Apakah masyarakat Pati haus akan hiburan? Hanya ada dua buah pilihan, ya atau tidak. Apabila diadakan survei terhadap masyarakat di Kabupaten Pati, berapakah prosentase warga yang menjawab “ya”, dan berapa pula prosentase yang menjawab “tidak”? Menurut pendapat pribadi, saya lebih cenderung memilih “ya”. Tahukah Anda apabila jumlah penduduk di Kabupaten Pati hampir sama dengan Kota Semarang? Berapa angka pastinya? Tanya BPS saja! Akan tetapi, pada tahun 2007, jumlah penduduk Kabupaten Pati sekitar 1,1 juta. Suatu angka yang bombastis!
Apabila Semarang mengadakan Karnaval SCTV dan konser-konser musik, Kabupaten Pati hanya bisa melongo penuh takjub. Apabila Semarang membangun pusat-pusat perbelanjaan baru yang mewah, Kabupaten Pati hanya bisa gigit jari. Sejak awal memang telah terdapat perbedaan yang timpang di antara kedua kota tersebut. Bagaimana tidak? Kota Semarang merupakan ibukota dari Jawa Tengah, sedangkan Kabupaten Pati hanyalah sebuah wilayah yang mengandalkan PDRB nya dari sektor pertanian (padi, jagung, singkong) …
Kabupaten Pati tidak memiliki bioskop. Dulu, memang pernah ada, tetapi sekarang tidak laku. Lha, bagaimana bisa laku? Film yang diputar kebanyakan memiliki adegan yang seharusnya disensor oleh Lembaga Sensor Film Indonesia. Jadi, apabila masyarakat ingin merasakan kemegahan gedung bioskop, maka dia harus pergi ke kabupaten/kota lain, yang berarti akan ada penambahan biaya yang harus dikeluarkan. Atau, kalau mau bersabar, tidak lama lagi kaset VCD/DVD film tersebut akan beredar di toko VCD/DVD atau rental.
Pada umumnya, masyarakat Pati mengandalkan tiga tempat utama sebagai penghilang dahaga akan hiburan. Saya tidak tahu, apakah masih banyak tempat lain yang digunakan sebagai tempat mangkal anak muda. Ketiga tempat tersebut adalah Stadion Joyokusumo, Taman Hutan Kota, dan Simpang Lima Pati.
Apakah kita pernah melihat Stadion Joyokusumo sepi akan pengunjung? Tidak pernah bukan? Apalagi jika hari Minggu tiba, banyak sekali warga yang datang ke sana, mulai dari sekedar cuci mata, jajan, hingga benar-benar bertujuan untuk berolahraga. Begitu juga yang terjadi di Simpang Lima. Setiap malam datang, para PKL dengan sigap menggelar dan menjajakan barang dagangannya. Dinginnya udara tidak menghalangi niat mereka untuk mengais rejeki. Taman Hutan Kota pun banyak dikunjungi oleh warga, terutama para kawula muda, baik di siang maupun malam hari. Namun, salah satu hal yang masih perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah adalah penerangan Taman Hutan Kota yang dirasa sangat kurang, sehingga cenderung menciptakan kesan suram. Tentu saja, sebisa mungkin kita tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di taman kebanggaan masyarakat Pati ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar