Menggoreskan tinta-tinta rembulan
Jadi bunga berparas purnama,
Berselendang lengkung bianglala
yang menyenandungkan
lirik-lirik kehidupan
Tulisan-tulisan angin yang berkesiur
Berbaur bersama kabar-kabar berduri
Merasuk, dalam. Dalam …
Mengubur jurang waktumu …
Resah pun mengalir
Menatapku, diam. Diam …
Aku mengukir bulan
Beribu buih yang menyapu basah
ketipung-ketipung berkarat
Rinduku telah berlumut
Suara seruling hujan
Cangkir-cangkir rinduku
Kuucapkan kata-kata ini
Matahari telah menyerahkan taktanya
pada bulan
Zaman terbata-bata
karena memang hati selalu malam
Walau bukan dan bintang
kadang menerangi
Semua yang diberkati air
yang telah menyimpan berkah musim
mengeras oleh embun
melubangi debu
di permukaan telaga yang mati
yang tak lagi menampung cahaya
harapan yang mengambang di permukaan air
kersik bulan di dasarnya
hujan merangkum segala
yang pernah dialami dalam dingin
sayapnya
Jumat, 19 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar