Seandainya saya dapat meringankan rasa sakit atau meredakan rasa nyeri seseorang, atau menolong seekor burung murai yang kebingungan kembali ke sarangnya lagi, hidup saya tak akan sia – sia.
( Emily Dickinson )
Kemarin, tepatnya pada tanggal 10 November 2007, ketika prosesi diadakan, ketika bentak – membentak sudah menjadi tradisi, ketika kakak senior yang menamakan dirinya KomDis alias Komisi Kedisiplinan, dengan seenaknya ‘menasihati’ adik juniornya, aku merasa seperti menjadi burung murai itu. Bingung, tidak tahu ke mana akan melangkah. Hanya diam saja, menunduk ...
Nggak ada yang membela. Bahkan, Mas D pun nggak datang. Walaupun, aku selalu membayangkan seandainya dia hadir dan melindungiku. Aku pun merasa sedih, kecewa, marah, kesal … semuanya bercampur aduk menjadi satu di dalam hatiku. Menimbulkan rasa yang menyesakkan di dada.
Setelah semua berlalu, Mbak Ochin, mbak yang menurutku baik banget, bilang kalau kita harus membuang segala masalah yang mengganjal. Kami semua menunduk bersama – sama. Sepi! Pada saat itulah Mas Dana datang menuju ke arahku dan memegang lenganku.
Lalu, setelah itu apa yang terjadi? Aku menangis dalam keheningan. Seakan dengan sentuhan kecil darinya, semua beban yang ada di hatiku seketika menjadi hilang, menguap entah kemana. Walaupun mungkin Mas Dana merasa bahwa tindakan yang dilakukannya sepele, tapi bagiku … hal itu sangatlah berharga. Aku dapat merasakan kelembutan yang mengalir lewat sentuhan tangannya, yang membuatku merasa tenang. Merasa bahwa ada seseorang yang selalu ada di sampingku. Memandangku, dan siap menolong jika aku membutuhkan sosoknya.
Untuk Mas Dana, aku mengucapkan terima kasih. I was so appreciated with your deed, Mas. Dan, aku nggak akan pernah melupakannya, walau kita belum saling mengenal.
Kemarin, tepatnya pada tanggal 10 November 2007, ketika prosesi diadakan, ketika bentak – membentak sudah menjadi tradisi, ketika kakak senior yang menamakan dirinya KomDis alias Komisi Kedisiplinan, dengan seenaknya ‘menasihati’ adik juniornya, aku merasa seperti menjadi burung murai itu. Bingung, tidak tahu ke mana akan melangkah. Hanya diam saja, menunduk ...
Nggak ada yang membela. Bahkan, Mas D pun nggak datang. Walaupun, aku selalu membayangkan seandainya dia hadir dan melindungiku. Aku pun merasa sedih, kecewa, marah, kesal … semuanya bercampur aduk menjadi satu di dalam hatiku. Menimbulkan rasa yang menyesakkan di dada.
Setelah semua berlalu, Mbak Ochin, mbak yang menurutku baik banget, bilang kalau kita harus membuang segala masalah yang mengganjal. Kami semua menunduk bersama – sama. Sepi! Pada saat itulah Mas Dana datang menuju ke arahku dan memegang lenganku.
Lalu, setelah itu apa yang terjadi? Aku menangis dalam keheningan. Seakan dengan sentuhan kecil darinya, semua beban yang ada di hatiku seketika menjadi hilang, menguap entah kemana. Walaupun mungkin Mas Dana merasa bahwa tindakan yang dilakukannya sepele, tapi bagiku … hal itu sangatlah berharga. Aku dapat merasakan kelembutan yang mengalir lewat sentuhan tangannya, yang membuatku merasa tenang. Merasa bahwa ada seseorang yang selalu ada di sampingku. Memandangku, dan siap menolong jika aku membutuhkan sosoknya.
Untuk Mas Dana, aku mengucapkan terima kasih. I was so appreciated with your deed, Mas. Dan, aku nggak akan pernah melupakannya, walau kita belum saling mengenal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar