Kemarin saya melihat berita, di Tangerang ada seorang wanita yang sekarat. Kemudian, dia ditampung di pos ronda oleh warga setempat, dengan perawatan medis sederhana dari seorang sukarelawan. Kata seorang warga, wanita tersebut sudah dibawa ke Puskesmas setempat, tetapi ditolak karena dia tidak mengantongi identitas sama sekali. Kabarnya, wanita tersebut merupakan korban dari pemerkosaan dan perampokan.
Ya, sungguh mengerikan suatu tempat yang sering disebut-sebut sebagai kota. Kota yang mampu memberikan rasa aman, nyaman atau justru ketakutan karena para penjahat yang setiap saat selalu mengintai. Kota memang penuh dengan kompleksitas hidup.
Apakah nyawa manusia di kawasan perkotaan tidak lebih dari seekor ayam atau setumpuk sampah? Tentunya, hal itu ditujukan untuk kaum yang disebut sebagai marginal, kaum yang terpinggirkan.
Saya merasa prihatin dengan berita tersebut. Bagaimana tidak? Apakah sepotong kartu identitas lebih berharga dari sebuah kehidupan? Bagaimana bisa Puskesmas menolak seorang pasien yang telah meregang nyawa menahan derita? Saya menjadi tidak habis pikir. Katanya, ada bantuan dana dari pemerintah untuk Puskesmas dan perbaikan kesehatan masyarakat secara umum. Namun, mana buktinya?
Tadi pagi, saya kembali mendengar berita tentang wanita itu. Dan, semuanya sudah terlambat. Wanita malang itu meninggal dunia pada pagi ini. Lalu, siapa yang patut disalahkan? Puskesmas, Kepolisian, dan Rumah Sakit pun baru tergerak hatinya ketika media mengendus kasus tersebut. Hati yang tergerak ataukah hanya sekedar ketakutan karena nama baik mereka akan tercoreng? Dalam berita tersebut, dikatakan bahwa ketika dibawa ke RSU Tangerang kondisinya sudah koma. Betapa menyesakkan!
Saya membayangkan jika saya berada dalam posisi wanita itu. “Saya” yang sebatang kara ini mengalami kejahatan fisik, seksual dan psikologis. Habis sudah! Lalu, untuk apa “saya” hidup di dunia ini? Pasti semangat “saya” sudah hilang terenggut tangan-tangan kejam. Untuk apa lagi hidup berkalang noda, menanggung malu seumur hidup? Untuk berobat ke Puskesmas saja ditolak, apalagi berobat ke rumah sakit?
February 24, 2009
Ya, sungguh mengerikan suatu tempat yang sering disebut-sebut sebagai kota. Kota yang mampu memberikan rasa aman, nyaman atau justru ketakutan karena para penjahat yang setiap saat selalu mengintai. Kota memang penuh dengan kompleksitas hidup.
Apakah nyawa manusia di kawasan perkotaan tidak lebih dari seekor ayam atau setumpuk sampah? Tentunya, hal itu ditujukan untuk kaum yang disebut sebagai marginal, kaum yang terpinggirkan.
Saya merasa prihatin dengan berita tersebut. Bagaimana tidak? Apakah sepotong kartu identitas lebih berharga dari sebuah kehidupan? Bagaimana bisa Puskesmas menolak seorang pasien yang telah meregang nyawa menahan derita? Saya menjadi tidak habis pikir. Katanya, ada bantuan dana dari pemerintah untuk Puskesmas dan perbaikan kesehatan masyarakat secara umum. Namun, mana buktinya?
Tadi pagi, saya kembali mendengar berita tentang wanita itu. Dan, semuanya sudah terlambat. Wanita malang itu meninggal dunia pada pagi ini. Lalu, siapa yang patut disalahkan? Puskesmas, Kepolisian, dan Rumah Sakit pun baru tergerak hatinya ketika media mengendus kasus tersebut. Hati yang tergerak ataukah hanya sekedar ketakutan karena nama baik mereka akan tercoreng? Dalam berita tersebut, dikatakan bahwa ketika dibawa ke RSU Tangerang kondisinya sudah koma. Betapa menyesakkan!
Saya membayangkan jika saya berada dalam posisi wanita itu. “Saya” yang sebatang kara ini mengalami kejahatan fisik, seksual dan psikologis. Habis sudah! Lalu, untuk apa “saya” hidup di dunia ini? Pasti semangat “saya” sudah hilang terenggut tangan-tangan kejam. Untuk apa lagi hidup berkalang noda, menanggung malu seumur hidup? Untuk berobat ke Puskesmas saja ditolak, apalagi berobat ke rumah sakit?
February 24, 2009
HENDAKLAH KASIH ITU JANGAN PURA-PURA, LAYANILAH SEORANG AKAN YANG LAIN
BalasHapusKITA HANYA BISA HIDUP DI DALAM KASIH ALLAH.
MARILAH KITA SAMPAIKAN KASIH ALLAH ITU KEPADA SESAMA,
SEMOGA KITA MENJADI SEHAT CUKUP AMAN BAHAGIA DAN SELAMAT AMIN.
PROFIL KRISTIANTO, S. PD. CALEG NO 1
DAERAH PEMILIHAN JATENG III
( KAB. GROBOGAN, KAB. PATI, KAB. REMBANG, KAB. BLORA )
PARTAI KASIH DEMOKRASI INDONESIA ( NO. 32 )
Nama Lengkap : Kristianto, S. Pd.
Tempat , tanggal Lahir : Semarang, 14 Maret 1973
Agama : Kristen
Tinggal di : Semarang
Status : Menikah
Pekerjaan : Tenaga Kependidikan
Jabatan : Kepala Tata Usaha
Unit Kerja : SMA Krista Mitra Semarang
E-Mail : kristianto_spd@telkom.net
Blog : kristiantoblog.blogspot.com
Pendidikan Formal :
1. SD N Sukorejo 2 Semarang , berijazah th. 1985
2. SMP N 13 Semarang berijazah th 1988
3. SMA Masehi 1 Semarang, berijazah 1991
4. IKIP Negeri Semarang, berijazah th 1997
Visi Misi
Visi :
Dengan KASIH membangun masyarakat adil makmur berdasarkan PANCASILA
Misi :
A. Ideologi
Mempertahankan PANCASILA dan BHINNEKA TUNGGAL IKA sebagai ideologi pemersatu bangsa
B. Bidang Sosial
1. Menempatkan seluruh kaum atau kelompok dalam posisi yang sama dalam usaha membangun bangsa, dengan demikian tidak lagi pembedaan kelompok mayoritas maupun minoritas karena setiap manusia berharga dimata Tuhan
2. Mendorongkelompok-kelompok yang saat ini disebut “Minoritas” untuk memiliki keberanian dalam mengajukan berbagai pandangan dan pendapat tetapi bukan untuk menonjolkan kelompoknya melainkan untuk memajukan bangsa dan kemakmuran masyarakat
C. Bidang Pendidikan
1. Mendorong terwujudnya system pendidikan yang tidak hanya bertumpu pada peningkatan mutu akademik semata tetapi juga pembangunan mental spiritual
2. Mendorong terwujudnya pemerataan pendidikan yang berkualitas bagi masyarakat kurang mampu melalui gerakan orang tua asuh secara mandiri
3. Mendorong Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, salah satunya program kredit rumah bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
D. Bidang Ekonomi
1. Mendorong dibukanya industri-industri yang berbasis pada potensi daerah setempat, khususnya industri yang berbasis pertanian
2. Menempatkan area perkotaan tetap sebagai basis area industri pengolah sedangkan desa tetap sebagai basis area bahan baku dengan membuka jalur-jalur transportasi yang memadai dari desa ke kota demi terciptanya hubungan desa-kota sebagai hubungan penghasil bahan baku dan pengolah.
3. Mendorong perusahaan besar untuk memiliki desa-desa binaan dengan memberikan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa tertinggal
Komitmen :
Takut kepada Tuhan dengan menempatkan Konstituen sebagai wakil Tuhan sehingga TIDAK KORUPSI
CONTRENG POJOK KANAN BAWAH
PARTAI KASIH DEMOKRASI INDONESIA ( 32 )
1. KRISTIANTO, S. PD.