“Mengapa cowok tidak boleh menangis?” Pertanyaan itu selalu saja berputar – putar di kepalaku tanpa bisa kujawab secara logis dan masuk akal.
Cowok, aku pikir punya hak asasi yang sama dengan cewek. Mereka berhak tertawa, menangis, berbicara. Namun, mengapa selama ini cowok tidak boleh dibiarkan menangis? Cowok kan juga manusia yang mempunyai perasaan, bukan seperti malaikat yang hanya diberi akal. Apakah adat yang membelenggu? Adat Indonesia? Ataukah, ungkapan itu sudah mengglobal di seluruh dunia? yang sebenarnya bukan berasal dari adat Indonesia, tetapi budaya dari negara asing, entah dimana.
Cowok adalah lambang kekuatan, superioritas, yang diharuskan (memang sudah menjadi suratan) untuk melindungi kaum wanita yang lemah, yang gampang menangis (hanya gara – gara nonton film, misalnya. Yah, kayak aku gitu. He … he … he …). Tapi, sebenarnya tidak sedikit pula wanita yang tegar dan pantang menyerah dalam menghadapi masalah kehidupan (kayak acara di Trans TV, Wanita dalam Berita). Tidak selamanya, cowok itu kuat menghadapi segala rintangan sendirian. Sekali – sekali, dia juga membutuhkan tempat sebagai sandaran. Bila perlu, menangis di pelukan seorang cewek.
Sebenarnya, tidak ada yang melarang cowok untuk menangis, karena setiap orang berhak mengekspresikan perasaannya secara bebas. Aku sih nggak ditakdirkan sebagai cowok, jadi tidak tahu bagaimana mereka mengatasi kesedihannya. Apakah dengan diam saja atau hanya terpekur menatap hampa? Padahal, dengan menangis (aku sungguh mengakuinya, karena aku emang sudah membuktikan kebenarannya) kita dapat mengeluarkan unek – unek, pokoknya segala hal yang mengganjal di hati. Setidaknya, setelah menangis, perasaanku menjadi plong, sehingga dapat mengurangi beban yang ada di hati.
Sekarang ini, tidaklah mustahil jika seorang cowok menjadi chef, alias tukang masak di restoran. Atau juga sebaliknya, seorang cewek yang jadi kernet bus dan bergelantungan di pinggir pintu. Jadi, mengapa tidak jika cowok menangis? Tidak ada yang melarang!