Selasa, 22 April 2008

The World Never Stop to Walk

Ya, aku tidak pernah mengenal siapa yang berada di dalam tubuhku ini, mengatur tanganku dan mengendalikan langkahku. Aku … hanyalah seorang manusia yang tidak tahu kemana harus berjalan. Ketika kujumpai persimpangan jalan, aku merasa sangat kebingungan. Aku harus memilih jalan yang mana? Jalan yang ada di hadapanku tampak lurus, seakan tak terjangkau, membuatku bergidik bila ingin melewatinya.

Namun, aku tidak mempunyai pilihan lain. Akhirnya, aku pun memilih salah satu jalan yang terlihat datar. Aku tidak tahu apa atau siapa yang akan menantiku di ujung sana. Ataukah, jalan itu tidak berujung? Sungguh, I have no idea! Memang, hanya ada satu cara untuk mengetahuinya. Aku HARUS memastikannya.

Aku pun mulai menyusuri jalan itu. Jalan yang panjang dan datar, pikirku. Setapak demi setapak kulalui, hanya berteman dengan kesiur angin yang berhembus perlahan. Namun, semakin lama jalan itu semakin menanjak. Terus … terus … menanjak. Aku menjadi lelah. Tak ada mobil yang mau memberikan tumpangan padaku. Bahkan, menyapa pun mereka enggan. Aku merasa tenagaku habis di tengah jalan. Entah bagaimana aku?

Ya, memang begitulah kehidupan. Kita selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit. Kita seringkali berdiri sendirian di persimpangan. Benar-benar tidak tahu jalan mana yang akan dipilih. Terkadang, kita pun tak lebih menjadi seorang pengecut. Ingin lari dari kenyataan yang ada. Janganlah lari, kataku. Seorang pengecut hanya mempunyai satu pilihan di dalam hidupnya, yaitu KALAH. Sedangkan, orang-orang yang berani untuk melangkah (walaupun mereka tahu segala risiko yang menghadangnya), mempunyai dua pilihan. KALAH dan MENANG. Jalan yang kita lalui, mungkin semakin lama semakin menanjak, terjal, berbatu, tetapi jalan itulah yang akan membawa kita menuju langit, mencapai pelangi, dan menggapai awan. Dan, satu hal yang pasti; meraih kebahagiaan.

Mulailah untuk tidak mengharapkan tumpangan dan menggunakan mobil (baca: jalan pintas). Berjalan akan melatih kita untuk tidak mudah putus asa, dan menempa diri menjadi setajam pisau. Kuakui, memang semua itu sulit untuk dilakukan. Namun, kesulitan itu akan bertambah apabila kita tidak mulai mencoba untuk mengatasinya. Karena, dunia tidak pernah berhenti berdetak, sekalipun kita tercabik-cabik olehnya. Ya, dunia tidak pernah berhenti berdetak, sekalipun kita tercabik-cabik olehnya. Ya, DUNIA TIDAK PERNAH BERHENTI BERDETAK, SEKALIPUN KITA TERCABIK-CABIK OLEHNYA.
Cee-Tra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar