sampai ke mana-mana, kayak abu vulkanik Kelud, bikin sesak napas dan mengganggu tetangga sebelah kantor juga. Oh ya, APAR ini setiap seminggu sekali harus dikocok, biar tepungnya tidak memadat.
Yang terakhir, karena sudah mendekati Maghrib, tim pemadam mengeluarkan senjata pamungkasnya, penyemprot air besar. Karena di sekitar kantor tidak ada hydrant (hydrant kie sangat penting ya), jadinya air diperoleh dari tubuh kendaraan tim pemadam. Airnya itu dipakai untuk membersihkan tepung APAR di depan kantor. Trus, saya mikirnya, kalo bener-bener terjadi kebakaran, trus tidak ada hydrant, persediaan air di kendaraan sudah habis, then what do they do?