Selasa, 28 Juli 2009

Ayah Bagi Anakmu

Tuhan, aku sangat terkejut mendengar berita itu. Mas A yang belum genap berusia 20 tahun telah memiliki seorang putra berumur 6 bulan. Sungguh, aku tidak mengira. Selama ini, ak selalu saja berpikir bahwa Mas A adalah pria yang baik dan pengertian. Dia juga tampan, tidak pernah berbuat aneh-aneh sepanjang 3 kali pertemuan kita. Dia sosok yang keren di mataku. Akan tetapi, hari ini dunia seketika menjadi terbalik. Pertemuan yang hanya 3 kali dalam waktu yang singkat tidak dapat membuatku mengenal dirinya. Ternyata, aku tidak mengetahui apapun tentang Mas A. Ternyata, aku tidak mengerti semua ini!

Berdasarkan informasi yang aku ketahui, Mas A tinggal dari bekerja di Kota B. Namun, kemudian dia balik ke Pati untuk alasan yang tidak aku ketahui. Aku juga tidak bertanya lebih dalam, karena takut ikut mencampuri urusan orang lain. Dan, pada kenyataannya Mas A telah lari dari tanggung jawab sebagai seorang Ayah. Ayah yang ikut andil di dalam pembuahan janinnya, Ayah yang wajib menjaga dan melindungi istrinya, memberi nafkah yang layak. Mas A lari ke sebuah kota kecil di Jawa Tengah ini, dan kembali pulang ke rumah orang tuany. Habis manis sepah dibuang … begitulah adanya!

Mas A’s side
Ya, Mas A belum siap menjadi seorang Ayah. Di usianya yang masih tergolong muda, dia tentu masih ingin bersenang-senang bersama dengan teman-temannya, ber-haha hihi kesana kemari, pokoknya hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan “membina hubungan rumah tangga”. Akan tetapi, kenyataan telah berbicara. Oleh karena kecerobohan ataukah balasan karena perbuatan yang telah Mas A lakukan, lahirlah seorang bayi yang tidak berdosa. Dengan terpaksa, Mas A pun harus menikahi seorang wanita yang menjadi istrinya sekarang. Lalu, apakah Mas A bahagia atau justru tertekan? Aku tidak tahu. Namun, pelariannya ke Kota Pati membuktikan bahwa Mas A “tidak mau” melihat darah dagingnya sendiri. Mas A lari tanpa pernah sempat melihat wajah anaknya. Bahkan, nama anaknya pun dia tidak tahu. Contoh dari seorang Ayah yang belum siap menjadi Ayah!

Istri Mas A’s side
Aku menganggap bahwa sang istri terlalu terlena dengan rayuan dan ketampanan. Sang istri sungguh cinta mati dengannya. Namun, bukankah nasi telah menjadi bubur? Kecelakaan itu telah terjadi, dan tidak akan dapat diputar balik. Sang istri melahirkan seorang bayi yang dinamakan RAA. Tentu saja, sangat berat memiliki anak di usia yang masih begitu muda. Tidak ada persiapan khusus yang dilakukan untuk menyambut kehadiran sang bayi. Seorang bayi yang mungkin saja tidak diharapkan. Oleh karena itu, sang istri tidak boleh hancur. Ada hal-hal yang lebih penting dari sekedar kehancuran. Dia telah memiliki tanggungan yang harus dia besarkan dengan sepenuh hati. Bagaimanapun juga, bayi tersebut merupakan hasil dari hubungannya dengan seseorang yang sangat dia cintai. Sungguh, sangat sulit membayangkan bila dia membesarkan RAA sendirian tanpa kehadiran sosok yang bisa dipanggil Ayah.

The Baby’s side
Pada saat masih kecil, bayi tersebut mungkin saja tidak mengetahui apapun. Namun, bagaimana setelah dia beranjak dewasa nanti? Bagaimana apabila dia melihat anak lain yang memiliki orang tua lengkap? Bagaimana dengan perasaannya? Dia bisa saja dicap sebagai anak yang tidak diakui. Anak yang tidak pernah sekalipun melihat Ayahnya, karena Ayahnya hanyalah seseorang yang hanya bisa melarikan diri. Bagiamana pula apabila dia berpikir bahwa dia tidak diinginkan? Jika saja dia tidak mendapatkan kasih sayang dari Ibunya, maka mungkin dia akan mencarinya di luar. Dan, pergaulan di luar tidak selalu membawa dampak yang baik bagi perkembangan anak. Padahal, anak memiliki kecenderungan untuk mencari lingkungan yang mau menerima dirinya, sekalipun lingkungan itu buruk bagi anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar