Official web : http://theraid-movie.blogspot.com/
Sinopsis
Kisahnya berawal pada dini hari …
Seseorang bernama Rama yang akan berangkat menjalankan tugasnya sebagai salah satu anggota tim SWAT (Special Weapons and Tactics). Pada hari itu, dia, bersama dengan anggota SWAT yang lain akan menggrebek sebuah apartemen yang sebagian besar berisi penjahat kelas teri maupun kelas kakap. Pemilik apartemen tersebut adalah Tama, seorang bos penjahat yang telah malang melintang di dunia kejahatan selama puluhan tahun dan disegani oleh para penjahat yang lain. Setiap penjahat yang tinggal di apartemennya harus membayar uang sewa, sehingga mendapatkan perlindungan dari Tama. Sementara itu, Tama memiliki dua kaki tangan yang sangat diandalkannya, yaitu Mad Dog dan Andi. Ada salah satu adegan dimana Tama menyekap 5 atau 6 sandera, dimana mulut mereka dilakban dan tangan mereka diikat. Kemudian, Tama menembak kepala mereka satu per satu. Dan, salah satu korban terakhir dipukul dengan palu hingga tewas (jujur saja, saya miris melihat bagian adegan ini, jadi mengingatkan saya dengan cerita tentang seorang Hitler yang menyuruh tawanan mereka menggali lubang kuburnya sendiri dan kemudian menembaki tawanan itu satu persatu. Saya miris juga jika membayangkan saya berada di posisi mereka yang akan tertembak, entah bagaimana rasanya jika kita sudah mengetahui bahwa hidup kita tinggal 5 menit, seperti terpidana hukuman mati juga …).
Pada saat akan berangkat menjalankan misi beratnya, Rama terlebih dahulu berpamitan kepada istri dan mencium perut istrinya yang sedang hamil. Sebelumnya, dia sudah melakukan latihan pemanasan dengan berlatih tinju dengan sansak. “Aku pasti kembali,” kata Rama kepada istrinya. Aku mencintaimu,” katanya lagi. Lalu, istrinya membalas dengan mengatakan “Aku juga mencintaimu.” (menurut saya, dialog “aku mencintaimu” boleh saja diucapkan, tetapi ekspresi mukanya si Iko ini lho datar-datar saja, bukan seperti orang yang sedang jatuh cinta).
Kemudian, pagi hari … 20 orang anggota tim SWAT berangkat ke apartemen yang berbahaya itu dan mulai mengintai penghuni-penghuni yang ada di dalamnya. Mereka dipimpin oleh seorang Sersan yang bernama Jaka. (Jaka ini memang tipe pemimpin, dia bersikeras untuk menangkap Tama dan membersihkan apartemen itu dari penjahat). Setelah tiba di depan apartemen itu, mereka segera bertemu dengan Letnan Wahyu yang memang merencanakan misi ini. Mereka kemudian perlahan-lahan masuk ke dalam apartemen dan mulai menyerang dari lantai terbawah. 20 orang dibagi ke dalam 2 tim, masing-masing tim terdiri dari 10 orang yang akan masuk lewat pintu utama dan pintu samping (pintu samping dibuka memakai peralatan maling, hehe … tim SWAT nya sebenarnya ahli juga kalau mau mencuri). Pertama-tama, seorang penjaganya yang sedang menonton televisi dibekuk dengan cara menjerat lehernya menggunakan tali (wuh, kejam juga … kalau filmnya Jet Li sih sering lihat, tapi kalau di film Indonesia ada jerat menjerat tali ea baru kali ini saya nonton). Kemudian, di depan pintu utama, mereka bertemu dengan seorang Bapak yang baru saja pulang setelah membeli obat untuk istrinya. Bapak ini orangnya baik, dan dia tinggal di lantai 7 apartemen. Rama pun disuruh untuk mengawasi Bapak itu secara ketat. (pertanyaannya, mengapa seorang bapak yang baik mau-maunya tinggal di sarang penjahat?).
Satu demi satu lantai akhirnya dapat dikuasai. Para penjahat berhasil dibekuk secara diam-diam. Tangan mereka diikat dengan menggunakan tali plastik yang biasanya digunakan untuk mengikat tas kita di supermarket. (di sini, saya mikirnya … wah, pengiritan banget ya, kok pake plastik, bukan borgol yang lebih elit? Apa gara-gara harga borgol tambah mahal karena BBM mau naik?). Di dalam scene ini, adegannya cukup menengangkan dan membuat saya menutup mata. Setiap anggota memang dibekali dengan senjata laras panjang yang berperedam, sehingga tidak menimbulkan bunyi gaduh. Hingga lantai 6, permasalahan terjadi. Ada anak kecil yang selesai dari toilet melihat serombongan tim SWAT tersebut. Jaka sudah bilang, agar si anak diam di tempat, tetapi si anak kecil itu malah lari ke dalam sebuah pintu. Pada akhirnya, salah seorang anggota menembak anak kecil itu. Peluru menembus pintu dan langsung tepat mengenai leher si anak. Kemudian, ada salah seorang anak yang melihat bahwa polisi sudah masuk ke apartemen dan segera membunyikan alarm tanda bahaya ke seluruh gedung. Tama pun segera mengetahui bahwa ada yang tidak beres di dalam apartemen miliknya. Dia pun segera membuat pengumuman jika orang-orang yang bisa membunuh dan menghabisi tim SWAT akan dibebaskan dari biaya uang sewa apartemen. Tentu saja, orang-orang berbondong-bondong menyerbu mereka. Apalagi, kemudian Tama memadamkan seluruh ruangan di lantai 6. Tentu saja, penjahat dan anggota tim SWAT tidak dapat saling melihat. Nah, kekacauan mulai terjadi ketika ada seorang penjahat yang akan membuka pintu dimana anggota SWAT berada, nah terpaksa kan penjahat itu ditembak. Ketika peluru ditembakkan, muncullah seberkas cahaya, sehingga para penjahat lainnya mengetahui posisi tim SWAT berada. Gaswat!! Tembak menembak pun terjadi, korban banyak berjatuhan di kedua belah pihak. Apalagi, sebelumnya … Mat Dog dan Andi beserta anak buah Tama yang lain sudah menghabisi anggota SWAT yang berada di dalam mobil SWAT dan anggota lain yang berada di lantai bawah. Setiap ada anggota SWAT yang berada di dekat jendela pasti tertembak. Tragisnya, ternyata serangan ini dilakukan diam-diam, dan tidak ada seorang pun yang tahu misi rahasia ini.
Oleh karena anggota SWAT terkepung, mereka bersembunyi di dalam sebuah kamar, padahal penjahat menunggu di luar pintu. Pintu diganjal dengan menggunakan kursi dan lemari. Sayangnya, itu tidaklah cukup, karena para penjahat menggunakan senapan untuk membombardir pintu. Mau tak mau, korban tim SWAT pun berjatuhan. Kemudian, Rama pun mempunyai ide, tabung gas dimasukkan ke dalam lemari es, dan didorong keluar menuju tempat para penjahat. Ledakan dasyat pun sulit dihindarkan. Rama saja sampai pingsan. Salah satu teman Rama, telinganya terluka dan tertembak di bagian perut. Pertolongan pun harus didapatkan segera. Padahal, mereka cuma tinggal berlima saja, Letnan Wahyu, Sersan Jaka, Rama, dan dua anggota tim SWAT yang lain. Rama pun diperintahkan untuk membawa salah satu temannya tadi ke tempat yang aman. Satu-satunya lantai yang aman adalah kamar Bapak nya yang tadi di lantai 7. Maka, naiklah mereka ke lantai 7 dengan menanggung segala resiko yang ada. Di lantai 7 tersebut, mereka bertemu dengan banyak penjahat. Untunglah, Rama memiliki kemampuan bela diri yang tangguh (walaupun memang manusiawi jika Rama juga terkena pukulan, tapi over all … seni bela dirinya baguslah).
Akhirnya, mereka sampai di depan pintu kamar Bapaknya yang baik tadi. Rama pun meminta untuk dibukakan pintu. Sementara itu, para anak buah Tama sudah semakin mendekat. Akhirnya, Bapak itu mau membukakan pintu untuk mereka, walaupun istrinya melarang, dan menyuruh mereka bersembunyi di belakang papan tripeks yang tertempel foto (ea … kenapa Bapak itu nggak mau pindah? Karena, mereka tidak mempunyai tempat tinggal lain, sewanya juga murah, dan mungkin dikarenakan kemiskinan yang mendera mereka. Keberadaan Bapak itu juga seolah-olah menyiratkan bahwa masih ada orang baik di sarang penyamun dan itu membuat Rama tertolong). Anak buah Tama kemudian menusukkan goloknya ke tripleks-tripleks tersebut, (saya sampai menahan nafas melihatnya) dan mengenai pipi Rama. Kasihan, pas goloknya ditarik, pipinya terluka cukup parah. Untunglah, setelah itu anak buah Tama pergi, sehingga Rama bisa mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh temannya. Rama pun menitipkan temannya ke Bapak itu, sedangkan dia mencoba untuk melanjutkan misinya. Namun, kepalanya tiba-tiba terasa berat setelah melawan anak buah Tama. Dia menjadi pusing, tidak tahu dunia di sekelilingnya, hampir pingsan, padahal dia sudah berjanji untuk pulang, hingga tiba-tiba ada seseorang yang menariknya. Adalah kakaknya Rama, Andi, sang tangan kanan Tama yang menarik Rama ke dalam suatu ruangan. Tak ada pelukan karena pertemuan kembali antara adik dan kakak, datar-datar saja. Rama mengajak Andi pulang, tetapi Andi tidak mau, karena ini lah dunianya yang hitam. Rama juga memberitahu kepada Andi bahwa kurang dari 2 bulan lagi dia akan menjadi seorang paman. Andi pun menyuruh Rama agar segera keluar dari apartemen, tetapi Rama tidak mau, karena dia harus melanjutkan misi karena banyak teman-temannya yang sudah meninggal.
Sementara itu, Mad Dog pun bertemu dengan Sersan Jaka dan mereka bertemu dalam situasi Mat Dog memegang pistol dan Sersan Jaka menggunakan pisau. Namun, Mat Dog justru membuang pistolnya dan dia ingin menggunakan seni bela dirinya, satu lawan satu lebih seru, kata Mat Dog. Pada kenyataannya, Sersan Jaka bukanlah tandingan Mat Dog. Sersan Jaka berhasil dilumpuhkan dan mayatnya dibawa ke hadapan Tama. Begitu pula dengan Andi yang juga menghadap Tama. Andi kemudian disalahkan karena tidak membawa hasil apa-apa. Tiba-tiba, tangan Andi ditusuk pisau oleh Mat Dog hingga Andi kesakitan. Tama pun menunjukkan rekaman video pada saat Andi menarik Rama masuk ke ruangan. Tama mengetahui bahwa Andi menyelamatkan Rama bukan karena terbawa hati nurani semata. Akan tetapi, tidak dijelaskan di sini bahwa Tama mengetahui hubungan persaudaraan mereka berdua.
Rama yang sudah selamat kemudian menemukan Letnan Wahyu dan salah seorang temannya. Dia pun mulai bergerak menuju lantai 15, lantai dimana Tama berada. Sebelum mencapai lantai 15, mereka harus menghadapi segerombolan penjahat yang berbisnis narkotika, dan lain sebagainya. Hingga … mereka pun berhasil mencapai lantai 15. Sementara, Letnan Wahyu dan seorang temannya naik ke atas, Rama mendengar suara orang dipukuli. Ternyata, kakaknya sedang dipukuli Mat Dog, dia diikat dengan rantai (saya merasa miris, kasihan banget sama Andi). Rama pun tidak tinggal diam. Dia pun melepaskan ikatan kakaknya dan menantang Mat Dog. Setelah melalui perjuangan yang berat, akhirnya Mat Dog berhasil dikalahkan. Sementara itu, Letnan Wahyu menyuruh anggota tim SWAT yang tersisa untuk mengikat Tama. Akan tetapi, Letnan Wahyu justru menembak anggota tersebut. Dia pun kemudian membawa Tama sendiri menuju lantai bawah. Di sini, ada suatu intrik politik yang rumit dan tidak tersiratkan dengan gamblang alias saya masih bingung. Di lantai 15, Letnan Wahyu bertemu dengan Rama dan Andi, dan menembaki mereka berdua. Kemudian, dikarenakan Tama kemudian mengatakan bahwa setelah ini karir Letnan Wahyu tamat, dan sebagainya, maka Letnan Wahyu menembak Tama, lalu menembak dirinya sendiri tetapi gagal, karena pistolnya sudah tidak memiliki peluru.
At the end, Andi mengantarkan adiknya, Letnan Wahyu, dan salah seorang teman yang dititipkan ke Bapak baik hati tadi ke pintu gerbang. Mereka pun berpisah di situ. Andi mengatakan jika dunia hitam lebih pas untuknya seperti adiknya yang pas memakai seragam anggota tim SWAT.
Film arahan sutradara Gareth Evans itu menampilkan parade aksi baku hantam. Pertarungan demi pertarungan yang tak kenal lelah dari Sersan Jaka, Rama, dan kawan-kawan melawan para pembunuh suruhan Tama sarat dengan teknik beladiri yang mumpuni. Ketegangan ketika Rama bersama seorang temannya yang terluka dikejar kawanan pembunuh sadis juga terus memburu. Lelah diburu oleh para pembunuh, Rama pun memutuskan menyerang balik Tama dan para pembunuh. Usaha kerasnya terbantu oleh Andi, pembantu Tama yang notabene kakaknya yang berkhianat demi sang adik. Pertarungan seru dan sangat menegangkan, ketika Rama dan Andi berjibaku bertarung melawan Mad Dog.
Aktor
Aktor yang bermain di The Raid ada beberapa orang yaitu:
Iko Uwais - Rama
Joe Taslim - Jaka
Donny Alamsyah - Andi
Pierre Gruno - Wahyu
Ray Sahetapy - Tama
Yayan Ruhian - Mad Dog
Tegar Satrya - Bowo
Iang Darmawan - Gofar
Eka Rahmadia - Dagu
Verdi Solaiman - Budi
Fikha Effendi - Isa
R. Iman Aji - Ari
Henky Solaiman - Bapak Ananda George
Penghargaan
The Raid sejak awal 2011 telah menyabet tiga penghargaan bergengsi dunia, antara lain Cadillacs People’s Choice Award, Toronto International Film Festival 2011, dan The Best Film sekaligus Audience Award – Jameson Dublin International Film Festival.
Kelebihan
- Film The Raid ini mantap lah dijadikan sebagai film bela diri, dan saya ikut bangga karena film ini bisa masuk ke dalam jajaran Box Office Holliwood. Teknik penggarapannya oke, latar musiknya juga mengena, bagus deh. Alur ceritanya sudah mantap, penyelesaian tiap babak dan ending akhir film juga bagus, penempatan klimaks adegan dan antiklimaks yang juga pas temponya, koreo bela dirinya cakep.
- Jika ada adegan tertusuk, darahnya benar-benar terlihat seperti darah, pisaunya benar-benar nancep di tubuh, pokoknya sudah seperti film sungguhan deh.
- Saya salut, karena pada ending film ditampilkan seluruh nama pemain, baik itu pemain utama maupun pemain yang hanya numpang wajah selama 1 detik. Hal ini dikarenakan biasanya film Indonesia kurang menghargai pemain dan durasi waktu ending film hanya sebentar saja. Dalam ending yang panjang itu, pemain-pemain pasti akan merasa lebih dihargai.
Kekurangan
- Pemilihan pemeran utama yang agak kurang mantap, karena ekspresi dan pengucapan dialog yang terkesan datar-datar saja.
- Ada unsur SARA juga di sini. Mengapa harus orang Ambon yang menjadi penjahat? Seolah-seolah orang Ambon itu selalu menjadi biang kericuhan di mana-mana.
- Terlalu banyak kata-kata yang sebenarnya kurang sopan dan tidak perlu diucapkan di dalam film The Raid ini, misalnya kata guk guk yang diucapkan beberapa kali.
- Dari segi cerita, tidak dijelaskan secara detail bagaimana kakaknya berada di dunia hitam seperti itu, pertemuan kakak adik yang kurang menyentuh, istri yang hanya dijadikan sebagai cameo belaka, ga diceritakan secara detail pula siapa dalang dibalik penyerbuan, darah muncrat kemana-mana, kalau nggak tahan bisa mutah …