Rabu, 20 Februari 2008

Anak dan Orang Ketiga

Bagaimana perasaan seorang anak apabila dia tiba – tiba dipaksa untuk menghadapi kenyataan bahwa … ayahnya mempunyai istri kedua?

Menurutku, ada dua buah kemungkinan yang akan terjadi padanya. Pertama, dia akan menjadi seseorang yang pendiam, menutup diri dari lingkungan sosial, dan tidak merasa PD pada dirinya sendiri. Aku pengen cerita tentang seseorang yang sangat dekat denganku, sebut saja namanya A. Pada saat SMP, dia harus menerima bahwa ayahnya mempunyai istri kedua yang dinikahi secara siri. Tentu saja, kehidupannya yang pada saat itu sudah sulit, semakin menjadi lebih sulit. A, ibu, dan saudara – saudaranya harus berhemat, gara – gara ayahnya memberikan sebagian besar uangnya kepada orang ketiga alias sang istri keduanya itu. Jadi, A tumbuh dewasa sebelum waktunya. Dia menjadi anak yang cenderung minder. Walaupun demikian, dia sadar bahwa dia harus menjadi anak yang kuat, agar tidak semakin menyusahkan ibunya.

Lalu, pilihan yang kedua, anak tersebut berubah menjadi nakal. Dia merasa frustasi dengan keadaan di sekitarnya. Dia berpikir bila dia sudah tidak dibutuhkan lagi. Nah, di sinlilah anak itu mulai berbuat sesuatu yang nggak bener, kayak suka bolos sekolah, tidak pulang ke rumah beberapa hari, … . Sebenarnya, dia ingin menarik perhatian orang tuanya. Kalo hal ini tidak berhasil, dia akan merusak dirinya sendiri, misalnya dengan mabuk – mabukan, balapan liar, yang jelas – jelas sangat berbahaya. Ataupun, yang paling parah nih, terjerat sama penggunaan narkoba. Dia tidak tahu bahwa yang sebenarnya rugi adalah dirinya sendiri. Ayahnya nggak akan mungkin meninggalkan istri keduanya hanya karena dirinya. Kebanyakan pria adalah sosok egois yang terlalu mementingkan dirinya sendiri.

Waktu tidak pernah berhenti berputar, seperti mentari yang menyapa dunia setiap pagi. Dan, begitu juga kehidupan. Walaupun sangat sangat sangat sulit, kita harus terus dan terus menghadapi segala cobaan dengan hati ikhlas, sabar, tawakkal. Plizz, janganlah menyia – nyiakan hidup kita hanya demi hal – hal yang tidak terlalu berguna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar