Senin, 30 Juni 2008

Cinta Kepada Allah SWT



Semua orang pasti pernah merasakan cinta. Dari zaman dahulu hingga sekarang, hampir tidak ada seorang pun yang mengabaikan makna cinta. Contohnya, Nabi Adam A. S. yang mencintai Hawa, maupun Julius Caesar yang tegar dan kukuh di hadapan pasukannya, tetapi ternyata tunduk di hadapan Cleopatra


Manusia tidak akan bisa hidup tanpa cinta. Cinta telah hadir sejak kita berada di dalam kandungan ibu dan tidak akan menghilang hingga kita meninggal nanti. Namun, walaupun sudah menjadi fitrah bagi manusia, cinta harus tetap dikendalikan. S
elain, tentu saja, kita juga harus memahami apa arti dari cinta yang hakiki.


Mencari Cinta
Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang mencintai sesuatu, bisa disebabkan oleh jasa seseorang kepadanya, karena kekayaannya atau mungkin juga karena kecantikan fisiknya. Seseorang yang sedang jatuh cinta tadi pasti akan melihat nilai lebih terhadap sesuatu di dalam pandangannya. Nilai tambah ini berbeda – beda di dalam pikiran manusia. Ada yang menetapkan standar yang tinggi, ada yang sedang dan ada pula yang rendah. Semua itu tergantung dari faktor manusianya masing - masing.


Cinta dapat dikategorikan ke dalam beberapa macam. Pertama, cinta pada lawan jenis. Seorang pria meyukai seorang wanita atau seorang wanita menyukai seorang pria. Sudah menjadi sesuatu yang wajar apabila kita tertarik kepada lawan jenis. Namun, ada hal yang perlu diingat, yaitu adanya keterbatasan kadar cinta terhadap lawan jenis. Misalnya, jika seseorang hanya mencintai tampilan fisiknya saja, suatu saat dia pasti akan berpaling ketika dia melihat orang lain yang lebih cantik atau lebih tampan. Selain serba terbatas oleh pandangan semu manusia, cinta pada lawan jenis juga terbatas oleh tempat / jarak dan waktu / kematian. Belum lagi efek negatif yang ditimbulkan dan mendorong munculnya dosa yang besar apabila kita terlalu mengumbar cinta kepada lawan jenis.


Padahal, Allah SWT sudah memperingatkan kita dalam firman – Nya,


Katakanlah kepada laki – laki muslim, hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Sikap demikian ini lebih suci bagi mereka. Allah Mahatahu atas apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita mukmin, hendaklah mereka menahan pandangan dan memelihara kemaluannya? ( Q. S. An Nur : 30 – 31 )


Kedua, cinta pada orang tua. Kita harus memiliki cinta kepada orang tua, karena mereka lah yang telah melahirkan dan membesarkan kita, serta bekerja keras untuk membahagiakan kita. Keduanya juga senantiasa melindungi kita dari kecil hingga beranjak dewasa. Tidak diragukan lagi, jika cinta mereka adalah cinta yang tanpa pamrih dan tak terbatas.

Allah SWT berfirman,


Janganlah kamu megatakan ’Ah’ kepada keduanya ( orang tua )

( Q. S. Al Isra : 23 )


Namun, cinta kepada orang tua pun sifatnya terbatas, sebab cinta tersebut dapat dipisahkan oleh kematian.


Ketiga, cinta pada Allah SWT. Inilah cinta yang paling tinggi nilainya dan tidak ada yang melebihi kemuliaannya. Mengapa? Karena cinta kita pada – Nya tidak akan pernah lekang oleh waktu dan tempat.


Cinta kepada Allah SWT mempunyai arti menaati semua perintah dan ajaran - Nya. Sebaliknya, cinta yang tertinggi dari Allah SWT kepada manusia berupa ampunan, ridha dan pahala. Firman Allah,


Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah – rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul – Nya dan dari berjuang (jihad) di jalan – Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan – Nya. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk pada orang-orang yang fasik.? ( QS. At Taubah: 24 )


Sesungguhnya, Allah pasti akan menyelamatkan orang yang mencintai – Nya dari azab. Oleh karena itu, kita seharusnya tidak mencoba untuk mengganti cinta itu dengan yang lain.


Cinta Nafsu
Cinta yang berasal dari nafsu kerap kali disebabkan oleh hati yang kotor, seringnya melakukan perbuatan dosa, dan tidak ada kemauan untuk bertobat. Apabila sifat sombong, dengki, iri dan sifat mazmumah yang lain tidak dikikis, maka semua tindakan yang dilakukan akan mengikuti arahan nafsu, termasuk di dalam meletakkan cinta.


Di dunia ini, ada banyak sekali contoh yang menunjukkan cinta karena nafsu belaka. Lelaki biasanya mencintai wanita yang cantik. Begitu juga sebaliknya, banyak wanita yang mencintai laki – laki karena kekayaan maupun ketampanannya. Oleh karena itu, sudah jelas bila cinta yang datang dari nafsu hanya ditujukan untuk mendapatkan kesenangan nafsu saja.


Cinta yang hanya berlandaskan nafsu, bila berlanjut sampai dengan membina rumah tangga, tidak akan langgeng. Suami hanya mencintai sang istri sewaktu istri tersebut masih muda dan cantik. Yaitu, ketika kesenangan nafsu masih berada pada puncaknya. Namun, apabila sang istri sudah menjadi tua, badan dan kulitnya mengendur, maka cinta suami pun dapat beralih dengan mudah.


Begitu juga dengan sang istri. Dia mencintai sang suami ketika suaminya dapat memberi kebahagiaan dan menuntaskan keinginan nafsunya. Seandainya suaminya kehilangan kekuasaan, menjadi miskin, atau masuk penjara karena terlibat kasus korupsi, maka seketika itu juga hilanglah cinta sang istri, dan justru berubah menjadi benci. Itulah gara – gara cinta nafsu yang menyusahkan manusia di dunia ini.


Cinta Hakiki
Cinta yang ditujukan pada Allah SWT pasti akan meletakkan Allah sebagai dzat yang paling mulia dan utama. Kita diharuskan untuk mendahulukan cinta kita pada Allah SWT daripada terhadap makhluk – Nya. Misalnya, seorang istri yang mencintai suaminya. Tiba – tiba, sang suami melarangnya untuk memakai jilbab. Maka, kecintaan istri tersebut kepada Allah SWT akan tetap mendorongnya untuk melaksanakan perintah Allah, sekalipun suaminya tidak suka. Tindakan tersebut dapat dianggap sebagai pengorbanan cintanya pada Allah. Namun, sebaliknya apabila sang istri menuruti kemauan suami, maka kecintaannya kepada Allah selama ini hanyalah sebuah kepura – puraan belaka.
Cintanya bukan lagi bersumberkan Allah, tetapi sudah datang dari nafsu.


Cinta yang datang dari Allah SWT menyebabkan seseorang menjadi takut untuk melanggar perintah – Nya. Seseorang yang sudah mencintai Allah, maka segala macam bentuk cinta yang lain menjadi kecil dan rendah.


Cinta kepada Allah SWT akan lahir bagi orang yang sudah mengenal Allah. Bagi manusia yang memiliki akal, rasa cintanya akan sepenuhnya dicurahkan kepada Allah SWT, karena segala kenikmatan itu sudah pasti berasal dari Allah SWT. Dan, begitu pula dengan cinta dan kasih sayang ibu, bapak dan keluarga, pada hakikatnya semua itu datang dari Allah SWT. Apabila Allah SWT menghendakinya, Dia bisa saja dengan mudah menarik kembali rasa cinta dari hati mereka.


Wahai Tuhan, aku mencintai Engkau bukan karena takut pada neraka – Mu, tetapi karena dzat – Mu, ya Allah. Aku rela masuk neraka jika itu kemauan – Mu.


Kata – kata tersebut merupakan rintihan hati dari seorang wali perempuan Rabiatul Adawiyah dalam munajatnya kepada Allah. Dia menyatakan bahwa dua cinta tidak boleh duduk dalam satu hati. Ketika cinta pada Allah sudah memenuhi hatinya, maka tidak akan ada tempat lagi untuk cinta yang lain.


Jadi, seseorang yang bijak dan beradab akan meletakkan kecintaan yang besar kepada Allah, pada Rasulullah, dan kemudian baru pada makhluk – makhluk lain di samping – Nya. Hal tersebut merupakan suatu kebenaran cinta yang hakiki, yang dapat membawa keselamatan pada diri kita, baik di dunia maupun di akhirat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar