Ibu selalu menanamkan kepada kedua anak gadisnya, yaitu aku dan adikku untuk bekerja. “Wanita harus bekerja,” kata beliau mantap. Ya, aku benar – benar mengerti apa maksud ibu sebenarnya. Beliau tidak ingin membiarkan anak – anaknya hidup tanpa mempunyai pegangan yang berarti. Uang memang bukan segalanya, tetapi uang itu penting.
Walaupun terlahir sebagai seorang wanita, bukan berarti kita mau saja untuk dilecehkan oleh kaum pria. Saat membuka mata pertama kali ke dunia, HAM sudah melekat pada diri kita. Pria dan wanita mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Aku sangat tidak senang dengan suatu produk kecantikan, dimana di situ disebutkan bahwa seorang suami menjadi lebih mencintai istrinya karena sang istri bertambah cantik setelah memakai produk tersebut. Pada intinya, ternyata sang suami selama ini hanya memandang istrinya dari segi fisik saja. Mungkin, bila sang istri sudah berumur, sudah tua, tidak tertutup kemungkinan suami mencari wanita yang masih muda dan cantik. Nah, bayangkanlah seandainya kita tidak mempunyai penghasilan …! Kita tidak akan bisa berbuat apa – apa, karena kita tergantung secara ekonomi pada suami. Ingin cerai? Bingung juga. Kalo anak – anak ikut kita, lalu mau diberi makan apa?
Tidak jarang pula, para suami seenaknya menyebut istrinya sebagai kanca wingking yang hanya bertugas macak, masak, manak ( berdandan, memasak, dan melahirkan anak ). Apakah sebegitu rendahnya derajat wanita di mata pria?
Ketika kita memutuskan untuk tidak bekerja dan hanya menjadi seorang ibu rumah tangga, maka secara otomatis kita mempunyai ketergantungan yang tinggi pada suami mengenai masalah finansial. Seorang istri harus benar – benar pandai menangani semua kebutuhan keluarganya. Padahal, tidak selamanya kebutuhan selalu berbanding lurus dengan budjet kita. Adakalanya, terjadi peristiwa yang tidak direncanakan sebelumnya. Misalnya saja, ketika ada saudara kita yang ingin meminjam uang, sedangkan rumahnya di luar kota. Lalu, bagaimana? Apalagi, biasanya ada rasa sungkan untuk meminta tambahan uang dari suami.
Kita sepatutnya bersyukur bila mendapatkan suami yang baik dan mau memahami dan menerima kita apa adanya. Akan tetapi, tidak jarang kita melihat dan mendengar bahwa seorang suami tega melakukan kekerasan alias KDRT pada istrinya, hanya karena tidak menghidangkan makanan yang sesuai dengan keinginannya.
Seringkali, kita cenderung menganggap bahwa semua pekerjaan rumah tangga bukanlah suatu ‘pekerjaan’, karena tidak dapat meghasilkan uang. Padahal, membersihkan rumah seharian itu capeknya bukan main!
Kesimpulannya, dengan mempunyai penghasilan sendiri, walaupun tidak seberapa, kita menjadi mampu untuk membuktikan diri bahwa tidak selamanya wanita bisa diperlakukan seenaknya. Kita pun menjadi lebih bebas untuk memakai uang. Uang – uang kita sendiri, kok!
Walaupun terlahir sebagai seorang wanita, bukan berarti kita mau saja untuk dilecehkan oleh kaum pria. Saat membuka mata pertama kali ke dunia, HAM sudah melekat pada diri kita. Pria dan wanita mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Aku sangat tidak senang dengan suatu produk kecantikan, dimana di situ disebutkan bahwa seorang suami menjadi lebih mencintai istrinya karena sang istri bertambah cantik setelah memakai produk tersebut. Pada intinya, ternyata sang suami selama ini hanya memandang istrinya dari segi fisik saja. Mungkin, bila sang istri sudah berumur, sudah tua, tidak tertutup kemungkinan suami mencari wanita yang masih muda dan cantik. Nah, bayangkanlah seandainya kita tidak mempunyai penghasilan …! Kita tidak akan bisa berbuat apa – apa, karena kita tergantung secara ekonomi pada suami. Ingin cerai? Bingung juga. Kalo anak – anak ikut kita, lalu mau diberi makan apa?
Tidak jarang pula, para suami seenaknya menyebut istrinya sebagai kanca wingking yang hanya bertugas macak, masak, manak ( berdandan, memasak, dan melahirkan anak ). Apakah sebegitu rendahnya derajat wanita di mata pria?
Ketika kita memutuskan untuk tidak bekerja dan hanya menjadi seorang ibu rumah tangga, maka secara otomatis kita mempunyai ketergantungan yang tinggi pada suami mengenai masalah finansial. Seorang istri harus benar – benar pandai menangani semua kebutuhan keluarganya. Padahal, tidak selamanya kebutuhan selalu berbanding lurus dengan budjet kita. Adakalanya, terjadi peristiwa yang tidak direncanakan sebelumnya. Misalnya saja, ketika ada saudara kita yang ingin meminjam uang, sedangkan rumahnya di luar kota. Lalu, bagaimana? Apalagi, biasanya ada rasa sungkan untuk meminta tambahan uang dari suami.
Kita sepatutnya bersyukur bila mendapatkan suami yang baik dan mau memahami dan menerima kita apa adanya. Akan tetapi, tidak jarang kita melihat dan mendengar bahwa seorang suami tega melakukan kekerasan alias KDRT pada istrinya, hanya karena tidak menghidangkan makanan yang sesuai dengan keinginannya.
Seringkali, kita cenderung menganggap bahwa semua pekerjaan rumah tangga bukanlah suatu ‘pekerjaan’, karena tidak dapat meghasilkan uang. Padahal, membersihkan rumah seharian itu capeknya bukan main!
Kesimpulannya, dengan mempunyai penghasilan sendiri, walaupun tidak seberapa, kita menjadi mampu untuk membuktikan diri bahwa tidak selamanya wanita bisa diperlakukan seenaknya. Kita pun menjadi lebih bebas untuk memakai uang. Uang – uang kita sendiri, kok!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar