Sebut saja namanya Angel ...
Betapa kasihan dia
Bila dia tersenyum, sebenarnya senyuman itu adalah senyum keputusasaan belaka
Betapa kasihan dia
Bila dia menangis, itu bukalah tangisan gombal, tetapi tangisan yang memang benar-benar berasal dari dalam hatinya
Betapa kasihan dia
Hidupnya seakan dipenuhi oleh kepalsuan
Betapa kasihan dia
Dia kesepian, lebih kesepian daripada siapapun
Betapa kasihan dia
Dia hidup dengan menanggung beban, bagaimana dia selalu merasa ketakutan menjelang pengumuman nilai raport
Betapa kasihan dia
Bagaimana dia ketakutan tidak bisa membuat orang tuanya bangga
Betapa kasihan dia
Dia tidak pernah mengenal dunia
Betapa kasihan dia
Dia mengesampingkan hidupnya sendiri
Betapa kasihan dia
Dia selalu terkurung dalam dua buah sangkar besar yang bernama rumah dan sekolah
Betapa kasihan dia
Dia terlalu banyak bercerita tentang teori-teori bodoh soal cinta, tetapi sebenarnya … dia tidak pernah mengetahui apa-apa
Betapa kasihan dia
Orang tuanya terlalu overprotektif dan selalu menjaganya agar dia tidak terluka
Betapa kasihan dia
Dia tidak berhak menentukan alur cerita kehidupannya sendiri, karena orang tuanya adalah sang sutradara dan dia adalah tokoh utamanya, hanya sebuah boneka tali yang malang
Betapa kasihan dia
Dia menjadi anak yang rapuh, memiliki pengetahuan yang sempit, manja, tidak tegar, lembek … intinya adalah dia tidak bisa apa-apa, tidak becus mengatasi apapun
Betapa kasihan dia
Bila dia tersenyum, sebenarnya senyuman itu adalah senyum keputusasaan belaka
Betapa kasihan dia
Bila dia menangis, itu bukalah tangisan gombal, tetapi tangisan yang memang benar-benar berasal dari dalam hatinya
Betapa kasihan dia
Hidupnya seakan dipenuhi oleh kepalsuan
Betapa kasihan dia
Dia kesepian, lebih kesepian daripada siapapun
Betapa kasihan dia
Dia hidup dengan menanggung beban, bagaimana dia selalu merasa ketakutan menjelang pengumuman nilai raport
Betapa kasihan dia
Bagaimana dia ketakutan tidak bisa membuat orang tuanya bangga
Betapa kasihan dia
Dia tidak pernah mengenal dunia
Betapa kasihan dia
Dia mengesampingkan hidupnya sendiri
Betapa kasihan dia
Dia selalu terkurung dalam dua buah sangkar besar yang bernama rumah dan sekolah
Betapa kasihan dia
Dia terlalu banyak bercerita tentang teori-teori bodoh soal cinta, tetapi sebenarnya … dia tidak pernah mengetahui apa-apa
Betapa kasihan dia
Orang tuanya terlalu overprotektif dan selalu menjaganya agar dia tidak terluka
Betapa kasihan dia
Dia tidak berhak menentukan alur cerita kehidupannya sendiri, karena orang tuanya adalah sang sutradara dan dia adalah tokoh utamanya, hanya sebuah boneka tali yang malang
Betapa kasihan dia
Dia menjadi anak yang rapuh, memiliki pengetahuan yang sempit, manja, tidak tegar, lembek … intinya adalah dia tidak bisa apa-apa, tidak becus mengatasi apapun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar