Aku … apakah aku ini masih memiliki nilai di mata keluarga? Apakah aku masih pantas berada di keluarga ini?
Perbandingan, selalu begitu! Perbandingan antara aku dan dia. Dan, aku selalu menjadi pecundang! Semua sayang kepadanya. Semua memperhatikannya, orang tua, temannya, saudara. Dan, aku hanyalah berperan sebagai figuran, yang selalu berada di belakang sosoknya, memandang dengan tatapan iri. Aku tidak mungkin menjadi dia. Seandainya aku juga mempunyai sifat seperti dirinya.
Setiap kali ngomong, aku dicuekin begitu saja. Aku sangat-sangat menyayanginya, tetapi seringkali aku ragu … bagaimana perasaannya padaku sebagai kakaknya. Atu tidak mengerti.
Dimana tempatku di keluarga ini?
Mungkin, begitu pula dengan kisah cintaku …
“Putri C, maafkan aku. Aku terlalu mencintai adikmu, Putri R.”
“Jadi, selama ini kau …”
Pangeran mengangguk. Putri C menjadi kehilangan harapan. Dia berjalan meninggalkan istana dengan hati terluka.
“Tidak! Aku tidak bisa melihat mereka bahagia.”
Putri C tidak mempedulikan gaunnya yang robek tersangkut semak belukar.
“Aku memang tidak bisa menjadi cantik, aku putri yang jelek, tidak ada yang mau denganku!”
Kini Putri C berlari tak tentu arah, berada di bibir tebing yang curam. Di bawahnya, ombak tampak memecah karang.
“Selesai sudah! Semuanya. Adikku telah merebut semuanya, termasuk seseorang yang berharga bagi diriku. Aku tak mampu menjalani hidup tanpa dia.”
Dan, Putri C memejamkan mata. Semakin ke tepi dan akhirnya menjatuhkan diri bersama dengan kenangan pahitnya. Sang putri tenggelam, diam, beku, dan mati. Anggap saja tak pernah ada kisah tentang hidupnya …
Perbandingan …
Engkau adalah bidadari yang singgah ke bumi. Menebarkan aura dan pesona yang membuat semua orang tunduk kepadamu. Mengagumimu dari segala sisi.
Aku hanya setangkai rumput yang mengharapkan, walau hanya setetes embun untuk menyapanya.
Rumput tanpa bunga, tak punya sesuatu yang patut untuk dibanggakan. Hanya rumput, rumput yang menunggu kematiannya dalam setiap detik. Mungkin, akan dicerabut dari kehidupannya, tak sekejap pun meraih bahagia.
Perbandingan …
Mana bisa aku mengalahkan dirinya? Aku yang memandangnya berdiri di puncak gunung, sedangkan aku hanya berada di lembah tanpa dasar. Aku mendongakkan kepala penuh kekaguman. Aku dan dia bagaikan si cantik dan si buruk rupa.
Perbandingan, selalu begitu! Perbandingan antara aku dan dia. Dan, aku selalu menjadi pecundang! Semua sayang kepadanya. Semua memperhatikannya, orang tua, temannya, saudara. Dan, aku hanyalah berperan sebagai figuran, yang selalu berada di belakang sosoknya, memandang dengan tatapan iri. Aku tidak mungkin menjadi dia. Seandainya aku juga mempunyai sifat seperti dirinya.
Setiap kali ngomong, aku dicuekin begitu saja. Aku sangat-sangat menyayanginya, tetapi seringkali aku ragu … bagaimana perasaannya padaku sebagai kakaknya. Atu tidak mengerti.
Dimana tempatku di keluarga ini?
Mungkin, begitu pula dengan kisah cintaku …
“Putri C, maafkan aku. Aku terlalu mencintai adikmu, Putri R.”
“Jadi, selama ini kau …”
Pangeran mengangguk. Putri C menjadi kehilangan harapan. Dia berjalan meninggalkan istana dengan hati terluka.
“Tidak! Aku tidak bisa melihat mereka bahagia.”
Putri C tidak mempedulikan gaunnya yang robek tersangkut semak belukar.
“Aku memang tidak bisa menjadi cantik, aku putri yang jelek, tidak ada yang mau denganku!”
Kini Putri C berlari tak tentu arah, berada di bibir tebing yang curam. Di bawahnya, ombak tampak memecah karang.
“Selesai sudah! Semuanya. Adikku telah merebut semuanya, termasuk seseorang yang berharga bagi diriku. Aku tak mampu menjalani hidup tanpa dia.”
Dan, Putri C memejamkan mata. Semakin ke tepi dan akhirnya menjatuhkan diri bersama dengan kenangan pahitnya. Sang putri tenggelam, diam, beku, dan mati. Anggap saja tak pernah ada kisah tentang hidupnya …
Perbandingan …
Engkau adalah bidadari yang singgah ke bumi. Menebarkan aura dan pesona yang membuat semua orang tunduk kepadamu. Mengagumimu dari segala sisi.
Aku hanya setangkai rumput yang mengharapkan, walau hanya setetes embun untuk menyapanya.
Rumput tanpa bunga, tak punya sesuatu yang patut untuk dibanggakan. Hanya rumput, rumput yang menunggu kematiannya dalam setiap detik. Mungkin, akan dicerabut dari kehidupannya, tak sekejap pun meraih bahagia.
Perbandingan …
Mana bisa aku mengalahkan dirinya? Aku yang memandangnya berdiri di puncak gunung, sedangkan aku hanya berada di lembah tanpa dasar. Aku mendongakkan kepala penuh kekaguman. Aku dan dia bagaikan si cantik dan si buruk rupa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar