Nah, mari kita beralih ke dalam Stadion Joyokusumo. Ada apa saja di sana?
Lapangan sepak bola
Lapangan sepak bola di Joyokusumo telah mengikuti standar yang ditetapkan oleh dunia. Para pemain Persipa (Persatuan Sepak Bola Pati) biasanya selalu berlatih di sini. Walaupun masih berada di Divisi III, walaupun dewi keberuntungan belum berpihak pada Persipa, hal ini tidak membuat para pemain menjadi patah semangat. Mereka terus berusaha untuk menang. Selain itu, lapangan sepak bola ini juga digunakan oleh anak-anak yang ingin berlatih.
Kabar terbaru yang saya dengar, tempat ini juga digunakan sebagai tempat untuk latihan capoera. Ada yang tahu istilah tersebut? Saya juga baru mendengarnya pertama kali kemarin. Capoera merupakan salah satu cabang seni bela diri dari Brazil. Wah, pasti bisa membuat saya langsing, nih! Katanya pula, pelatih capoera itu sendiri asli dari Brazil. Akan tetapi, ketika saya bertanya berapa pembayaran untuk ikut kegiatan tersebut, dia tidak menjawab.
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2008
Di lapangan sepak bola ini juga ada tulisan yang mengatakan,”dilarang menginjak rumput bagi yang tidak memakai sepatu sepak bola”. Waduh, berarti yang tidak memakai alas kaki juga dilarang masuk. Pernah, pada saat hari Minggu, hujan tiba-tiba datang. Tentu saja para “pelari” pun pontang-panting, termasuk saya. Dengan berlari kencang, saya menerjang lapangan sepak bola untuk memotong jalan guna mendapatkan tempat untuk berteduh di pinggir stadion. Saya pun tidak peduli lagi jika nanti rumput yang mungkin telah ditata menjadi rusak. Kesalahan berjamaah … siapa yang mau protes? Hehehe …
Lintasan lari
Lintasan lari mengelilingi lapangan sepak bola, semua orang bebas untuk berlari, berlari, dan berlari. Dari usia anak-anak hingga sudah menjadi aki juga ada. Apalagi, pada hari Minggu, ramainya minta ampun, seperti pasar pindah saja. Namun, lintasan lari ini juga dapat digunakan sebagai ajang cuci mata dan tempat pacaran. Tidak jarang saya temui sepasang muda mudi yang berjalan sambil bergandengan tangan. Asyik juga ya!
Pada hari-hari biasa … lintasan lari ini sangat sepi. Pada saat saya ke sana, hanya ada kira-kira 10 orang saja. Maklum, hari orang-orang bekerja maupun bersekolah. Apabila sedang berlari, alangkah baiknya apabila kita memakai sepatu olahraga, karena banyak terdapat kerikil-kerikil tajam yang tidak segan mengoyak kaki kita, seperti yang pernah saya alami. Telapak kaki lecet, bahkan sampai mengeluarkan darah. Pada hari itu, saya berjalan dengan tertatih-tatih.
Bangku penonton
Bangku penonton, yang biasanya kita kenal sebagai tribun, tidak hanya digunakan untuk menonton sepak bola, tetapi juga dapat digunakan sebagai tempat untuk menonton konser musik. Menurut saya, kapasitas yang dimiliki oleh Stadion Joyokusumo tergolong kecil. Saya memperkirakan penonton yang dapat ditampung kurang dari 1000 orang. Sedikit sekali, bukan? Kelihatannya, belum ada rencana penambahan bangku penonton.
Tidak ada yang istimewa dari tempat ini, bahkan tribun cenderung menjadi kotor setelah digunakan. Seperti yang kita tahu bahwa kultur manusia Indonesia masih menghalalkan pembuangan sampah sembarangan. Jadi, kesannya seperti tak terurus.
Kamar mandi
Saya bisa mengatakan jika kamar mandi di Stadin Joyokusumo termasuk kumuh, berbau, dengan gayung yang rusak pula. Walaupun demikian, air bersih setiap saat tersedia di sana. Hal ini menjadi segi positif yang sudah sepatutnya dipertahankan.
Dan, apabila memungkinkan perlu untuk ditingkatkan, misalnya dengan adanya penambahan jumlah kamar mandi baru disertai dengan perawatan yang memadai. Sebagai catatan, hanya terdapat satu kamar mandi putra dan satu kamar mandi putri di Stadion Joyokusumo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar