Dear adikku,
Aku tahu kamu marah padaku
Aku tahu kamu kecewa padaku
Aku tahu bila aku salah
Aku tahu kalau aku tidaklah pantas menjadi kakakmu
Aku tahu bahwa aku tidak pantas menjadi apapun bagimu
Kamu boleh mengacuhkanku,
tidak menganggapku sebagai saudaramu,
tetapi kuingin kau mengerti selamanya engkau tetaplah adikku
Adikku,
aku memang tidaklah sesempurna dirimu yang cantik, baik hati,
dan disayangi oleh semua orang, ayah,ibu, teman-temanmu
Sedangkan, aku tidak punya teman
Hanya kaulah temanku
Entahlah bila kau tidak pernah menganggapku sebagai teman
Adikku,
aku memang jelek, tidak layak untuk berada di sampingmu
menemanimu
Ya, aku hanya bisa memandangmu dari jauh,
melihatmu tertawa bahagia
Sungguh …
Aku senang melihatmu bahagia
Dear Ibu,
Ibu, engkau adalah segalanya bagiku. Engkau telah rela mengandungku selama 9 bulan 10 hari. Engkau telah rela merawatku dari bayi hingga sekarang. Pada saat aku sakit, engkau senantiasa berjaga di sampingku.
Ibu, engkau sangatlah baik padaku. Engkau sangat pengertian padaku. Engkau selalu menjawab masalah demi masalah yang kuhadapi. Terima kasih, Ibu! Tanpamu, aku tidak akan pernah melihat indahnya dunia. Tanpa kebaikan hatimu, mungkin aku sudah berakhir di tempat sampah. Jasa-jasamu tidak akan pernah dapat kubayar walau dengan mengorbankan jiwa dan ragaku.
Namun, maafkan aku, Ibu! Kadang, aku meragukan cintamu padaku. Aku merasa bila engkau lebih menyayangi adik. Membagi cinta yang berat sebelah.
Kuingin, kali ini … ada yang mengerti tentang diriku. Namun, kali ini pula engkau tidak berada di sisiku. Ibu, engkau tidak mengerti betapa tersiksanya saat mengetahui kenyataan bahwa engkau telah pergi dan memilih untuk bersama dengan adikku. Kini, tinggallah hatiku yang kosong, hampa, penuh sayatan luka, penuh duri, penuh kepedihan.
Dear diriku,
Aku ragu, apakah aku masih memiliki rumah untuk kembali …
Bukankah di
Bersama ayah dan ibu menjadi sebuah keluarga yang bahagia …
Tanpa diriku!
Tanpa diriku pun, mereka takkan merasa kehilangan …
Mereka telah memiliki adikku yang sempurna …
Dan, aku hanyalah sampah yang selalu siap untuk dibuang …
Kapanpun mereka mau …
Seperti ampas?
Apakah aku tidak memiliki arti bagi mereka?
Untuk apa sebenarnya aku hidup di dunia ini?
Kukira, aku sudah mendapatkan tempat di rumah itu
Ternyata, aku salah
Mungkin, bagi mereka aku hanyalah seorang pembantu
Aku hancur … hingga tak bersisa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar